Keberadaan rusa dalam kehidupan manusia sebenarnya sudah lama
berlangsung. Para arkeolog menemukan bukti bahwa di zaman
purba, ujung ranggah keras rusa (tanduk, dalam tata bahasa yang
salah) banyak dipakai sebagai mata ujung tombak berburu serta alat
pemotong. Di zaman dahulu juga, tidak sedikit kerajaan kecil yang
menggunakan kepala rusa jantan sebagai lambang atau simbol
negara. Sedangkan di masa modern ini, rusa banyak dijadikan
sebagai satwa buru selain diawetkan bagian kepala dan ranggah
kerasnya sebagai hiasan dinding (trophy).
Para tabib Cina dan Korea telah lama menggunakan ranggah muda
rusa sebagai salah satu bahan dasar racikan obat-obatan tradisional
mereka. Catatan menunjukkan bahwa penggunaan ranggah muda
telah dilakukan sejak tahun 168 SM, dengan memanfaatkan dari
kelompok rusa liar. Selain itu, organ tubuh rusa seperti testis,
penis, ekor dan otot kaki belakang yang telah dikeringkan juga
dikonsumsi karena dipercaya dapat memberikan manfaat yang
menyehatkan sebagai peningkat kekuatan tenaga kaum lelaki.
Di zaman modern, citra daging rusa (venison) yang jauh lebih
menyehatkan dibandingkan kelompok hewan ternak yang telah di
domestikasi lebih awal (sapi, kerbau, kambing, domba, babi), telah
mempengaruhi banyak peternak hewan domestik untuk
mengembangkan usaha peternakan rusa. Pada akhirnya
berkembanglah suatu industri baru, peternakan rusa, dengan segala
produknya. Hal ini juga dipengaruhi oleh semakin meningkatnya
minat konsumen barat dalam menggunakan obat-obatan tradisional,
diantaranya yang berasal dari satwa rusa berupa ranggah mudanya.
Negara Selandia Baru merupakan pelopor di dalam pengembangan
rusa liar menjadi hewan ternak secara komersil dan modern.
Kegiatan ini mulai dirintis pada tahun 1970an. Kesuksesan dalam
mengembangkan rusa sebagai hewan ternak baru di Selandia Baru
pada akhirnya memicu banyak negara untuk meniru model
peternakan yang dikembangkannya. Maka bermunculanlah peternakpeternak rusa di berbagai negara barat dengan jenis rusa yang
dikembangkan didominasi oleh rusa asal daerah beriklim dingin
seperti rusa merah (Cervus elaphus), rusa fallow (Dama dama) dan
rusa wapiti (Cervus elaphus sp.) Sedangkan di negara Cina, Korea
dan Rusia, pemeliharaan rusa sebenarnya telah jauh lebih lama
berjalan, namun pengelolaannya masih secara tradisional dan lebih
untuk kepentingan kebutuhan lokal dalam bentuk panenan ranggah
mudanya dan kurang menggunakan kaidah ilmu peternakan modern.
Pesatnya perkembangan industri peternakan rusa yang terjadi,
tentunya tidak akan luput dari perhatian negara lain yang kebetulan
hanya memiliki rusa asal daerah tropis atau yang daerahnya hanya
cocok untuk jenis rusa tropis. Negara Kaledonia Baru, Mauritius dan
Australia telah mengembangkan peternakan rusa dengan
memanfaatkan rusa asal daerah tropis yang sempat didatangkan
ratusan tahun sebelumnya. Pengembangan budidaya rusa tropis di
negara tersebut dimulai sekitar tahun 1980an. Hingga saat ini,
ketiga negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang paling
terdepan di dalam mengembangkan industri peternakan rusa tropis
dengan rusa timor (Cervus timorensis), yang berasal dari Indonesia,
sebagai tulang punggung industrinya.
Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman
satwanya dan juga sebagai negara asal dari rusa timor, tentunya
tidak boleh tinggal diam untuk berperan serta dalam
pengembangannya. Terlebih lagi, selain rusa timor, Indonesia masih
memiliki jenis rusa tropis lainnya yang sama potensinya untuk
dikembangkan, yaitu rusa sambar (Cervus unicolor). Sebenarnya,
walau dalam skala sangat kecil, tidak sedikit masyarakat Indonesia
di pedesaan dan perkotaan yang telah memelihara rusa. Hanya
tujuan pemeliharaan masih sangat sederhana yaitu sebagai satwa
peliharaan (eksotik). Sedangkan untuk daging rusa masih tergantung
pada kegiatan perburuan. Jadi sebenarnya di Indonesia sendiri,
pemanfaatan rusa telah lama dikenal, hanya perlu pengembangan
lebih lanjut yang terarah.
Gambar 1. Masyarakat Pulau Alor telah dekat dengan rusa sejak
zaman dahulu. Sisa kenangan masa perburuan dengan cara
tradisional masih banyak diabadikan di dinding rumah
mereka (foto: G. Semiadi).
Mengingat Indonesia mempunyai aturan tersendiri dalam
pemanfaatan satwa liar, maka penyebutan penangkaran ataupun
peternakan sering menjadi rancu, mempunyai pengertian tersendiri,
tergantung pada instansi departemen mana yang berbicara. Namun
STATUS RUSA DI INDONESIA
Sejak dari zaman penjajahan Belanda, hampir seluruh jenis rusa asli
Indonesia telah dilindungi oleh Ordonasi dan Undang-undang
Perlindungan Satwa Liar no. 134 dan 266 tahun 1931, dari segala
bentuk perburuan, penangkapan dan pemilikan. Hanya rusa Bawean
(Axis kuhlii) yang saat itu belum dilindungi. Di zaman republik,
perlindungan terhadap jenis rusa Indonesia diperkuat kembali lewat
Peraturan Pemerintah no. 7 tahun 1999 dan mencakup pada semua
jenis rusa.
Sedangkan pada tingkat internasional, khusus pada rusa Bawean,
jenis ini juga tercatat dalam data IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources) dengan kategori
Endangered, kelompok D1, yaitu jumlah individu dewasa diyakini
kurang dari 250 ekor. Sebagai akibat dari masuknya rusa ini ke
dalam kelompok perlindungan tinggi, maka dalam organisasi
pemantau perdagangan hidupan liar dunia, CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and
Fauna), rusa Bawean termasuk satwa yang berada dalam Appendix I.
Ini berarti bahwa pada setiap bentuk pemanfaatan yang akan
dilakukan perlu mendapatkan pertimbangan keilmiahan yang sangat
mendalam dari instansi pemerintah yang ditunjuk (Puslit BiologiLIPI, untuk Indonesia) dan pemanfaatannya hanya boleh dilakukan
pada turunan hasil penangkaran.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
menyebutkan bahwa pemanfaatan hidupan liar Indonesia
dimungkinkan dilakukan baik dalam bentuk (a) pengkajian,
penelitian dan pengembangan; (b) penangkaran; (c) perburuan; (d)
perdagangan; (e) peragaan; (f) pertukaran; (g) budidaya tanaman
obat-obatan atau (h) pemeliharaan untuk kesenangan (Pasal 36 ayat
1).
IUCN (International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources) merupakan suatu organisasi profesi tingkat
dunia yang memantau keadaan populasi suatu jenis hidupan liar
(flora & fauna) dan banyak memberikan rekomendasi dalam hal
penanganan terhadap suatu jenis hidupan liar yang hampir punah.
Seluruh jenis hidupan liar yang berada dalam kategori
membahayakan untuk punah dituangkan dalam daftar yang
disebut IUCN Red List Data Book, dengan pengklasifikasian
berdasarkan tingkat ancaman kepunahannya masing-masing.
KATEGORI DAN KRITERIA KELANGKAAN MENURUT IUCN
1. Punah (Extinct= EX)
Diterapkan pada takson yang telah dipastikan tidak akan
ditemukan lagi di habitatnya atau penangkaran karena individu
yang terakhir diketahui telah mati.
2. Punah in-situ (Extinct in the wild= EW)
Diterapkan pada takson yang diketahui hanya hidup dan
dipelihara dengan baik di dalam kawasan konservasi atau
penangkaran. Takson ini kemudian tumbuh secara alami tetapi
tidak di habitat aslinya.
3. Kritis (Critically Endangered= CR)
Diterapkan pada takson yang keberadaan populasinya menghadapi
resiko kepunahan sangat tinggi di alam dalam waktu yang sangat
dekat jika tidak ada usaha penyelamatan yang berarti untuk
melindungi populasinya dan segera dimasukkan ke dalam kategori
EW.
4. Genting (Endangered= EN)
Diterapkan pada takson yang tidak termasuk dalam kategori CR
namun mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam
dan dimasukkan ke dalam kategori EW jika dalam waktu dekat
tindakan perlindungan yang cukup berarti terhadap populasinya
tidak dilakukan.
5. Rawan (Vulnerable = VU)
Diterapkan pada takson yang tidak termasuk dalam kategori CR
atau EN namun mengalami resiko kepunahan yang tinggi di alam
dalam waktu dekat sehingga dapat digolongkan dalam EW.
6. Terkikis (Lower Risk= LR)
Diterapkan pada takson yang tidak termasuk dalam EX, EW, CR EN
atau VU. Terbagi atas tiga subkategori: (a) Usaha konservasi
(Conservation Dependent), (b) Nyaris terancam (Near
Threatened) dan (c) Tidak terperhatikan (Least Concern).
7. Data belum lengkap (Data Deficient= DD)
Diterapkan pada takson yang kondisi biologinya mungkin telah
diketahui namun data persebaran dan populasinya belum lengkap
sehingga analisis status kelangkaannya kurang memadai.
8. Belum dievaluasi (Not evaluated= NE)
Diterapkan pada takson yang belum dievaluasi dengan
menggunakan kriteria untuk kategori Kritis, Genting dan Rawan
menurut IUCN Red List Categories 30 November 1994 sehingga
belum bisa dimasukkan ke dalam kriteria-kriteria lain.
Adapun kriteria untuk kategori Kritis, Genting dan Rawan terbagi
lagi ke dalam lima tingkatan (A hingga E) yang didasarkan pada
kondisi populasi, habitat, ekologi dan daya reproduksi.
Sedangkan aturan teknis untuk pelaksanaan dari pemanfaatan ini
didapat dalam Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Menurut aturan
teknis ini pemanfaatan satwa liar bertujuan agar dapat
didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Pasal 2 ayat 1).
Berkaitan dengan satwa rusa sebagai jenis satwa liar dilindungi yang
akan dimanfaatkan, bentuk penangkaran merupakan awal dari usaha
pemanfaatan secara menyeluruh, sebelum mulai berkembang lebih
lanjut mengarah ke pendekatan ilmu peternakan, agar dapat
dikembangkan seperti yang dilakukan di luar negeri. Dalam PP
PERKEMBANGAN PETERNAKAN RUSA TROPIS
Hingga saat ini ada tiga jenis rusa tropis yang giat dikembangkan
sebagai hewan ternak, yaitu rusa timor, rusa sambar dan rusa
chital. Namun dari ketiga jenis rusa tersebut di atas, yang paling
berkembang pesat adalah menggunakan rusa timor. Selain itu, di
Australia banyak dilakukan pengembangan kawin silang antara rusa
sambar dengan rusa timor (disebut sambur). Para pioner peternak
rusa tropis beranggapan bahwa rusa timor memenuhi banyak
kriteria yang ditetapkan sebagai suatu hewan ternak. Faktor
ketersediaan jenis rusa yang cukup tersebar juga menjadi penyebab
utama mengapa rusa timor lebih berkembang dibandingkan jenis
rusa tropis lainnya.
Rusa timor pertama kali didatangkan ke Mauritius dari Batavia tahun
1639, dengan tujuan utamanya sebagai hewan peliharaan dan
sekaligus sebagai suplai tambahan protein bagi warga kulit putih
lewat kegiatan berburu. Mengingat mudahnya rusa timor
beradaptasi dengan lingkungan setempat, maka perkembangan
populasinya tersebar hingga jauh ke daerah pedalaman hutan. Di
tahun 2001 populasi rusa di alam diperkirakan sekitar 75.000 ekor,
selain itu tidak kurang dari 60.000 ekor rusa berada dibalik pagar
penangkaran yang berupa ranch farming, dengan total luas areal
penangkaran mencapai 25.000 hektar.
Secara resmi, penangkaran rusa timor di Mauritius dimulai tahun
1976, dan berkembang terus hingga ke bentuk peternakan saat ini.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
32
Pada awalnya, pemeliharaan berupa ranch farming yang disebut
chasses, merupakan bentuk yang paling luas dikembangkan
kemudian berkembang lebih lanjut ke dalam bentuk peternakan
rusa yang lebih intensif dengan luasan lahan yang kecil (< 25 ha).
Hingga tahun 2002, telah ada 60 peternak rusa, dimana 12 peternak
memiliki sistim pengelolaan peternakan yang sangat intensif. Pada
bentuk peternakan intensif, populasi rusa mencapai 10,500 ekor,
pada luasan lahan berkisar antara 20-275 ha/peternak, dengan
kepemilikan ternak rusa antara 200-2000 ekor/peternak.
Peningkatan populasi rusa pada peternakan jenis ini sekitar 10-15%
pertahunnya. Total produksi karkas rusa tahun 2002 mencapai 475
ton, dimana 400 ton diantaranya diperoleh dari hasil pemeliharaan
secara ektensif lewat cara perburuan. Produksi karkas ini setara
dengan 12.000 ekor. Pada sistim pemeliharaan secara ektensif,
luasan areal berkisar antara 50-3000 ha, dengan kepadatan antara
1-3 ekor/ha. Sedangkan pada pemeliharaan secara intensif
kepadatan rusa antara 10-20 ekor/ha. Harga jual di tingkat
peternak tergantung pada asal rusa. Dari peternakan jenis ektensif
karkas masih diselubungi kulit dijual dengan harga Rs. 100/kg,
sedangkan dari peternakan secara intensif karkas telah bersih dari
kulit dijual pada harga Rs. 140/kg (1 US$= Rs. 27).
Sejak tahun 1939, perburuan rusa di alam telah ditetapkan hanya
boleh dilakukan dari mulai bulan Juni hingga September. Hasil
survai setempat menunjukkan bahwa 60% dari total daging rusa
justru dijual di pasar tradisional dan sisanya dijual di pasar
perkotaan atau hotel. Ekspor daging rusa dari Mauritius diawali
tahun 1983 dengan produksi tiga ton. Namun saat ini telah
mencapai produksi ekspor 20 ton. Ekspor hewan hidup dimulai tahun
1986 ke negara kecil tetangga, Kepulauan Reunion dan tahun 1988
ke Malaysia yang mencapai jumlah total 800an ekor. Hingga tahun
2000, ketika produksi tahunan daging asal ternak domestik di
Mauritius menurun sebagai akibat dari sistim perpajakan yang
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
33
berlaku, produk daging dari ayam dan rusa justru menunjukkan
produksi yang tetap. Hal ini dikarenakan rusa mempunyai
kemampuan untuk hidup di lahan yang marginal, dimana dengan
sistim pajak yang lebih murah untuk wilayah yang marginal,
menjadikan peternakan rusa tetap dapat bertahan. Mengingat
tujuan peternakan rusa di Mauritius adalah dagingnya, maka secara
proporsional, jumlah betina di peternakan populasinya lebih tinggi
dibandingkan dengan yang jantan, mengingat yang jantan selalu
dipotong saat mencapai umur layak potong dan betina
dikembangkan sebagai indukan.
Di Kaledonia Baru, rusa timor diyakini didatangkan dari Batavia dan
Maluku pada tahun 1870an dengan jumlah awal tidak lebih dari 12
ekor. Di tahun 1993 populasi di alam mencapai sekitar 120 ribu
ekor. Usaha beternak rusa timor secara resmi dimulai tahun 1987
dan saat ini setidaknya ada 12.000 ekor rusa timor yang tersebar di
20 peternak. Dapat dikatakan bahwa negara Kaledonia Baru
merupakan pelopor dalam kegiatan mengekspor ternak rusa timor
hidup dalam jumlah besar ke luar negeri, untuk selanjutnya
dikembangkan sebagai hewan ternak. Hingga tahun 1994 tidak
kurang dari 3100 ekor rusa hidup telah dikirim ke luar negeri.
Produksi karkas mencapai sekitar 100 ton, baik dari hasil peternakan
maupun satwa buru.
Sensus terbatas di Queensland, Australia, menunjukkan bahwa di
tahun 2002 ada sekitar 200.000 ekor rusa yang diternakkan, dimana
15% menggunakan jenis rusa timor. Di daerah Australia pula usaha
pengembangan rusa sambar dan rusa chital berlangsung pesat,
selain dari usaha perkawinan silang antara rusa timor dengan
sambar. Sedangkan di Taiwan, rusa sambar telah cukup lama
ditangkarkan sebagai hewan ternak untuk dipanen ranggah
mudanya, tetapi masih dalam skala yang kecil dengan sistim
pemeliharaan dikandangkan.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
34
Pemerintah Malaysia sejak tahun 1985 telah mengembangkan
peternakan rusa secara serius. Awalnya pengembangan dilakukan
dengan menggunakan rusa asal daerah dingin, rusa merah dan rusa
fallow. Namun setelah terbukti bahwa jenis rusa daerah dingin tidak
dapat berkembang dengan baik di daerah lembab dan panas seperti
di Malaysia, kemudian dikembangkan jenis rusa asli daerah tropis,
yaitu rusa timor. Rusa timor kemudian didatangkan dari Australia,
Mauritius dan Kaledonia Baru. Keberanian pemerintah Malaysia
dalam mencoba mengembangkan industri peternakan rusa
didasarkan pada pandangan bahwa peternakan rusa terbukti telah
menjadi suatu bagian dari diversifikasi industri peternakan yang
berkembang pesat di dunia. Selain itu ditargetkan pada tahun 2020
Malaysia telah menjadi negara maju, dimana semua perkembangan
industri perlu ditata jauh hari sebelumnya, termasuk di sektor
peternakan.
Diversifikasi usaha peternakan rusa telah dikembangkan dengan
model tumpangsari pada perkebunan kelapa sawit. Pada blok
perkebunan kelapa sawit yang dialokasikan, semua tanaman
penutup diganti dengan rumput Panicum maximum dan dilakukan
rotational grazing (penggembalaan secara berputar) dengan jumlah
40 betina dan 3 jantan rusa timor dewasa/blok. Jumlah ini setara
dengan kepadatan rusa 5-7 ekor/ha. Dalam tempo 3,5 tahun laju
kelahiran anak mencapai 70%. Melalui cara ini tingkat pertumbuhan
gulma menurun tajam dan mengurangi ongkos perawatan gulma,
selain diperolehnya tambahan penghasilan dari hasil penjualan rusa.
Di beberapa blok kelapa sawit lainnya dilakukan pula penanaman
rumput unggul Panicum maximum (4,5 kg/ha benih), Centrosoma
pubescens (3,5 kg/ha benih) dan Stylosanthes spp. (2,5 kg/ha
benih). Pemberian pupuk urea dilakukan setiap saat rusa keluar dari
pedok dengan dosis 40 kg/ha. Luas pedok di lahan kelapa sawit
dibuat antara 1,2-2,5 ha/pedok, dimana sekelilingnya dibatasi oleh
PRASYARAT PEMILIHAN RUSA SEBAGAI HEWAN TERNAK
Bahwasannya ada beberapa jenis rusa di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan sebagai hewan ternak, tidaklah berarti bahwa semua jenis atau individu rusa dapat dengan langsung diternakkan. Perlu dilakukan pemilihan atau seleksi terhadap jenis dan individu rusa agar tujuan peternakan dapat terlaksana dengan baik. Di awal perkembangan peternakan rusa merah di negara barat, para peternak telah menetapkan beberapa kriteria yang sebaiknya terpenuhi sebelum pemilihan jenis maupun individu rusa dilakukan. Beberapa prasyarat tersebut adalah: 1. Nilai ekonomi Karena tujuan utama dari usaha peternakan adalah untuk dipasarkan, maka haruslah ada nilai ekonomi yang dapat dijual dari seekor rusa. Apabila tidak, maka tujuan pengembangan peternakan rusa tidak akan tercapai. Selintas di muka telah dikemukakan bahwa produk yang dapat dijual dari rusa cukup banyak, mulai dari daging, ranggah muda, kulit hingga pada organ dalamnya. Selain itu dapat pula dijual sebagai hewan hidup sebagai pemacek atau indukan. 2. Biaya pengembangan Secara umum, biaya awal yang diperlukan untuk pembangunan peternakan rusa memang cukup tinggi, terlebih pada usaha peternakan berskala besar berupa model padang umbaran. Ini Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 48 mencakup penyediaan lahan, bibit rusa, pagar, hijauan pakan, kandang kerja dan fasilitas pendukung. Terlebih peternakan rusa memiliki kebutuhan peralatan yang sangat spesifik seperti kandang jepit atau keterampilan khusus seperti pembiusan. Ini memerlukan sumber daya manusia yang handal. Tetapi semua ini ada kompensasinya dari rendahnya biaya perawatan serta harga jual yang tinggi dari produk-produk yang dihasilkan. 3. Perilaku Walaupun pada dasarnya semua rusa bersifat liar dan nervus, namun apabila diperhatikan secara seksama, akan diperoleh kelompok individu rusa yang mempunyai sifat lebih tenang dibandingkan dengan yang lainnya. Yang diinginkan adalah individu rusa yang berkepribadian tenang dan mudah diatur pada lingkungan peternakan. Pada tingkat peternakan, dengan adanya rusa yang penakut justru seringkali menjadi pemicu bagi timbulnya sifat nervus dalam kelompok rusa tersebut, sehingga menyulitkan dalam hal pengelolaannya. Dengan demikian ukuran besar tubuh rusa tidak begitu menjadi masalah. Ada pandangan bahwa semakin kecil ukuran tubuh jenis rusa maka akan semakin liar sifatnya. Mungkin ada sedikit benarnya, tetapi hal ini juga tidak terlepas dari sifat kepribadian alaminya. Rusa timor oleh para kalangan peternak di negara barat saat ini dikenal sebagai rusa tropis yang paling mudah diatur dibandingkan dengan rusa tropis lainnya. Rusa sambar ataupun rusa chital cenderung nervus bila berada di daerah yang sempit. Sedangkan rusa Bawean dan muncak terkenal oleh sifatnya yang liar dan nervus sepanjang masa apabila dilepas di umbaran yang luas. Namun sebenarnya, apabila kita telah mampu mempelajari pribadi atau karakter dari masingmasing jenis rusa tersebut, maka pengembangannya adalah dengan cara menyesuaikan karakter tersebut dengan kehendak atau tujuan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 49 dari peternakan. Dengan demikian, di dalam pengembangan peternakan rusa ada usaha untuk saling memahami dan menghormati sifat-sifat kepribadian antara manusia dengan hewan. Inilah mungkin seninya dari menternakkan kelompok satwa yang belum terdomestikasi terlalu lama dan mempunyai sifat alami liar. Tantangan pengembangan memang cukup tinggi mengingat rusa masih belum banyak dipahami perilakunya oleh kalangan peternak hewan domestik yang berpengalaman sekalipun. 4. Pakan Demi kemudahan pengelolaan peternakan, dari sudut pandang kebiasaan pakannya, jenis rusa yang bersifat merumput lebih mudah dikelola dibandingkan dengan yang pemakan dedaunan. Apabila perlu dilakukan penambahan hijauan, maka pencarian rumput adalah jauh lebih mudah dibandingkan dengan pencarian dedaunan. Rusa pemakan rumput juga cenderung untuk menerima keragaman pakan non rumput seperti konsentrat, dedak, jagung, buah-buahan, sayuran atau limbah pertanian dengan mudah. Dalam hal ini rusa sambar, chital dan timor mampu dengan baik mengkonsumsi pakan dalam bentuk rumput sepenuhnya, sedangkan pada rusa Bawean ada kecenderungan perlu diberikan rerumputan yang lembut serta dedaunan. 5. Ketahanan terhadap penyakit Apabila kebersihan di peternakan kurang baik, maka lingkungan di dalam peternakan tersebut relatif akan lebih banyak mengandung bibit penyakit dibandingkan dengan lingkungan kehidupan di habitat aslinya. Oleh sebab itu rusa yang akan dipelihara haruslah dari kelompok yang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Tingginya sifat nervus dan mudah stres pada seekor rusa akan memberikan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 50 pengaruh negatif bagi hewan itu sendiri terhadap ketahanan tubuhnya dari serangan penyakit. 6. Sosialisasi Khususnya pada rusa jantan, hidup bersosialisasi dalam lingkungan yang kecil secara alami adalah sulit. Walau di alam bebas rusa jantan cenderung untuk hidup menyendiri dan hanya berkumpul pada saat musim kawin, namun dalam tingkat peternakan mereka harus mampu untuk hidup berdampingan dengan sesama pejantan lainnya atau betina setiap saat. Hal ini berarti mengubah perilaku aslinya. Dengan dimilikinya kemampuan untuk hidup bersosialisasi pada lingkup peternakan akan lebih memudahkan dalam hal tata laksana pemeliharaan. Ini perlu sekali diperhatikan terutama pada kelompok peternak yang tujuan utama pemeliharaannya adalah untuk dipanen ranggah mudanya. Sedangkan pada rusa betina kegiatan pengelompokan umumnya tidak akan terlalu menjadi masalah. 7. Tingkat adaptasi Walau rusa secara alami lebih menyukai kehidupan di alam bebas, tetapi mereka harus mampu untuk bereproduksi dan berproduksi pada lingkungan yang terbatas. Untuk itu diperlukan kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang terbatas dengan baik, sehingga rusa tidak mudah menjadi stres, yang mana hanya akan menurunkan tingkat produktivitas ataupun menjadi sakit-sakitan. 8. Pola perkawinan Dalam dunia peternakan, melakukan sesuatu kegiatan yang dapat dikerjakan secara serempak merupakan hal yang sangat menguntungkan dan diharapkan. Tidak terkecuali dalam hal Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 51 perkawinan dan kelahiran. Jenis rusa yang paling tepat untuk diternakkan adalah yang bersifat poligamus, artinya pejantan dapat mengawini lebih dari satu betina dalam satu musim kawin. Dengan demikian pemilikan pejantan tidak perlu banyak yang kelak dapat menurunkan permasalahan perilaku diantara kelompok pejantan. Selain itu sebaiknya betina adalah dari kelompok rusa yang mudah untuk disinkronkan masa berahinya agar diperoleh masa kelahiran yang seragam dalam periode yang relatif pendek. Semua persyaratan yang dikemukakan di atas tidaklah bersifat mutlak. Artinya sebatas kita mampu untuk menyesuaikan terhadap rusa yang tidak terlalu memenuhi persyaratan tersebut, maka tidak ada persoalan untuk menternakkan setiap individu atau jenis rusa. Namun diharapkan melalui penseleksian seperti di atas, maka kelak dalam pelaksanaan pemeliharaannya akan lebih mudah dan memberikan keuntungan tersendiri. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 52 Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 53 8 BENTUK PEMELIHARAAN Rusa dapat dipelihara dalam bentuk diikat, dikandangkan atau dilepas di dalam padang umbaran yang disebut pedok (paddock). Hasil pemantauan di daerah Indonesia timur menunjukkan bahwa masyarakat setempat yang menangkarkan rusa dalam jumlah kecil (<5 ekor) banyak yang memelihara dengan cara dikandangkan, tetapi tidak sedikit yang diikat, terutama dengan kepemilikan kurang dari empat ekor. Tetapi ada juga yang dilepas di halaman rumahnya yang berpagar. A. Cara diikat Pemeliharaan dengan cara ini cenderung tidak terlalu umum dan lebih banyak dilakukan oleh pemilik rusa di pedesaan/kota kecil. Pemelihara biasanya memperlakukan hewannya sebagai hewan kesayangan. Dengan cara diikat, tata laksana pemeliharaan adalah di pagi hari rusa dikeluarkan dari kandang bermalam atau tempat berteduh dan dibawa ke padang penggembalaan untuk kemudian diikat dan ditinggalkan sepanjang hari. Pada sore hari rusa dibawa kembali ke pekarangan atau dimasukkan ke dalam kandang bermalam. Air minum diberikan saat digembalakan. Pada cara diikat, tali yang dipakai harus kuat dan cukup panjang, minimal tiga meter. Untuk mengurangi iritasi atau luka di daerah leher, sebaiknya menggunakan tali jenis plastik yang agak besar dan di daerah leher tali tersebut diselimuti oleh tabung plastik. Cara pemeliharaan secara diikat memang agak sulit untuk diterapkan pada setiap rusa, baik pada jenis maupun pada individu Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 54 rusanya. Agar rusa terbiasa dengan ikatan, perlakuan pengikatan harus sudah dimulai sejak kecil, sekitar saat mendekati masa lepas sapih. Kecenderungan rusa yang dapat diikat adalah mereka lebih jinak. Pada jenis rusa yang kecil (rusa Bawean dan kijang) mereka hampir tidak dapat dipelihara secara diikat. Yang perlu diperhatikan pada pemilikan rusa secara diikat adalah terhadap pejantan yang tengah memasuki masa ranggah keras. Sesuai dengan perubahan fisiologi dan perilakunya, di saat pejantan dalam keadaan ranggah keras maka di saat itu pula pejantan tersebut berada dalam kondisi siap kawin. Tingginya konsentrasi hormon reproduksi, yaitu testosteron, mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku. Pada beberapa individu pejantan seringkali rusa menjadi sangat pemberani dan agresif baik terhadap manusia maupun sesama pejantan rusa. Keinginan untuk selalu bertarung sangatlah tinggi dan siapa saja yang mendekat akan dianggap sebagai lawan. Kekuatan tenaganyapun semakin berlipat ganda. Oleh sebab itu, saat ranggah dalam keadaan keras maka pada di saat itulah rusa jantan berada pada kondisi yang sangat membahayakan manusia. Dalam keadaan demikian, pada sistem pemeliharaan secara diikat, penanganan pejantan harus sangat ekstra waspada dan hati-hati. Saat memasuki ranggah keras, pejantan tersebut sudah tidak boleh didekati oleh orang lain atau ditinggalkan di lapangan penggembalaan yang ramai dengan orang, karena dikhawatirkan akan menyerang siapa saja yang mendekat. Hal yang terbaik untuk dilakukan di saat pejantan dalam keadaan beranggah keras adalah mengikat kuat di satu tempat yang cukup terlindung dan pakan diberikan secara cukup hingga ranggah keras lepas. Bila memungkinkan, saat ranggah telah keras tetapi sifat agresifnya belum mulai meningkat, dilakukan pemotongan ranggah keras dengan menggunakan gergaji besi. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 55 B. Cara dikandangkan Pengertian kandang disini dapat berupa sebuah bangunan yang dibatasi dinding rapat, tetapi juga dapat sebagai sebuah area terbuka yang tidak terlalu luas, yang dibatasi oleh pagar. Tetapi umumnya karena kecilnya luasan wilayah dalam batas yang berpagar tidak memungkinkan rusa untuk dapat merumput, sehingga perlu diberi pakan setiap hari. Pada rusa yang dikandangkan bentuk bangunan, bahan kandang yang dipergunakan tidak perlu terlalu mahal. Yang utama adalah kuat dan disesuaikan dengan ketersediaan bahan serta jenis rusa yang akan dipelihara. Di beberapa daerah di Indonesia timur, dinding kandang untuk rusa timor terbuat dari tumpukan pelepah daun pohon gewang yang telah kering (bebak), batang pohon yang kering, bambu, kumpulan batu cadas atau juga papan. Ada pula yang membangun kandang dengan bahan kawat harmonika dengan lebar lubang lima cm atau kawat bronjong yang dibentangkan. Untuk yang mempunyai cukup biaya, tidak sedikit kandang dibangun menggunakan terali besi atau berbahan tembok di bagian bawah dan pagar besi di bagian atas. Apabila kandang beratap, sebaiknya tinggi minimal langit-langit atap adalah dua meter. Yang terbaik adalah menghindari penggunaan atap yang terbuat dari seng, terlebih apabila tinggi atap termasuk rendah (< 2 m) atau terkecuali kandang beratap terlindungi oleh tegakan pohon. Pembuatan kandang panggung sangat tidak disarankan mengingat sifat rusa yang sangat waspada, sehingga adanya gerakan di bawah lantai seringkali justru membuat rusa menjadi nervus. Pada kandang yang bukan berupa bangunan, pada satu sisi sebaiknya diberikan naungan kecil dan ada bagian lantai tanah yang dibuat agak tinggi selebar kurang lebih 0,5-1,0 m sepanjang satu sisi kandang. Fungsinya adalah sebagai tempat berlindung dari genangan air di saat musim penghujan tiba. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 56 Gambar 12. Jantan yang sedang beranggah keras perlu diikat lebih pendek lagi karena sifat agresifnya (atas), sedangkan rusa yang diikat banyak yang menjadi kebanggaan pemiliknya karena dapat menjinakkan hewan liar (bawah) (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 57 Gambar 13. Bentuk kandang tradisional di masyarakat Pulau Alor (atas) dan Pulau Timor (bawah) (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 58 Gambar 14. Kandang yang sangat sederhana untuk rusa sambar (atas) maupun rusa timor (bawah) (foto: G. Semiadi). Pada rusa yang dikandangkan perlu diperhatikan faktor kebersihan dari kotoran, air dan sisa pakan. Lingkungan kandang hendaknya selalu kering, terutama lantainya. Pada kandang pejantan ada Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 59 baiknya dibuat sedemikian kuatnya guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di saat dalam keadaan ranggah keras. Bila perlu, khusus menjelang masuk ranggah keras, apabila pejantan tersebut terkenal dengan perubahan sifat agresifnya yang tinggi, pejantan sudah harus mulai diikat dan dipotong ranggahnya. Sebab pada lingkungan yang sangat terbatas seperti kandang atau diikat, pada jantan yang agresif akan banyak merusak benda di sekitarnya dengan menggunakan ranggah kerasnya. Luas kandang perlu disesuaikan dengan jenis rusa yang akan dipelihara. Semakin luas kandang akan semakin baik guna kepentingan kesehatan rusa. Ada yang membuat kandang untuk seekor rusa timor dewasa dengan ukuran panjang 1,8 x lebar 1,2 x tinggi 1,9 m. Di wilayah Nusa Tenggara Timur, mayoritas bentuk kandang adalah yang berpagar dengan luas berkisar antara 20-112 m2 atau pada alokasi luas kandang antara 2,75-12,50 m2/ekor. Pada beberapa tempat pemeliharaan rusa juga sering disatukan dengan hewan ternak babi. Di Korea, luas kepemilikan kandang milik peternak rusa skala kecil adalah antara 965-2.216 m2 , dengan jumlah kandang rata-rata 5,6 buah ( 2,8) per peternak. Mengingat luasan kandang yang termasuk kecil, seringkali keberadaan rumput tidak pernah mencukupi walau berada di musim penghujan sekalipun. Untuk itu peternak harus selalu siap memberikan pakan tambahan, rata-rata 2,2 kgBK/ekor/hari (kisaran 1,0-3,2 kg), dengan imbangan antara hijauan:konsentrat adalah 89:11 di musim panas, hingga 29:71 di musim dingin. Sebanyak 76,6% dari peternak melakukan program pemberian obat cacing, 20% sekali setahun dan sisanya dua kali per tahun. Sedangkan program tahunan desinfektan kandang, pada yang memelihara bentuk kandang bangunan, hanya dilakukan pada 30% dari total peternak. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 60 Terlepas dari cara bagaimana rusa akan dipelihara, yang perlu diperhatikan adalah dalam hal penanganan ternak rusa secara keseluruhan. Jangan hanya karena rusa dapat diikat atau dikandangkan, rusa-rusa tersebut diperlakukan sama seperti layaknya kambing, domba ataupun sapi. Hal ini tidaklah benar. Sebab, bagaimanapun jinaknya seekor rusa, sifat liarnya akan selalu tetap melekat, sehingga perlu dihindari terhadap setiap bentuk gangguan yang dianggap sebagai musuh alami rusa, seperti anjing ataupun suara yang keras dan mengagetkan. Semua ini seringkali hanya akan membuat rusa menjadi panik dan berusaha untuk melepaskan diri baik dari ikatan tali leher ataupun dari dalam kandang. Kasus rusa cidera oleh upaya meloloskan diri akibat panik ini cukup tinggi dan seringkali diakhiri dengan keadaan patah tulang di bagian kaki atau leher bahkan hingga kematian. Tabel 8. Ukuran luas lantai kandang pada dua jenis rusa tropis. Umur rusa Luas kandang (m2/ekor) Rusa timor 3-12 bulan 1,00 – 1,50 betina dewasa 1,75 – 2,25 jantan dewasa 2,00 – 2,75 Rusa sambar 3-12 bulan 1,00 – 1,80 betina dewasa 2,00 – 2,50 jantan dewasa 2,75 – 3,25 C. Cara pedok Pada pemeliharaan rusa dengan jumlah yang cukup banyak dan tujuan pemeliharaan sudah diarahkan pada usaha peternakan secara komersil, maka sebaiknya pemeliharaan yang dilakukan adalah dalam bentuk dilepas di suatu padang umbaran dengan ketersediaan rumput yang cukup sehingga mereka dapat dengan leluasa Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 61 merumput. Beberapa kotakan padang umbaran yang cukup luas ini disebut pedok (paddock). Mengingat pedok juga berfungsi sebagai tempat tinggal mereka yang terbatasi oleh pagar, maka dalam pedok itu sendiri harus pula tersedia sumber air minum dan naungan yang cukup. Suatu padang rumput savana dapat pula dikembangkan ke dalam beberapa pedok dengan hanya pada beberapa bagian pedok yang ditingkatkan kualitas hijauannya. Pengetahuan mengenai pengelolaan pastur (padang umbaran) akhirnya diperlukan agar mencapai efisiensi pengelolaan. Pada sistem pedok banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunannya. Ini tidak lain karena pada umumnya dalam sistem pedok luasan lahan yang digunakan adalah besar. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: C.1. Lokasi pedok Penentuan lokasi pedok memegang peran penting demi kelancaran segala kegiatan yang berhubungan dengan peternakan rusa itu sendiri. Yang perlu diperhatikan antara lain adalah : C.1.1. Akses tempat tinggal Perlu adanya orang yang tinggal dekat dengan peternakan itu sendiri. Hal ini penting untuk urusan penjagaan keamanan dan terlebih lagi guna kemudahan dalam pengawasan intensif, seperti di saat musim kawin, musim melahirkan atau penanganan yang menyangkut rusa sakit. Dengan dekatnya antara rumah dan peternakan, maka rusa-rusa yang ada akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan hiruk pikuk kegiatan manusia seperti adanya suara kendaraan atau hal lainnya. Karena suara ini setiap hari terdengar, maka rusa tidak mudah stres dan cenderung akan menjadi lebih tenang sifatnya. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 62 C.1.2. Akses lalu lintas kegiatan Ini menyangkut kemudahan logistik baik dari lokasi peternakan ke luar peternakan (kota, desa) ataupun logistik di dalam lingkup peternakan itu sendiri (antar pedok). C.1.3. Topografi Rusa secara alami menyukai daerah yang berbukit dengan variasi topografi lainnya. Namun dikaitkan dengan biaya kapital dalam hal pemagaran perlu diperhatikan tingkat keterjalan permukaan tanah. Hal ini mengingat biaya awal pemagaran memang cukup tinggi. Dengan adanya topografi yang berbukit dan aliran sungai di dalamnya perlu diselaraskan dengan disain pembentukan pedok dan alur gang antar pedok pula. Secara umum pemagaran pada tanah yang landai akan jauh lebih murah dibandingkan pada kondisi berbukit. C.1.4. Naungan Secara alami di alam bebas rusa menyukai daerah yang dekat dengan naungan, terlebih pada daerah yang panas seperti di kawasan tropis. Beberapa peternak rusa tropis di Australia dan Kaledonia Baru hanya menyediakan naungan alami dalam bentuk semak bagi rusa bunting dan anak sebelum dilakukan penyapihan. Namun cara ini hanya cocok untuk sistem ranch farming (peternakan pada padang umbaran yang sangat luas dan terpagar). Sedangkan untuk sistem pedok intensif, cukup diberikan naungan bentuk pepohonan yang ditanam di luar pagar atau naungan buatan di tepi pagar. Pada beberapa penangkar di Indonesia yang memelihara rusa dalam satu pedok yang luas, biasa dijumpai pepohonan tinggi dengan jarak antar pohon sekitar 3 x 5 m atau 5 x Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 63 Gambar 15. Sistem pedok peternakan rusa sambar di Selandia Baru (atas) dan pedok dalam persiapan penanaman rumput di Kalimantan Timur (bawah) (foto: G. Semiadi). 7 m. Terlalu padatnya pepohonan yang berada di dalam pedok hanya akan menekan pertumbuhan rumput. Sedangkan terlalu Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 64 padatnya semak di dalam pedok juga tidak terlalu baik dari segi perilaku rusa, karena rusa dan anaknya akan lebih susah untuk dihalau ke luar bila diperlukan. Selain itu rusa cenderung menjadi lebih liar serta malas keluar dari daerah semak karena dirasa jauh lebih aman berada di dalam kegelapan semak. C.1.5. Sumber air Tidak ada bentuk kehidupan yang tidak memerlukan air. Mengingat pedok merupakan tempat tinggal rusa, maka di setiap pedok perlu tersedia sumber air, baik yang alami (dalam bentuk aliran sungai) ataupun buatan dalam bentuk bak air. Dalam penyediaan sumber air perlu diperhatikan bahwa sumber air dapat pula menjadi kubangan. Demi menjaga kesehatan semua rusa terhadap serangan parasit atau penyakit, sebaiknya sumber air minum tidak dialih fungsikan sebagai tempat kubangan. Untuk itu dalam penyediaan bak air minum, maka di atas lubang bak tersebut sebaiknya ditutup dengan kawat yang sedemikian rupa sehingga hanya bagian moncong yang dapat masuk. Di musim panas, rusa timor yang hidup di alam terbuka diperkirakan memerlukan air minum hingga lima liter seharinya. Selain itu induk yang sedang menyusui juga akan membutuhkan cukup banyak air minum dibandingkan yang tidak sedang menyusui. C.2. Pedok Pembangunan pedok merupakan awal dari penempatan modal yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan luasan tanah yang diperlukan biasanya cukup luas dan memerlukan lokasi yang termasuk katagori strategis dari berbagai aspek (kemudahan, jarak, fasilitas). Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pembangunan, pastikan telah dibuatkan tata letak terlebih dahulu yang terkait dengan ukuran dan jumlah pedok, kandang kerja, jalan darurat dalam lingkungan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 65 peternakan, tempat tinggal pekerja serta bangunan fisik lainnya yang dirasa perlu. C.2.1.Bentuk Bentuk pedok perlu disesuaikan dengan keadaan topografi. Pedok yang memanjang lebih memudahkan dalam hal penggiringan rusa keluar dari pedok. Tetapi pada pedok berbentuk persegi empat akan mengurangi rusa untuk bergerombol di satu sisi saja sehingga mengurangi tingkat erosi atau kerusakan area rumput. Pedok yang diletakkan di daerah yang miring perlu sekali memperhatikan keterjalannya. Hal ini mengingat rusa paling senang untuk berlari di daerah yang berbukit, yang mana justru hanya akan menimbulkan erosi di dalam pedok tersebut. Timbulnya erosi dipandang dari sudut produktivitas rumput hanya akan menurunkan luasan efektif yang dapat dimanfaatkan, sehingga daya dukung dapat turun secara tajam. Kesuburan tanah perlu menjadi prioritas pengkajian awal sebelum diputuskan membangun pedok di kawasan tersebut. Idealnya 70% dari setiap luasan pedok merupakan wilayah yang subur tanahnya, atau mampu ditingkatkan kesuburannya, sehingga luasan efektif pedok yang termanfaatkan cukup besar. Pembangunan pedok juga berhubungan erat dengan tata letak gabungan bentuk pedok yang ada, sehingga memudahkan di dalam menghubungkan antar pintu pedok dan gang penghubung menuju kandang kerja atau pedok lainnya. C.2.2. Luasan Penetapan luasaan pedok berkaitan dengan jumlah pedok yang akan dibangun, kemudahan pengeluaran rusa dari pedok dan jumlah rusa yang akan diternakkan. Kadang kala perlu memiliki pedok yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 66 cukup banyak agar diperoleh fleksibilitas pemindahan rusa atau pemisahan kelompok sesuai kebutuhan setiap tahunnya. Satuan pedok hendaknya tidak terlalu luas. Idealnya yang terbesar sekitar 1,5-2,0 ha, yang sedang 0,3-1,0 ha dan ada pedok berukuran kecil sekitar 50-200 m2 untuk kepentingan inspeksi atau pemisahan. Ada baiknya dipertimbangkan tentang perlu tidaknya pedok isolasi bagi rusa yang sakit. Secara garis besar kepadatan rusa pada padang rumput yang cukup subur berkisar antara 12-15 ekor/ha untuk rusa dewasa atau 15-20 ekor untuk rusa remaja (< 2 tahun). Apabila kepadatan terlalu tinggi disertai dengan tingkat pertumbuhan rumput yang lambat, seperti karena di musim kemarau, maka harus dilakukan pergiliran penggunaan pedok yang lebih sering atau dilakukan pemberian hijauan tambahan. Tetapi di Kaledonia Baru, tidak jarang padang umbaran seluas 10 ha yang berumput unggul dan empat ha rumput alam hanya diperuntukkan 74 betina induk. Tujuannya tidak lain adalah agar diperoleh penampilan tubuh yang optimal menjelang perkawinan. Di Australia, 77% dari peternakan rusa mempunyai luasan pedok < 40 ha. C.2.3. Lokasi pintu pedok dan gang Setiap pedok tentu harus dihubungkan dengan pintu untuk menuju pedok lainnya. Selain itu perlu dibuat jalur jalan tersediri dari pedok terjauh menuju kandang kerja atau pedok lainnya dengan tidak harus melewati pedok di sebelahnya. Untuk itu dibangun jalan penghubung yang dikenal dengan sebutan gang (raceway), dengan lebar yang kecil, sekitar 2-2,5 m. Namun tidak jarang gang dibuat agak melebar di satu ujung dan menyempit saat mendekati kandang kerja atau dikenal dengan sebutan bentuk V. Dalam penempatan pintu pedok sebaiknya berada di salah satu sudut pagar pedok. Hindari pembangunan pintu gerbang di bagian tengah pagar, karena akan sulit mengarahkan rusa keluar secara Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 67 bersamaan. Lebar pintu jangan terlalu sempit atau terlalu lebar. Ukuran standar pintu gerbang pedok di Selandia Baru adalah lebar 2,0-2,5 m. Gambar 16. Tata letak pedok dan kandang kerja. Pada ukuran gerbang sedemikain, gerombolan rusa masih dapat dengan mudah melihat pintu yang terbuka dan tidak akan terlalu Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 68 berdesakan bagi rusa untuk saling berebut lari melewati pintu pagar tersebut. Apabila topografi pedok sedikit berbukit, sebaiknya pintu gerbang berada di arah puncak bukit. Hal ini mengingat rusa agak lebih mudah dikendalikan di saat berjalan bergerombol mendaki dan akan lebih mudah tercerai-berai apabila berlari bergerombol secara menurun. Jenis engsel pintu gerbang sebaiknya sedemikian rupa sehingga pintu dapat dibuka 1800 . C.2.4 Naungan Naungan, baik yang alami ataupun yang buatan, sangat diperlukan bagi rusa yang berada di pedok. Di alam bebas, naungan akan dicari sendiri oleh rusa manakala diperlukan. Namun di dalam pedok rusa harus dapat menerima apa adanya. Oleh sebab itu, guna menghindari stres bahkan penurunan produksi akibat ketidak nyamanan cuaca yang ekstrim (panas, hujan), maka ketersediaan naungan perlu diperhatikan pada wilayah yang cukup ekstrim kondisi iklim kemarau dan penghujannya. Naungan semua tidaklah harus berupa atap buatan atau pohon khusus di dalam pedok. Tetapi dapat dikemas sebagai bagian dari strategi penyediaan hijauan, seperti penanaman pohon disepanjang pagar, dimana kerindangan kanopi dahan dapat berfungsi sebagai naungan, dan daun dapat dimanfaatkan sebagai hijauan tambahan. C.3. Pagar Sebagai pembatas antara pedok dengan dunia luar atau dengan pedok lainnya, maka perlu dilakukan pemagaran. Di luar negeri standar pagar bagi peternakan rusa telah ada, dengan bentuk anyaman pagar yang tersendiri yaitu berupa anyaman berbentuk kubus atau persegi panjang. Bahan yang dipakai adalah kawat campuran baja berdiameter 2,5 mm kualitas HT (high tensile) dengan tinggi pagar untuk pemisah antara pedok dengan dunia luar Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 69 2,0 m dan pagar di dalam (antar pedok) 1,75-2,0 m. Khusus pada pedok untuk kelahiran, biasanya peternak rusa memasang pagar dengan tingkat kerapatan sekitar 40 cm dari tanah yang lebih rapat. Hal ini dimaksudkan agar anak rusa tidak dapat keluar pedok atau tidak ada hewan liar masuk ke pedok untuk mengganggu anak rusa. Gambar 17. Berbagai bentuk standar pagar kawat peternakan rusa yang banyak dikembangkan di luar negeri (Sumber: Cyclone leaflet). Untuk kondisi Indonesia, modifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan kawat harmonika dengan kualitas yang baik yaitu Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 70 dilapisi anti karat, diameter 3,5 mm, lebar lubang 4 x 4 cm atau 5 x 5 cm. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam pemasangan kawat harmonika tersebut, tingkat kekencangan kawat perlu sekali diperhatikan. Jangan sampai pagar terasa kendor rentangannya, karena ini memudahkan rusa untuk dapat merusak posisi tiang pancangnya apabila menabraknya. Kawat bronjong banyak pula dipakai selain dari pagar kawat bentuk BRC. C.4. Kandang kerja Kandang kerja merupakan suatu bangunan dimana kita melakukan pemeriksaan atau bekerja dengan cara menyentuh rusa. Namun karena rusa pada dasarnya tidak suka dipegang, maka untuk kemudahan pekerjaan, rusa perlu ditempatkan di dalam ruangan, sehingga dibuatlah kandang kerja. Tidak ada standar kandang kerja yang baik. Semuanya sangat bervariasi disesuaikan dengan besarnya kepemilikan rusa dan sifat rusa. Yang utama adalah desain kandang kerja harus mampu memenuhi kebutuhan kerja yang aman dan efisien, baik bagi operator ataupun ternak, sehingga merupakan daerah kerja yang nyaman terutama untuk rusa sebagai ternak yang liar. Untuk daerah tropis, tinggi kandang kerja perlu mendapatkan perhatian agar sirkulasi udara baik, tidak membuat kandang menjadi pengap dan panas akibat puluhan hewan rusa berada di dalam kandang kerja. Desain kandang kerja harus mampu mengakomodasi kelompok rusa dari yang berjumlah agak besar untuk kemduian dipecah menjadi beberapa kelompok yang berjumlah kecil, serta dengan ketersediaan fasilitas penjepit rusa dan ruang timbang. Ruang penampungan di dalam kandang kerja harus cukup dengan adanya fentilasi serta diimbangi pula dengan kondisi ruang yang agak gelap, Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 71 mengingat kondisi gelap merupakan atmosfir yang dapat dengan cepat menenangkan rusa dari rasa takut atau stres. Seringkali pengecatan dinding dengan warna gelap dilakukan atau fentilasi dibuat sedemikian rupa sehingga sinar matahari tidak terlalu banyak yang masuk. C.4.1. Letak Letak kandang kerja sebaiknya berada di tengah unit peternakan. Tetapi dapat pula ditempatkan pada satu sudut pedok demi memudahkan keluar masuknya kendaraan bermotor. Dengan demikian kandang kerja akan berfungsi sebagai pusat pertemuan dari semua arah pintu keluar pedok dengan pintu keluar daerah peternakan yang dihubungkan dengan gang. Mengingat mata rusa sangat tajam dan sangat hati-hati memasuki daerah yang terasa asing, maka demi kemudahan penggiringan ke dalam kandang kerja, rusa harus cukup banyak mengenali daerah kandang kerja dengan cara sering membawa rusa ke wilayah kandang kerja. Agar pemasukan rusa ke dalam kandang kerja lebih mudah, cara yang terbaik adalah dengan membuat pintu gerbang masuk yang lebar dan agak membelok dari arah masuknya rusa (bentuk cembung, curve). Sering terjadi, apabila pintu masuk terletak lurus berhadapan langsung dengan arah rusa berlari untuk masuk, justru saat berada di muka pintu rusa sering memperlambat larinya atau bahkan berbalik arah akibat melihat pintu atau agak gelapnya wilayah di depannya. Untuk itu mata rusa perlu dialihkan dengan bentuk gang masuk yang agak berbelok. Namun kondisi ini bukan suatu keharusan. C.4.2. Bentuk Tidak ada bentuk kandang kerja yang baku dan terbaik. Semua sangat bersifat relatif. Yang paling utama perlu diperhatikan ialah Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 72 karena umumnya rusa yang masuk ke dalam kandang kerja secara berlari, maka dengan berkumpulnya rusa di dalam kandang kerja akan terasa sekali peningkatan suhu ruang yang cepat. Untuk itu kandang kerja haruslah cukup tinggi keadaan langit-langitnya dengan ventilasi yang baik. Di dalam kandang kerja sebaiknya tersedia: C.4.2.1. Ruang pengumpulan Merupakan area yang digunakan tempat mengumpulkan rusa saat pertama kali masuk ke kandang kerja. Dapat berupa ruang yang cukup besar ataupun kandang tidak beratap di luar, berukuran sekitar 10 x 3 m, yang dihubungkan dengan lorong selebar 2,0-2,5 m menuju kamar yang lebih kecil di dalam kandang kerja, dengan ukuran 3 x 3 m atau 2 x 3 m. Kadangkala ruang dibuat demikian kecil hanya cukup untuk menampung 2-3 ekor rusa. Tinggi dinding ruang setidaknya 2,4 m dengan bahan yang cukup kuat dan rapat. C.4.2.2. Ruang penanganan Merupakan kamar yang lebih kecil lagi hanya untuk diisi 2-4 ekor rusa, dengan ukuran kurang lebih 2 x 3 m. Biasanya ruangan ini diperuntukkan bagi persiapan rusa untuk masuk ke ruang penjepit, ruang timbang atau ke ruang pengangkutan rusa ke dalam angkutan mobil. Di dalam ruangan ini perlu diperhatikan adanya fasilitas bagi operator untuk bisa menghindar dari serangan rusa apabila rusa melakukan hal-hal yang membahayakan. C.4.2.3. Ruang penimbangan Bagi peternak yang sangat memperhatikan perkembangan rusanya, maka penyediaan ruang tempat penimbangan rusa sangat dibutuhkan. Kamar penimbangan haruslah sekecil mungkin, sehingga rusa hanya dapat masuk dari satu arah dan tidak dapat berputar. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 73 Gambar 18. Denah dari kandang kerja dengan beberapa kamar pemisah (Sumber: de Vos 1982). Tempat penimbangan umumnya dibuat sebagai suatu kotakan kayu yang rapat di bagian atapnya. C.4.2.4. Ruang penjepit rusa Adanya fasilitas penjepit rusa merupakan salah satu kekhasan tersendiri dari suatu peternakan rusa. Penjepit rusa seringkali diperlukan untuk kepentingan penyentuhan dan pemeriksaan pada rusa, seperti observasi yang sakit, pemotongan ranggah, penomoran telinga, vaksinasi, drenching (pemasukan obat lewat mulut dengan alat), pengobatan, test kebuntingan dll. Penggunaan penjepit Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 74 Gambar 19. Denah kandang kerja tanpa ada ruang untuk penjepit rusa. Ruang penimbangan dapat dimodifikasi untuk ruang penjepit (Sumber: de Vos 1982). dilakukan karena rusa mempunyai sifat untuk melompat bila dalam keadaan takut dan tidak suka dipegang. Maka dalam pengendaliannya haruslah dijepit atau dibius. Dengan cara dijepit waktu yang diperlukan menjadi lebih singkat, sedangkan apabila menggunakan obat bius, selain resiko kematian, juga akan menghabiskan waktu yang lebih lama sebelum rusa tersebut dapat didekati. Saat ini ada dua jenis alat penjepit yang paling populer, Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 75 Gambar 20. Alat penjepit rusa sistem squeeze (atas) yang dipergunakan di Selandia Baru dan sistem drop floor (bawah) yang dipergunakan di Kalimantan Timur (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 76 Gambar 21. Kandang penangkapan rusa Bawean (atas) dan kandang jepit sistem drop floor (bawah), keduanya hasil pengembangan Puslit Biologi LIPI (foto: G. Semiadi). yaitu yang bersifat menjepit (squeeze) ataupun model yang lantainya jatuh (drop floor). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 77 Prinsip kerja alat penjepit rusa sistem drop floor adalah rusa memasuki suatu kotakan yang menyempit di bagian kaki (berbentuk Y), saat badan rusa telah memasuki alat penjepit alas lantai dilepas sehingga badan tergantung. Pada sistem squeeze, rusa memasuki suatu kotakan alat penjepit, dimana saat badan rusa telah sepenuhnya berada di dalam kotakan penjepit, dengan tenaga hidrolik atau pegas ke dua dinding alat penjepit yang berlapiskan busa menjepit badan rusa, dengan posisi kepala rusa berada di atas alat penjepit. C.4.2.5. Ruang pengangkutan Pada suatu pemeliharaan rusa, tidak jarang rusa perlu diangkut dengan kendaraan dalam keadaan hidup pada jumlah yang cukup banyak. Untuk itu perlu dikembangkan suatu area dimana rusa dapat diangkut tanpa harus dibius. Penyediaan area ini dapat berupa penyediaan suatu ruangan yang agak lebar (9 m2 ) di dalam kandang kerja dan meruncing menuju suatu gang yang sempit (< 60 cm) dan agak panjang (2-3 m) dengan dinding yang cukup tinggi agar rusa tidak dapat melompat ke luar (2,50 m), yang akan menuju ke ujung gang dimana ditempatkan kotak pengangkut. Seringkali mengingat demikian banyaknya fungsi kandang kerja, peternak rusa di barat membangun kandang kerja dengan bentuk pintu yang berputar pada ruang utama, sehingga dengan mudah rusa didorong ke ruang mana yang dikehendaki. C.4.2.6. Lantai Kebersihan merupakan kunci utama dalam bekerja di manapun. Mengingat rusa yang sedang berada di dalam kandang kerja hampir selalu dalam kondisi setidaknya agak stres, maka sering mereka mengeluarkan kotoran ataupun kencing di dalam kandang kerja. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 78 Selain itu kotoran lumpur atau tanah yang dibawanya lewat penempelan di teracak (kuku, dalam istilah yang salah) sering menambah tingkat kekotoran di dalam kandang kerja. Agar kandang selalu dalam keadaan bersih dan kering, sebaiknya lantai berupa tanah yang kering tetapi padat, dan apabila dijumpai mulai banyak kotoran, perlu untuk cepat dibersihkan lewat penyapuan atau ditutup dengan serbuk gergaji. Tidak jarang ada yang menyarankan lantai untuk disemen. Tetapi ini memerlukan biaya yang lebih mahal lagi. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 79 9 PENGELOLAAN PERKAWINAN Betina Pada kebanyakan jenis rusa berbadan besar, seperti rusa sambar, betina mencapai umur dewasa kelamin antara umur 15-18 bulan. Tetapi hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi berat badan. Pada rusa timor, dilaporkan usia pubertas dapat dicapai pada umur delapan bulan dengan berat badan minimum sekitar 40 kg. Lama masa berahi pada rusa timor adalah antara 6-25 jam dan ada yang menyatakan hingga 48 jam. Sedangkan siklus berahi (estrus) berkisar antara 20-22 hari sekali. Di Kaledonia Baru, 70% dari populasi rusa yang teramati menunjukkan siklus berahi berada pada kisaran 16–18 hari, tetapi antara bulan Pebruari sampai Juni persentase betina bersiklus hanya antara 35-55% saja. Pada rusa sambar siklus berahinya dilaporkan antara 17-23 hari sekali dengan lama berahi antara 9-26 jam. Sedangkan pada kondisi pakan yang baik siklus estrus pada rusa sambar bisa menjadi lebih pendek antara 15-19 hari dan chital 16-18 hari, dengan lama estrus 2-3 hari pada sambar dan 1-2 hari pada chital. Pada jenis rusa Jawa, berat minimum betina untuk dapat berahi adalah 45 kg dan rusa timor asal Maluku sekitar 35-40 kg. Namun di Kaledonia Baru menunjukkan bahwa untuk induk muda (umur < 18 bulan) dengan harapan kesuksesan bunting di atas 70% berat badan minimal harus mencapai 43-45 kg pada saat perkawinan terjadi. Sedangkan pada betina dewasa, pada berat badan 40-42 kg kesuksesan kebuntingan mencapai hampir 80%. Sebanyak 75% dari betina bunting pada rusa timor asal Jawa berada pada kisaran berat Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 80 badan 54-59 kg atau setara pada umur 16-18 bulan. Berat maksimum betina rusa timor asal Jawa siap kawin di penangkaran adalah antara 72-80 kg. Terlalu beratnya tubuh di awal perkawinan seringkali malah menurunkan tingkat fertilitasnya. Informasi mengenai lama kebuntingan pada rusa timor masih sangat beragam dan cukup lebar perbedaannya. Secara menyeluruh rentang lama kebuntingan rusa timor antara 215-277 hari, namun kecenderungan data terbanyak adalah antara 230-252 hari. Pada rusa sambar sekitar 240 hari dan pada rusa chital adalah 231-238 hari. Jarak antar kelahiran pada rusa timor adalah sekitar 281-372 hari, tergantung dari cara penyapihan anak yang dilakukan (secara paksa atau alami). Dengan demikian dalam setahun induk hanya melahirkan sekali dengan rata-rata anak yang lahir satu ekor. Sedangkan kelahiran pada rusa tropis dapat terjadi sepanjang tahun. Jantan Pubertas pertama pada jantan mulai terjadi saat pedicle mulai tumbuh. Pengamatan pada rusa liar menunjukkan bahwa rusa sambar jantan menampakkan sifat berahinya pada umur 19 bulan dan di tingkat penangkaran pada umur 15-16 bulan. Sedangkan pada rusa timor asal Jawa pada umur 12 bulan, atau sekitar berat badan 45-50 kg dan rusa timor asal Maluku atau kelompok yang berbadan kecil, pada kisaran berat badan 30-35 kg. Pada rusa Bawean pada umur sekitar 11-13 bulan. Hal yang paling mudah dilakukan dalam menandai kesiapan seekor pejantan untuk kawin secara tidak langsung dapat dilihat lewat pertumbuhan ranggahnya yang sedang berada pada kondisi keras. Ini dikarenakan adanya hubungan yang erat antara siklus reproduksi pada jantan dengan keadaan pertumbuhan ranggah kerasnya. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 81 Pada beberapa jenis rusa, di saat pejantan dalam keadaan beranggah keras dan di puncak berahi, akan mengeluarkan aroma badan yang khas dan kuat. Biasanya perilaku berkubang juga timbul, dimana apabila sumber air tidak dijumpai maka air kencingnya sendiri dipakai sebagai sumber kubangan. Semangat untuk bertarung di saat ranggah dalam keadaan keras sangat tinggi dan ini berhubungan dengan sifat untuk mempertahankan daerah kekuasaan dan mempertahankan betina yang diinginkannya sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, pada saat ranggah dalam keadaan keras, pada pejantan yang jinak sekalipun karena dipelihara secara intensif, merupakan masa yang paling berbahaya bagi keselamatan si pemilik atau manusia lainnya. Begitu besarnya sifat agresif yang timbul, seringkali manusia dianggap sebagai lawan tanding yang seolah ingin masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Sifat takut pada manusia yang telah hilang karena pemeliharaan yang intensif menjadikan rusa yang tengah berada pada kondisi ranggah keras menjadi lebih berani untuk menyerang atau menciderai manusia. Untuk itu saat rusa jantan dalam keadaan ranggah keras perlu kewaspadaan yang tinggi dan sebaiknya pejantan agresif yang dipelihara secara diikat diisolasi dari keramaian manusia. Walaupun saat ranggah dalam keadaan keras tidak menampakkan perilaku agresif, tetapi perubahan perilaku agresif seringkali tidak terduga datangnya. Sperma pada rusa timor mulai diproduksi pada berat badan 45-50 kg dan perkawinan juga sudah mulai dilakukan pada kondisi ranggah spiker, umur 12-14 bulan. Tetapi pada umur ini belum diperoleh kualitas pejantan yang baik. Sebagai pemacek sebaiknya menggunakan pejantan umur di atas 2,5 tahun dengan yang terbaik antara umur 4-8 tahun. Culling (pengeluaran dari kelompok) perlu dipertimbangkan apabila ada pejantan yang memang sangat nervus Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 82 atau susah dikendalikan. Sebab hal ini selain akan mempengaruhi anggota kelompoknya, ada kecenderungan sifat jelek ini diturunkan pada anaknya. Imbangan kelamin Dengan memperhatikan pada tujuan pemeliharaan rusa untuk menghasilkan turunan sebanyak mungkin dan dalam waktu yang sesingkat mungkin, maka perlu dipahami perilaku perkawinan pada rusa. Di musim kawin, rusa jantan cenderung mempunyai sifat mengumpulkan lebih dari satu betina atau umum dikenal senang mengumpulkan harem. Hal ini sangat jelas terlihat pada kelompok rusa asal daerah dingin. Pada rusa tropis kecenderungan untuk mengumpulkan harem juga ada tetapi tidak terlalu kuat. Karena sifat pejantan dimusim kawin yang bersedia mengawini tidak hanya pada satu betina saja maka sifat perkawinan rusa disebut poligamus. Berapa nilai imbangan jantan:betina yang ideal dalam perkawinan rusa tropis masih belum didapat gambaran yang terbaik. Berbeda dengan sifat reproduksi rusa daerah dingin yang terbatas hanya di masa tiga bulan saja (musim semi), rusa tropis dapat kawin dan bunting setiap saat sepanjang tahun, menjadikan program perkawinan pada rusa tropis mempunyai rentang waktu hingga 12 bulan. Untuk itu ada baiknya kelahiran di arahkan hanya pada duatiga periode saja dalam setahun. Ini berarti pengumpulan jantan dengan betina dalam satu tahun cukup dilakukan maksimal tiga periode dalam satu tahun. Apabila jantan dengan betina disatukan sepanjang tahun, maka pada suatu pemeliharaan rusa yang cukup besar (> 20 betina), kemungkinan betina melahirkan anak yang terpencar dari antara kelahiran pertama dengan yang terakhir akan sangat besar kejadiannya. Ini tentu akan merepotkan dalam perawatan ataupun strategi pengelolaan lanjutannya kelak. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 83 Juga dengan memperhatikan perilaku kawin, pejantan rusa tropis sebenarnya tidak begitu rakus keinginannya untuk melayani banyak betina, sehingga imbangan kelamin pada satu kelompok rusa tropis adalah dua pejantan untuk melayani 12-20 ekor betina. Interval pergantian antara pejantan pertama dengan pejantan ke dua paling lama adalah empat minggu. Mengapa dipergunakan nilai dua pejantan dalam penetapan imbangan kelamin, hal ini mengingat pejantan rusa tropis dalam periode siap kawin dari tahun ke tahun akan berubah. Ini kembali, karena pada rusa tropis mereka hampir tidak mempunyai siklus reproduksi yang jelas. Oleh sebab itu agar diperoleh tingkat kebuntingan yang cukup tinggi untuk satu kelompok betina yang besar alangkah baiknya digunakan dua pejantan di awal pengembangannya, memastikan agar selalu tersedia pejantan yang siap kawin di setiap saat kita memerlukan. Perlu diperhatikan sebaiknya ke dua pejantan tersebut berumur sama serta berada pada siklus pertumbuhan ranggah yang mendekati sama pula. Di Kaledonia Baru, imbangan kelamin untuk perkawinan dalam kelompok rusa timor adalah 3 jantan untuk 37 betina. Pada rusa chital, penggunaan pejantan adalah antara 1:20 hingga 1:30, walau ada yang menggunakan 3:100. Pada peternak rusa merah di daerah dingin biasa memasukkan seekor pejantan unggul untuk melayani sekitar 30-40 ekor betina selama dua-tiga minggu dan diganti dengan pejantan baru untuk masa dua-tiga minggu selanjutnya. Perkawinan Demi tercapainya tingkat kebuntingan yang tinggi, menjelang perkawinan perlu diperhatikan kondisi betina dan pejantan. Pada yang betina, apabila perkawinan ini merupakan perkawinan pertamanya pastikan bahwa induk tersebut telah mencapai berat badan minimum. Ini penting mengingat tingkat fertilitas erat Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 84 kaitannya dengan berat badan. Apabila dirasa bahwa berat badan masih di bawah standar, lebih baik ditunda perkawinannya. Pada betina yang telah melahirkan, saat memasuki masa perkawinan baru perlu diperhatikan kondisi tubuhnya. Apabila diperoleh induk yang telah dua kali gagal mencapai kebuntingan dalam dua kali musim perkawinan, sebaiknya dikeluarkan dari kelompok. Pada pejantan, pastikan untuk menggunakan terlebih dahulu pada putaran pertama pejantan yang paling menunjukkan sifat agresif dan menguasai kelompok. Baru kemudian disusul dengan menggunakan pejantan yang agak kurang agresif di putaran perkawinan ke duanya. Sifat dominan ini cenderung menunjukkan kualitas sperma dan kemampuan kawinnya yang lebih baik dibandingkan dengan pejantan yang dalam keadaan ranggah keras tetapi lebih pendiam. Di Kaledonia Baru, penggabungan pejantan ke dalam kelompok betina dilakukan dalam satu periode selama 56 hari. Kondisi ranggah di musim kawin juga perlu diperhatikan. Sebaiknya menggunakan pejantan dimana ranggah kerasnya telah bersih dari velvet selama 1-2 minggu sebelum dipakai sebagai pemacek. Hal ini agar menjamin suksesnya program perkawinan dan sperma telah berada dalam kondisi yang optimum. Sistem perkawinan terkontrol dapat dengan mudah dilakukan pula pada kelompok rusa yang diikat atau dikandangkan. Setelah betina bergabung dengan pejantan selama enam minggu atau telah menunjukkan aktivitas perkawinan, maka betina ditinggalkan tanpa pejantan hingga masa kelahiran tiba. Apabila dalam satu bulan betina menunjukkan kembali sifat berahinya maka program perkawinan dapat diulang kembali. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 85 Apabila pola perkawinan terkontrol dapat terlaksana dengan baik maka beberapa keuntungan yang diperoleh adalah : a. masa kelahiran anak dapat dikontrol hanya pada masa ketersediaan hijauan terjamin b. tenggang waktu masa kelahiran anak yang pendek, sehingga mudah dalam pengelolaan atau strategi lainnya c. mudahnya mendeteksi pejantan dan betina yang produktif, dengan melihat jumlah anak yang lahir dan berat lahirnya d. pertumbuhan anak cenderung lebih tinggi karena adanya kontrol yang efisien e. panenan hasil yang serempak sehingga lebih memberikan hasil nyata. Walau demikian, tidak menutup kemungkinan bagi pemelihara untuk membiarkan jantan dan betina bersatu sepanjang masa dalam satu pedok. Dengan cara pemeliharaan yang demikian maka kelahiran akan terjadi dalam satu rentang waktu yang cukup lebar. Dalam rangka peningkatan berat karkas ataupun mutu karkas rusa, dapat dilakukan perkawinan silang antar jenis atau anak jenis. Pada rusa tropis, perkawinan antara rusa sambar dengan rusa timor dan antara rusa timor dengn rusa totol dapat terjadi secara alami dimana turunannya semua fertil. Perkawinan silang biasa dilakukan dalam upaya meningkatkan berat tubuh turunan dari rusa timor. Selain itu dapat pula dilakukan perkawinan silang antar anak jenis, yaitu dari kelompok rusa timor berbadan kecil dengan kelompok rusa timor berbadan besar. Namun demi menjaga tingkat kemurnian rusa liar yang ada di sekitarnya, maka perlu dipahami bahwa semua turunan dari hasil perkawinan silang tidak boleh sampai lepas ke alam bebas. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 86 Inseminasi buatan Kegiatan inseminasi buatan (IB) dalam dunia peternakan rusa awalnya hanya untuk kepentingan penelitian, yang dimulai tahun 1980 dan meluas sejalan dengan berkembangnya industri pembibitan rusa yang mengharapkan diperolehnya pejantan unggul dalam waktu singkat dan efisien. Komersialisasi pelayanan IB di tingkat pembibit dimulai tahun 1986an, tetapi untuk tingkat komersil pada peternakan rusa biasa masih belum meluas dan dirasakan masih terlalu mahal. Saat ini kegiatan IB di Indonesia masih untuk tujuan penelitian dalam rangka pemahaman sifat reproduksi rusa tropis, tetapi sosialisasi telah pula dilakukan di beberapa penangkar yang akan diarahkan menjadi penangkar pembibit rusa. Koleksi semen pada pejantan dapat dilakukan setiap 25-30 hari sekali, selama pejantan masih dalam keadaan beranggah keras. Salah satu alasan mengapa para peternak pembibit rusa di negara barat mulai menggunakan program IB adalah karena mengawinkan secara alami dengan menggunakan pejantan unggul tidak selalu mudah karena batasan ruang, waktu, jarak, dana serta aturan transportasi. Selain itu, nilai jual semen yang tinggi dari pejantan unggul dapat ditingkatkan dalam bentuk penjualan dalam kemasan sumber genetik yang jauh lebih banyak. Suatu hal yang sangat menguntungkan bagi usaha komersil pembibitan. Dari segi konservasi, koleksi semen dari pejantan unggul yang masih liar dapat dipreservasi untuk waktu yang tidak terbatas. Namun dalam pelaksanaan kegiatan IB tidak akan lepas dari sisi negatif atau resiko yang harus ditanggungnya. Pada proses koleksi semen, kematian merupakan resiko termahal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pembiusan. Hal ini mengingat jantan di musim kawin justru seringkali mampu melumpuhkan kinerja obat bius yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 87 Gambar 22. Aktivitas koleksi semen (atas) dan proses inseminasi buatan pada rusa sambar (bawah) (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 88 dipakai pada dosis normal sebagai akibat dari tingginya aktivitas hormon reproduksi yang mampu melawan kerja obat bius. Gambar 23. Sosialisasi inseminasi buatan pada rusa telah dimulai sejak tahun 2002 walau masih terbatas pada lingkup penangkar pembibit milik Pemda atau instansi pemerintah (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 89 Dari segi betina yang akan di inseminasikan mengandung resiko atau kekurangan : 1. tidak ada jaminan kesuksesan mendapat turunan yang unggul seperti yang diharapkan 2. kualitas semen sangat sulit diukur, motilitas tinggi bukan berarti fertilitas tinggi 3. tingkat sukses IB pada rusa masih rendah, antara 38-58% 4. adanya stres pada betina yang perlu melewati proses sinkronisasi dan inseminasi akan menurunkan tingkat konsepsi hingga mencapai 20% 5. pengaruh obat-obatan kimia dapat mengganggu siklus estrus 6. perlu keterampilan dan peralatan khusus dalam penanganan rusa yang akan di IB, walau penggunaan tenaga inseminator daerah sebenarnya telah memadai. Salah satu prosedur yang harus dilalui pada hewan betina dalam pelaksanaan IB adalah proses sinkronisasi estrus. Tujuannya adalah mengkondisikan semua betina yang akan di IB berada dalam satu status fisiologi reproduksi yang seragam, yaitu berahi. Di luar negeri, sinkronisasi estrus pada rusa dengan menggunakan progesteron sintetis dalam suatu alat khusus Controlled Internal Drug Release (CIDR). Kelahiran Pada kelompok betina bunting yang dekat dengan masa kelahiran perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemberian pakan tambahan yang bergizi tinggi mulai dikurangi sekitar dua bulan sebelum kelahiran, agar anak yang akan dilahirkan tidak terlalu gemuk sehingga tidak terjadi dystocia (kesulitan dalam kelahiran) atau bentuk kesulitan kelahiran lainnya sebagai akibat dari timbunan lapisan lemak di sekitar daerah lubang pengeluaran. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 90 Gambar 24. Perubahan hormon saat sinkronsiasi dilakukan. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 91 Seminggu menjelang kelahiran tiba, sebaiknya induk telah berada di dalam pedok khusus, dengan lingkungan yang agak rimbun/ teduh serta tenang, agar proses kelahiran berjalan lancar serta ada kesempatan untuk menyembunyikan anaknya sebagai bagian dari sifat alaminya. Untuk yang melahirkan di pedok, penyembunyian anak juga berkaitan dengan perlindungan dari terik matahari. Pada pedok kelahiran, sepanjang pagar sekitar setengah meter dari permukaan tanah keadaannya harus rapat dengan cara dilapisi kawat tambahan, sehingga tidak memungkinkan anak rusa untuk bisa menerobos keluar. Anak rusa yang baru lahir akan menyembunyikan diri selama 3-5 hari, untuk kemudian mulai sedikit berpindah tempat sambil bereksplorasi. Hal lain adalah menghindari kemungkinan adanya predator memasuki pedok untuk memangsa anak rusa yang masih lemah. Pada induk bunting yang diikat atau dikandangkan, perlu diperhatikan agar induk mendapatkan tempat yang tenang dan teduh serta kering. Sebaiknya dua minggu sebelum kelahiran tiba, induk telah mengenal daerah sekitarnya, bila perlu tali agak diperpanjang hingga 8-10 m. Penyediaan daerah berteduh sangat disarankan mengingat induk seringkali tidak bisa mencari tempat yang nyaman akibat terbatasnya ruang. Menjelang dan setelah kelahiran terjadi, induk dan anak sebaiknya dibiarkan sendiri pada satu minggu pertama. Ini penting agar induk dan anak rusa merasa tenang saat ke duanya menjalin tali ikatan bathin dan anak rusa tidak ketakutan untuk memulai mengenal lingkungan sekitar. Selama menyusui, pastikan induk mendapatkan cukup air minum agar produksi air susu tetap tinggi. Masa menjelang kelahiran dapat terlihat melalui beberapa tanda khas. Pada rusa yang tinggal di pedok, induk mulai memisahkan diri sekitar tiga hari menjelang kelahiran dan lebih banyak berdiam di daerah yang kelak akan dijadikan tempat melahirkan. Seringkali Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 92 terlihat gelisah sambil sekali-kali menjilati daerah lubang kelahiran. Daerah vagina sering terlihat lebih memerah dan tampak adanya cairan mukosa yang menetes. Seminggu sebelum kelahiran biasanya ambing susu sudah terlihat terisi penuh dan tampak mengeras atau lazim disebut telah turun, karena dapat terlihat jelas dari arah belakang. Dalam dunia peternakan rusa, ada beberapa indeks reproduktif yang penting untuk dipantau dalam mengevaluasi penampilan Persentase kebuntingan (Pregnancy rate) 100 x (jmlh betina bunting saat itu/jmlh betina yang dipakai untuk perkawinan) Persentase kelahiran (Fawning rate) 100 x (jmlh anak yg lahir/jmlh induk yang dipakai perkawinan) Persentase kelahiran sukses (Breeding success rate) 100 x (jmlh anak hidup stlh 24 jam/jmlh induk yang dipakai untuk perkawinan) Persentase keguguran (Abortion rate) 100 x (jmlh induk bunting tidak melahirkan/jmlh induk bunting) Persentase kematian anak (New-born mortality rate) 100 x (jmlh anak mati dlm 24 jam pertama/jmlh anak yang lahir) Persentase sapih (Weaning rate) 100 x (jmlh anak sapih pd umur 4- 5bln/jmlh anak hidup pd 24 jam) Pada rusa yang diikat atau dikandangkan rasa gelisah sebenarnya lebih jelas terlihat. Ini terutama apabila wilayah tempat tinggalnya yang terbatas dirasakan masih kurang cocok untuk tempat tinggal anaknya kelak. Ekor sangat sering terlihat dikibas-kibaskan dan selera makan terlihat jelas menurun dua-tiga hari menjelang kelahiran. Jumlah induk dan anak lahir yang berlebihan dalam suatu pedok seringkali menjadi penyebab kematian yang tinggi lewat cara Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 93 pengusiran anak oleh induk lain, kesalahan pemilihan induk oleh anak (mismothering), bahkan hingga pada tingkat pembunuhan oleh induk lain dengan cara penginjakan. Oleh sebab itu, dalam pedok, kepadatan induk bunting dengan ketersediaan ruang yang nyaman untuk melahirkan harus seimbang. Pengaruh kualitas pakan yang diterima saat induk bunting terlihat jelas dari hasil penelitian di Kaledonia Baru. Pada kelompok induk yang dilepaskan di pedok berkualitas (protein hijauan 8-9%kgBK) memberikan tingkat kebuntingan yang mencapai 95%, dibandingkan dengan kelompok yang dilepas di padang hijauan alam (protein hijauan 3,5-4,0%kgBK) yang hanya memberikan tingkat kebuntingan 57%. Hilangnya berat badan induk yang mencapai lima persen selama kebuntingan, sebagai akibat dari kekurangan pakan, dapat mengakibatkan turunnya sukses kebuntingan hingga 32%. Berat lahir rata-rata 3,6 kg tanpa ada perbedaan antara yang jantan dan betina. Namun demikian, untuk anak yang lahir dengan berat badan kurang dari 3,0 kg, kecenderungannya 55% dari populasi akan mati sebelum lepas sapih. Rata-rata berat lahir pada rusa chital untuk yang betina 3,4 kg dan jantan 3,6 kg. Pada peternakan rusa timor di Juaseh Tengah, Negeri Sembilan, Malaysia, memiliki perkembangan produksi dengan persentase kelahiran di tahun pertama 22,5%, meningkat di tahun ke dua menjadi 50,3% dan di tahun ke tiga 70%. Persentase kelahiran saat ini telah mencapai 85% dengan persentase anak hidup pada umur sapih mencapai 80%. Kebanyakan di Malaysia anak rusa timor lahir dari bulan Nopember, Desember hingga Januari, tetapi ada juga yang lahir di bulan April dan Sepetember. Betina dapat mulai menghasilkan anak mulai umur 2-10 tahun, walau dapat terus bereproduksi hingga umur 15 tahun. Umur pertama melahirkan pada rusa yangg tidak mendapatkan pakan tambahan adalah pada umur 26-30 bulan pada rusa sambar dan umur 20-22 bulan pada rusa Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 94 chital. Sedangkan pada kelompok rusa yang mendapatkan pakan tambahan, mulai beranak pada umur 22-23 bulan pada rusa sambar dan 20-22 bulan pada rusa chital. Pengamatan selama lima tahun pada peternakan rusa sambar dan chital di Sabah menunjukkan bahwa interval kelahiran dimana induk mendapatkan pakan tambahan adalah antara 258-303 hari, sedangkan pada rusa chital 253-273 hari. Tanpa pakan tambahan interval kelahiran bisa mencapai 420-480 hari pada rusa sambar dan 360-384 hari pada rusa chital. Tanda berahi setelah kelahiran mulai terlihat pada hari ke 26 setelah kelahiran pada rusa sambar dan pada hari ke 22 pada rusa chital. Di Australia, interval kelahiran rusa timor adalah 249 13,4 hari. Puncak kelahiran rusa timor di Mauritius adalah di bulan April dan Juni. Pada perkawinan sistem terkontrol, rentang kelahiran dari 60 betina dapat mencapai 73 hari dari sejak kelahiran pertama hingga kelahiran yang terakhir. Imbangan kelamin anak lahir sekitar 40- 50:60-50 antara jantan dengan betina. Namun di negara lain sangat tidak konsisten antar peternakan, antara 1,7:1,0 hingga 0,75:1,0. Persentase kelahiran mencapai 93%, dengan kematian anak sebelum sapih 3,6-7,1%, serta persentase penyapihan 93-96%. Berat lahir anak yang betina antara 4,0-6,5 kg dan jantan 4,5-7,0 kg. Sedangkan penyapihan dilakukan pada umur 21 minggu yang mencapai 95% di Mauritius dan Australia, dibandingkan dengan 84% pada umur 18-23 minggu di Kaledonia Baru. Berat lahir rusa timor di Australia untuk yang jantan adalah 5,1 kg dan betina 4,7 kg, sedangkan di Kaledonia Baru betina 3,5 kg dan jantan 3,6 kg. Kenaikan berat badan mencapai 158-172 gr/hari dari saat lahir sampai berat sapih di Australia dan 124 gr/hari di padang rumput di Kaledonia Baru. Bahwa berat lahir sangat menentukan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 95 tingkat daya hidup anak selepas sapih, ditunjukkan dari penampilan peternakan rusa di Kaledonia Baru. Tabel 9. Hubungan daya hidup anak rusa timor berdasarkan berat lahir di Kaledonia Baru. Berat lahir (kg) Mortalitas hingga umur sapih (%) 2,5-3,0 54,5 3,1-3,5 25,0 3,6-4,0 15,8 > 4,0 12,5 Sumber: Le Bel et al. (1997). Penyapihan Anak rusa disapih oleh induknya secara alami antara umur empat hingga tujuh bulan. Keterlambatan anak rusa disapih lebih dikarenakan oleh terbatasnya ketersediaan hijauan sehingga air susu menjadi sedikit. Awal dari penyapihan terlihat melalui penolakan sang induk pada saat anak mencoba untuk meraih puting susu. Tandanya adalah dengan menendang kecil moncong si anak setiap kali sang anak mencoba meraih puting susu. Mulai umur 2-3 bulan anak rusa sudah mulai banyak mengkonsumsi hijauan. Untuk itu pada induk yang dikandangkan atau diikat, penyediaan hijauan lembut dan muda sebaiknya mulai disediakan pada umur satu bulan sejak kelahiran. Pada anak rusa yang dibesarkan di pedok, penyapihan paksa (dilakukan oleh manusia) dapat dilakukan setelah yakin betul anak rusa cukup besar dan dapat mandiri mengkonsumsi hijauan. Ini dapat terlihat dengan mulai seringnya anak rusa membuat kelompok anak-anak tersendiri. Untuk amannya penyapihan sebaiknya dilakukan pada umur antara tiga hingga lima bulan. Anak rusa yang terlalu lama bersatu dengan induknya sangat tidak baik karena akan mengakibatkan kelahiran selanjutnya lebih lambat lagi sebagai Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 96 akibat dari tertundanya perkawinan dan singkatnya waktu bagi induk untuk memulihkan kondisi tubuhnya guna persiapan kebuntingan yang baru. Kegiatan penyapihan hendaknya dilakukan di dalam kandang kerja, yaitu dengan menggiring semua induk dan anak ke kandang kerja dan memisahkannya di dalam kandang kerja. Setelah anak dan induk terpisah, kelompok induk dilepas ke pedok yang baru, jauh dari kandang kerja. Kelompok anak yang baru disapih dibiarkan di dalam kandang kerja selama dua hingga tiga hari, sebelum dimasukkan ke dalam pedok tersendiri. Masa penyapihan ini merupakan masa yang berat dan sangat stres bagi ke dua belah pihak. Sifat stres ini ditandai dengan berteriaknya si anak dan berputar-putarnya si induk sepanjang pagar pedok mencari sang anak. Di dalam kandang penyapihan, anak rusa harus disediakan air minum yang cukup banyak dan hijauan yang lunak. Bila perlu di saat penyapihan anak rusa diberikan obat anti stres atau vitamin, selain dari kemungkinan obat cacing sesaat sebelum dilepas ke pedok. Setelah masa adaptasi penyapihan selesai (2-3 hari), barulah anak digiring ke dalam pedok tersendiri yang cukup rapat sehingga tidak mungkin menerobos ke luar pedok. Sifat saling mencari diantara anak dan induk biasanya mulai menurun pada hari ke empat untuk seterusnya menjadi biasa. Di Kaledonia Baru, 84% dari peternak rusa timor memisahkan anak dari induknya pada umur 20 minggu, sedangkan di Australia antara 63-90%, tergantung negara bagiannya. Di Mauritius penyapihan dilakukan pada umur 21 minggu dengan persentase penyapihan mencapai 95%, dimana anak betina cenderung menghadapi kematian yang lebih tinggi. Rataan kenaikan berat badan anak selama menyusui sekitar 150 gr/hari pada dua bulan pertama dan 108 gr/hari pada umur 120-180 hari. Berat anak pada umur 60-120 hari adalah 12,7 dan 18,5 kg. Pada anak jenis rusa timor Maluku di Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 97 Australia dengan pemberian hijauan yang baik mampu mencapai kenaikan berat badan 200 gr/hari hingga umur enam bulan. Sedangkan berat sapih pada rusa chital di umur 12-18 minggu berkisar antara 15-20 kg. Berat minimal disapih pada rusa timor adalah 18 kg dengan umur maksimum 120 hari. Sedangkan pada rusa chital penyapihan pada umur 12-18 minggu atau setidaknya pada berat badan 15-20 kg. Pada pengelolaan yang terkontrol, anak rusa chital di Australia disapih pada umur 12-18 bulan, dengan minimum berat 13 kg. Calf survival rate adalah 75% dan weaning rate 90%. Kematian di atas umur tiga bulan pada yang betina mencapai 6% dan yang jantan 15%. Tabel 10. Kenaikan berat badan anak rusa timor (gr/hari) di Mauritius. Umur (hari) Betina Jantan 0 – 56 198 33 225 26 56 – 119 125 12 147 15 119 – 147 66 17 78 22 0 – 147 14 1 15 163 16 Sumber: Ramnauth et al. (1998). Perawatan anak rusa Karena sesuatu hal, seringkali induk rusa tidak dapat membesarkan sendiri anaknya yang baru lahir. Pada saat demikian, anak rusa harus dibesarkan di bawah pengaruh dan tangan manusia. Tingkat kesuksesan pembesaran anak rusa yang dibesarkan secara buatan oleh manusia dipengaruhi oleh banyak faktor. Dimulai dari pemberian susu buatan hingga pada perawatan harian. Masa kritis perawatan ini umumnya dimulai dari saat pertama kali dipisahkan dari induknya hingga tujuh hari pertama. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 98 Sebelum anak rusa kita ambil, yang perlu diperhatikan adalah apakah anak rusa tersebut sudah sempat mendapatkan susu kolostrum dari induknya atau belum. Susu kolostrum adalah susu pertama yang akan keluar dari ambing induk rusa atau hewan ruminansia lainnya yang baru melahirkan, yang merupakan susu yang sangat kaya akan unsur antibodi (zat kekebalan tubuh). Hal ini dibutuhkan karena sebelum anak tumbuh agak dewasa, tubuhnya belum mampu menghasilkan unsur antibodi sendiri. Setiap anak rusa yang baru lahir sangat penting untuk mendapatkan susu kolostrum agar kesehatannya terjamin. Biasanya susu kolostrum ini akan diproduksi tertinggi pada 24 jam pertama setelah kelahiran dan menurun hingga 48 jam kemudian, sebelum ambing hanya memproduksi air susu biasa. Apabila kematian induk terjadi sebelum anak rusa dapat berdiri maka dapat dipastikan anak rusa tersebut belum sempat mendapatkan susu kolostrum dari induknya. Apabila masih sempat, dapat dilakukan pengumpulan susu kolostrum dengan memerah ambing induknya. Tetapi apabila tidak memungkinkan maka perlu dibuatkan suatu susu kolostrum pengganti. Salah satu formula susu kolostrum pengganti untuk anak rusa adalah susu sapi murni (atau dapat dicoba susu homogenized sapi yang tersedia di supermarket) 500-800 ml, telur yang telah dikocok keseluruhannya 1 butir, 15-20 gram glukosa, 5 ml cod liver oil (minyak ikan), yang kesemuanya kemudian dicampurkan hingga homogen. Sebelum pemberian dilakukan, susu kolostrum buatan ini perlu dihangatkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 30-37oC agar mendekati hangatnya susu kolostrum asli. Pemberian susu kolostrum buatan ini setidaknya dapat diberikan pada 24 jam pertama dari sejak anak rusa disapih. Di negara barat, powder susu kolostrum asal sapi perah dapat dipergunakan untuk anak rusa merah sebagai kolostrum pengganti. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 99 Sesaat setelah anak rusa diambil dari induknya, anak rusa sebaiknya diberikan tetesan vitamin guna mengurangi stres dan dibiarkan sendirian tanpa ada gangguan manusia selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan guna membiasakan diri terhadap lingkungan barunya serta membiarkan anak rusa untuk sedikit agak lapar, sehingga kelak agak mudah dalam menerima air susu buatan pada saat pertama diberikan. Alas tempat berbaring sebaiknya terbuat dari benda yang hangat, empuk dan bersifat menyerap cairan, seperti permukaan tanah kering, serbuk kayu gergaji atau rerumputan kering yang dipotong kecil-kecil. Usahakan di minggu pertama rusa berada dilingkungan barunya berada pada kondisi yang sedikit tenang. Di hari pertama anak rusa akan diberikan susu buatan, yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah mengusap-usap/menstimulasi bagian anus secara perlahan dengan kain yang lembab dan hangat. Perilaku di lapangan menunjukkan bahwa pemberian tanda oleh induk pada anaknya untuk memulai menyusui antara lain dilakukan dengan cara menjilat-jilat bagian anus sang anak. Namun tidak jarang kegiatan menjilat-jilat ini dilakukan sewaktu anak sedang menyusu pada induknya. Selain sebagai tanda untuk memulai menyusui, kegiatan menjilat juga dimaksudkan untuk menstimulasi keluarnya air seni dan mekonium, yaitu kotoran yang berwarna kekuningan dan bersifat sangat lengket, yang merupakan sisa hasil pencernaan selama anak rusa masih berada dalam kandungan. Kegiatan menjilat atau membasuh bagian anus ini juga sebagai cara mempererat hubungan tali batin diantara induk (atau operator) dengan anak rusa. Mekonium akan habis setelah anak rusa berumur sekitar 3-5 hari. Penghentian kegiatan membasuh bagian anus ini dilakukan apabila anak rusa telah dapat mengeluarkan kotorannya sendiri tanpa perlu distimulasi. Ini biasanya terjadi setelah mekonium habis. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 100 Anak rusa sambar mampu menahan air kencing untuk jangka waktu yang lama. Hal ini tampak dari lamanya waktu yang diperlukan untuk membuang air seni, dengan rataan 5,9 menit, dimana waktu terpendek adalah 1,20 menit dan terlama 11,25 menit secara tidak terputus. Apabila anak rusa diyakini belum mendapatkan susu kolostrum, maka sebaiknya susu pertama yang diberikan adalah susu kolostrum buatan untuk 24 jam pertama, sekitar 100-200 ml setiap tiga atau empat jam sekali. Kemudian dilanjutkan dengan susu buatan biasa. Yang paling utama mengenai keadaan air susu buatan yang akan diberikan kepada anak rusa adalah kandungan nutrisinya agar mendekati kandungan susu induk rusa. Secara umum, kandungan susu rusa relatif lebih tinggi dalam hal bahan kering, lemak dan energi dibandingkan dengan susu sapi. Membandingkan komposisi antara susu rusa dengan hewan domestik lainnya, maka susu domba adalah yang paling mendekati kesamaan susu rusa. Namun karena domba diduga dapat menyebabkan serangan MCF (Malignant Catarhal Fever) pada rusa, maka penggunaan susu domba untuk amannya tidak dilakukan. Tabel 11. Kandungan nutrisi (%BK) dari air susu rusa timor pada masa laktasi minggu pertama dan ke empat. Kandungan Minggu 1 Minggu 4 Total solid 24,5 23,0 Lemak 12,7 10,3 Protein 5,7 6,0 Gross energi (KJ/100 gr) 683 620 Sumber: Sookhareea & Dryden (1994). Pemberian air susu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui botol yang diberi dot atau dalam cawan. Dengan cara pemberian botol, hal yang harus diperhatikan adalah ukuran dot dan lubang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 101 pada ujung dot. Penggunaan dot yang berukuran panjang 3,0-4,2 cm memberikan hasil yang memuaskan. Ukuran lobang pada ujung dot apabila berbentuk lubang kecil dapat diberikan antara 4-6 lobang atau apabila berupa torehan adalah sepanjang tiga mm. Penggunaan sistem torehan ini cenderung lebih memuaskan. Pada saat pemberian susu dengan menggunakan botol, kepala anak rusa harus cukup tinggi terangkat ke atas dan dot langsung dimasukkan ke dalam mulut dari arah depan. Pada cara pemberian air susu dalam cawan/ember terlebih dahulu kepala didorong dan diarahkan kepermukaan cawan/ember. Ujung jari tangan operator kemudian dimasukkan ke dalam mulut agar memulai stimulasi menghisap. Secara perlahan kemudian ujung jari ditarik keluar dan mulut diarahkan masuk ke dalam cawan susu dengan harapan anak rusa meneruskan proses penjilatan dan penyedotannya ke arah air susu di cawan/ember. Apabila dalam satu masa pembesaran anak rusa dilakukan dalam jumlah yang cukup banyak, maka pemberian air susu dengan cara dalam cawan/ember adalah yang termudah, dimana semakin besar tubuh anak rusa maka pemberian air susu dapat dialihkan pada ember atau baskom lebar. Namun ada kecenderungan pula bahwa pelatihan pemberian de-ngan cara dalam cawan memerlukan waktu yang cukup lama. Tingkat keberhasilan pembesaran anak rusa sambar dan timor lewat pemberian susu buatan di Selandia Baru mencapai 89%, dengan kematian terbesar terjadi di bulan-bulan pertama saat kegiatan pemberian susu buatan baru dimulai. Selama dalam perawatan, sebaiknya anak rusa mendapatkan kesempatan untuk bermain atau berdiam di daerah berumput. Hal ini dihubungkan dengan perkembangan rumen-retikulum yang ada, sehingga perkembangan sistem alat pencernaannya dapat tumbuh secara normal. Kegiatan menjilat rumput atau tanah pada masa anak-anak juga diduga sebagai salah satu proses berkembangnya Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 102 mikroba pencerna, selain penularan mikroba alat pencernaan ini terjadi lewat jilatan antar ibu dengan anak pada pemeliharaan secara alami. Apabila rusa dengan mudah mau menerima air susu buatan, pemberian di minggu pertama sebaiknya dibatasi baik dalam hal volume dan intensitas pemberian. Di saat pemberian air susu buatan dilaksanakan hendaknya air susu dalam keadaan agak hangat. Pembatasan pemberian volume air susu adalah sekitar 60-70% dari kapasitas optimumnya, dengan jumlah pemberian sekitar 4-5 kali dalam 24 jam (atau setiap 6 jam). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan masa adaptasi pada sistem alat pencernaannya terhadap bentuk air susu yang baru dan juga mengurangi adanya gangguan pencernaan. Memasuki minggu ke dua, intensitas pemberian air susu buatan diturunkan menjadi 3-4 kali tetapi volume susu ditingkatkan dan akhirnya menjadi hanya 2-3 kali di minggu selanjutnya dan turun menjadi hanya 1-2 kali menjelang masa sapih. Pada saat penurunan pemberian air susu perlu diimbangi dengan ketersediaan hijauan. Pada rusa asal daerah dingin yang hidup di alam bebas, dilaporkan bahwa pada minggu pertama dari kelahiran, anak rusa dapat menyusui antara 10-12 kali dalam waktu 24 jam, namun dengan masa penyusuan yang sangat singkat setiap kalinya. Selama pemberian air susu buatan diberikan, setidaknya ada empat kendala yang sering terjadi, yaitu penolakan terhadap pemberian air susu pertama, diarea, kembung dan penyedotan daerah penis, pusar, anus atau air kencing anak rusa lainnya. Pada kasus penolakan penerimaan air susu buatan, cara yang paling ramah dilakukan adalah dengan memperpanjang masa lapar anak rusa tersebut dari 24 jam menjadi 48 jam sebagai batas terpanjang. Namun selama masa perpanjangan ini tidak dilupakan untuk sekali dua kali bagian anus rusa dibasuh dengan kain lembab dan hangat. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 103 Apabila selewat 48 jam anak rusa masih belum bersedia meminum air susu maka sedikit paksaaan perlu dilakukan dengan cara memasukkan dot yang diberi lubang torehan cukup panjang ke dalam mulut dari arah depan dan membungkamnya beberapa saat. Apabila masih gagal, maka pemberian air susu lewat alat suntikan (spuit) berukuran 15 cc, tanpa jarum suntik, yang dimasukkan dari samping mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Timbulnya diarea menandakan adanya gangguan dalam sistem alat pencernaan. Ini dapat terjadi antara lain karena terlalu tingginya tingkat nutrisi tertentu seperti lemak atau laktosa, atau terlalu kentalnya air susu buatan yang diberikan. Ciri pertama dari gejala diarea adalah agak cairnya kotoran yang keluar, mengarah pada kondisi mencret. Apabila hal ini terjadi, yang pertama dilakukan adalah penghentian pemberian air susu buatan selama 1-2 kali masa pemberian dan hanya diberikan cairan elektrolit hingga kondisi mencret tersebut berakhir. Selewat itu pemberian air susu buatan dapat diberikan kembali namun dalam volume yang sedikit dan lebih encer selama kurang lebih 3-4 masa pemberian. Selanjutnya pemberian air susu dapat dilakukan kembali sesuai dengan ukuran normal. Ada kecenderungan, bahwa apabila setiap hari untuk masa dua minggu pertama anak rusa diberikan tanah lembab sebanyak 1/2 sendok teh secara paksa ke dalam mulutnya pada setiap akhir dari pemberian air susu, hal ini dapat mengurangi timbulnya kejadian mencret. Selain itu kotoran menjadi lebih padat dan tingkat konsumsi susu menjadi cukup tinggi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa anak rusa secara alami akan menjilat-jilat permukaan tanah pada masa tertentu. Kembung dapat terjadi antara lain karena adanya gangguan pencernaan. Tetapi pada anak rusa yang dibesarkan oleh manusia hal ini lebih banyak terjadi karena masuknya cairan susu yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 104 berlebihan ke dalam alat pencernaan atau karena air susu tidak masuk langsung ke dalam omasum tetapi juga turut masuk ke dalam rumen-retikulum yang mana seharusnya hal ini belum terjadi. Pada anak rusa yang masih muda, sistem alat pencernaan yang siap pakai hanyalah daerah omasum, dimana rumen dan retikulum berkembang secara perlahan bersamaan dengan tumbuhnya rusa. Dengan demikian air susu yang masuk di minggu-minggu pertama harus langsung ke dalam omasum. Apabila rumen-retikulum ini terisi oleh zat-zat makanan sebelum masanya, maka dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Penanggulangan di saat kembung adalah dengan pemberian cairan penghangat dan agak berminyak ke dalam mulut dengan harapan gas akan keluar. Pemberian sedikit gliserin cair lewat anus kadangkala dapat membebaskan gas untuk keluar. Pada kondisi kembung pemberian air susu perlu dihentikan untuk beberapa kali pemberian dan digantikan dengan cairan elektrolit. Timbulnya perilaku menyedot penis sambil menghisap air seni, menyedot pusar atau menjilat bagian anus anak rusa lainnya oleh anak rusa merupakan perilaku yang tidak menyehatkan. Hal ini cenderung terjadi pada anak rusa yang selalu merasa lapar, yang apabila dibiarkan akan menjadi suatu kebiasaan jelek. Apabila telah berkembang menjadi suatu kebiasaan maka anak rusa tersebut akan menolak untuk minum air susu dan lebih tertarik untuk menyedot air seni kawannya. Selain itu sifat suka menyedot ini dapat membuat lawannya terganggu serta melukai bagian-bagian yang diisapnya yang pada akhirnya berkembang menjadi suatu infeksi. Pengendaliannya hanyalah dengan memisahkan anak rusa tersebut sendirian dan dibiarkan meminum air susu sejumlah yang dikehendakinya sebatas tidak mengganggu kondisi perutnya. Ada kecenderungan sifat ini akan cepat hilang dengan jalan pemisahan yang dini. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 105 10 PENGELOLAAN RUSA Perilaku Semua jenis rusa secara alami mempunyai sifat yang selalu waspada kadang nervus. Namun secara tingkatannya, pada tingkat pemeliharaan yang paling bersifat nervus adalah rusa chital, muncak, rusa Bawean, disusul rusa sambar dan terakhir rusa timor. Pada saat rusa merasa terancam atau terganggu, biasanya mata dan telinga tertuju pada sumber gangguan. Apabila terasa semakin terancam, kaki depan kemudian terlihat dihentakkan ke tanah, bulu di sekujur tubuh berdiri dan diakhiri dengan keluarnya suara lengkingan biasanya sambil terus melarikan diri. Pada saat kalap atau ketakutan, rusa sambar akan lebih suka melarikan diri dengan sikap kepala yang menyeruduk, sedangkan pada rusa timor lebih melakukan sikap meloncat. Perilaku menendang dengan kaki depan pada operator juga sering ditampilkan oleh rusa sambar. Pada hibrid rusa sambar x timor, kecenderungan perilakunya lebih menyerupai rusa timor, yaitu meloncat, tetapi dengan kepribadian seperti rusa sambar, yang mudah nervus. Apabila rusa berada di dalam kandang kerja dan terasa terdesak keamanannya, biasanya rusa sambar dan chital akan melompat panik dengan menabrak apa yang ada di muka serta tidak jarang menggigit operator apabila tidak memungkinkan melarikan diri. Rusa dalam kelompok yang besar (> 20 ekor) biasanya lebih tenang dan mudah terkendali saat berada di dalam pedok atau saat dimasukkan ke dalam kandang kerja. Tenangnya rusa sebagai satu kelompok memudahkan dalam melakukan perpindahan antar pedok, Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 106 terlebih bila didukung dengan keterampilan operator dalam menggiring, tata letak pedok yang tepat dan kesabaran dari si operator. Dengan latihan yang rutin rusa dapat diajari sesuai dengan kehendak kita di dalam mengarahkan tujuan berpindahnya rusa. Tetapi pada kelompok pejantan yang beranggah keras memang akan menjadi lebih sulit mengingat sifat penguasaan daerah (teritorial) sangat tinggi. Hal ini juga menjadi agak berbahaya dan harus hatihati bila membawa pejantan beranggah keras ke dalam kandang kerja. Untuk itu mereka harus dengan segera dipisahkan saat berada di dalam kandang kerja. Walau secara alami rusa tidak akan suka untuk dipegang, namun dalam beberapa situasi, khususnya pada rusa timor yang berukuran badan sedang atau jantan yang telah dipotong ranggah kerasnya, atau pada rusa sambar yang masih muda, masih memungkinkan untuk mereka di pegang dalam rangka kepentingan tertentu. Yang paling utama, jangan pernah memegang rusa pada bagian ekor atau kaki, mengingat daerah tersebut merupakan daerah sensitif (ekor) ataupun merupakan senjata bela diri mereka (kaki). Pemegangan pada daerah tersebut hanya akan membuat rusa terus melawan atau semakin panik dan melawan terus. Pemegangan rusa sebaiknya dilakukan di daerah kepala, dengan cara tangan kiri dan kanan operator melingkari dari bagian bawah rahang bawah/leher ke arah mata sambil menutup mata dengan telapak tangan. Kepala rusa kemudian agak ditekan ke arah badan/perut operator. Apabila ada perlawanan dari rusa, operator hendaknya mengikuti arah gerakan kepala rusa. Operator ke dua hendaknya memegang gelambir di bagian kaki belakang, dekat perut dan sedikit mengangkatnya, sehingga kaki rusa tidak terlalu menapak ke lantai. Pastikan semua operator berada di satu sisi dan tidak berada di bagian depan atau belakang rusa, karena kemungkinan terkena tendangan. Tehnik ini hanya baik dilakukan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 107 pada rusa muda atau yang berbadan kecil serta tidak sedang dalam kondisi beranggah keras yang belum dipotong. Gambar 25. Tehnik pemegangan rusa (foto: G. Semiadi). Penggiringan Pengertian penggiringan disini adalah aktivitas memindahkan kelompok rusa dari satu pedok ke pedok lain sesuai dengan kehendak kita atau membawa rusa ke kandang kerja. Apabila penggiringan dilakukan secara asal-asalan maka yang terjadi hanyalah rusa berlari berputar-putar di sekitar pedok dan tidak berani keluar dari pedok. Pada akhirnya rusa menjadi stres dan kelelahan. Yang pertama kali perlu diperhatikan dalam menggiring rusa adalah memperhatikan jarak melarikan diri rusa (JMD, flight Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 108 distance), yaitu jarak terdekat antara manusia dengan rusa yang dapat diterima oleh rusa sebelum rusa tersebut lari menghindar karena merasa terancam. Dalam proses menggiring rusa sebenarnya kita bermain dengan JMD dan sekaligus mengarahkan ke arah yang kita kehendaki. Rusa akan bergerak menghindari manusia manakala JMD dirasa telah terlalu dekat. Selain dari JMD yang perlu diperhatikan adalah jumlah operator yang berada di dalam pedok serta cara bermain dengan JMD ini. Dalam penggiringan sebaiknya tidak terlalu banyak manusia yang berada di pedok dan penggiringan dilakukan secara perlahan dan tenang sehingga perubahan JMD tidak terlalu dirasakan mendadak oleh rusa. Apabila rusa merasakan adanya perubahan JMD yang mendadak, yang terjadi adalah mereka akan mencoba melarikan diri tanpa tentu arah. Pada pedok seluas 1,0-1,5 ha dirasa cukup dua operator yang melakukan penggiringan. Pada kasus tertentu kita dapat juga melatih untuk membiasakan rusa mau dipanggil dengan teriakan atau bunyi-bunyian tertentu pada saat akan dipindahkan. Apabila hal semacam ini yang akan diterapkan maka sejak awal kita harus konsisten menggunakan alat bunyi tersebut untuk setiap kegiatan khusus yang dikehendaki. Ada istilah diantara peternak rusa di negara barat, apabila rusa tidak mau bekerja sama selama kegiatan penggiringan, tinggalkan mereka sejenak hingga secangkir kopi habis. Ini maksudnya adalah agar kita tidak terlalu bernafsu untuk menggiring rusa apabila tampak bahwa rusa agak susah dikendalikan. Semakin kita bernafsu untuk menggiring rusa yang tidak bersahabat di hari itu, maka semakin tidak berguna kerja kita pada hari itu pula. Ini dikarenakan rusa akan semakin panik, kelelahan dan akhirnya tercerai berai dalam keaadan stres dan tidak memungkinkan untuk dikendalikan lagi. Masa terbaik untuk penggiringan adalah di bawah jam 10 pagi dan antara jam 4-6 sore, ketika terik panas matahari sangat rendah. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 109 Kesulitan pertama saat penggiringan adalah membiasakan mereka untuk mau pindah sesuai dengan kehendak kita. Pada awalnya ini agak sulit untuk diterima dengan cepat oleh rusa. Hal ini karena sifat alami rusa yang selalu waspada terhadap setiap lingkungan yang baru (pedok, kandang kerja, gang pengeluaran), walaupun telah berada di dalam penangkaran. Rusa akan selalu dan perlu waktu untuk bisa memeriksa lingkungan atau daerah baru yang akan dilewatinya. Untuk itu kesabaran yang tinggi dalam penggiringan sangat diperlukan. Sebelum mereka benar-benar yakin tentang keamanan di daerah barunya dan memahami betul situasi lingkungan barunya, rusa tidak akan dengan mudah berpindah ke pedok yang ada di sebelahnya sekalipun. Cara sederhana dalam mengajarkan rusa agar mau bereksplorasi pada lingkungan yang baru adalah dengan membuka pintu penghubung dan membiarkan semalaman terbuka sehingga rusa secara bebas setiap saat dapat berpindah sendiri. Ini memang akan memakan waktu, tetapi setidaknya merupakan langkah awal dalam memperkenalkan rusa terhadap lingkungan baru dan kebiasaan untuk berpindah. Selama kegiatan penggiringan dilakukan, perlu diperhatikan rusa mana yang bersifat sebagai “pengacau” dan mana yang bersifat sebagai “pemimpin”. Rusa pengacau adalah rusa yang sangat penakut atau nervus yang inginnya cepat melarikan diri dari daerah bergerombol. Sifat nervus ini dapat menulari rusa yang lainnya yang sebenarnya tidak senervus si pengacau. Apabila ada rusa berperilaku seperti ini, pastikan rusa tersebut selalu berada ditengah kelompok dan jangan sampai bergerak memisahkan diri. Sebab, perilaku rusa yang bergerombol apabila melihat ada satu kawannya yang dapat melarikan diri maka yang lainnya akan turut berlari melewati jalan yang digunakan rusa pertama yang bisa melarikan diri. Tetapi kadangkala ada rusa yang agak tenang dan dapat dijadikan sebagai Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 110 pemimpin untuk membawa atau mengarahkan gerombolan rusa di kelompoknya untuk mengikuti arah yang dikehendaki oleh operator. Apabila ada rusa yang bersifat seperti ini maka penggunaan rusa tersebut akan sangat menolong dengan cara menempatkannya di depan sehingga diikuti oleh kawan-kawannya. Pengangkutan Apabila karena sesuatu hal rusa harus diangkut menggunakan kendaraan, banyak hal yang harus diperhatikan: a. kondisi rusa Jika rusa yang akan diangkut adalah jantan dewasa, sangat disarankan ranggah dalam fase pertumbuhan apapun dilakukan pemotongan terlebih dahulu, terkecuali pada fase ranggah muda tidak lebih dari 10 cm. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi rusa yang cidera, baik pada dirinya maupun terhadap rusa lain, apabila dalam satu kotak angkut terdapat lebih dari satu pejantan. Selain itu, pengangkutan rusa yang tidak beranggah menjadikan ukuran kotak pengangkut tidak terlalu besar sehingga praktis dalam pengangkutan. Dalam pengangkutan rusa dewasa sebaiknya setiap kotak diisi oleh satu ekor rusa, sedangkan untuk rusa muda dalam batas tertentu dapat diangkut dua ekor hingga lebih tergantung pada kemudahan pengangkutan kotak pengangkut. Dalam hal pengangkutan lebih dari satu ekor, hendaknya menghindari pemasukan ke dalam kotak dari jenis kelamin yang berbeda, terkecuali pada anak rusa (< 10 bulan). Kondisi rusa apabila akan diangkut sebaiknya tidak dalam kondisi dibius total. Apabila rusa termasuk liar cukup diberi suntikan bius ringan, hanya untuk membuat agak mengantuk, sehingga fungsi sensor tubuh dalam batas tertentu masih tetap aktif. Dengan suntikan bius yang rendah ini memudahkan pula di dalam memasukkan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 111 rusa ke dalam kotak angkut. Penyuntikan anti stres dapat diberikan bila dikehendaki. b. cuaca Pengangkutan rusa sebaiknya dilakukan pada cuaca yang sejuk. Perjalanan sangat disarankan dilakukan malam hari guna menghindari stres akibat kondisi panas matahari. Sumber air minum suatu keharusan untuk diberikan, dengan hijauan dapat diberikan dalam jumlah sedikit apabila memungkinkan. Pemberian air minum sebaiknya saat kendaraan sedang berhenti. Apabila perjalanan mengharuskan melewati batas malam hari, sangat disarankan apabila cuaca dalam keadaan terik, untuk berteduh terlebih dahulu dan dilanjutkan malamnya. c. kotak pengangkut Kotak pengangkut harus terbuat dari bahan yang kuat, khususnya pada pengangkutan rusa dewasa dan dari jenis berbadan besar. Hentakan kaki sering membuat kotak pengangkut menjadi rusak sehingga bahan triplek tebal sangat baik, walau papan juga dapat dipergunakan. Dalam pembuatan kotak angkut, yang terbaik adalah jika rusa hanya dapat berdiri dan ke posisi duduk tanpa dapat berputar. Oleh sebab itu satu ekor rusa dewasa untuk satu kotak angkut serta melakukan pemotongan ranggah sangat disarankan. Lubang udara harus benar-benar diperhatikan, sebaiknya sekitar setengah dari tinggi kotak mengarah ke atas. Adanya lubang di bagian bawah sering membuat rusa menjadi gelisah terus karena kemampuan matanya untuk memantau pergerakan di luar kotak angkut. Apabila kotak terbuat dari papan, jarak antar papan dapat dipakai sebagai lubang udara, tetapi tidak terlalu lebar, dimana bagian bawah tertutup rapat. Pintu kotak sebaiknya dibuat mengarah dari atas ke bawah. Di bagian luar rangka kotak Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 112 disediakan palang pegangan pengangkut sehingga dalam posisi pemindahan kotak dapat dilakukan pengangkatan yang seragam, selalu dalam keadaan sejajar. d. alat pengangkut Dalam melakukan perjalanan yang membawa beberapa kotak pengangkut sekaligus, sebaiknya ada jarak antar kotak sehingga udara dapat berputar dengan baik. Kadangkala penempatan atap terpal di atas truk pengangkut perlu dipertimbangkan untuk perjalanan yang panjang (> 24 jam). e. pengeluaran rusa Pengeluaran rusa dari kotak angkut merupakan tahapan akhir yang seringkali justru mematikan. Tidak jarang saat tiba di lokasi, rusa sudah pada kondisi demikian stres dan ketakutan serta lelah sehingga sudah tidak mampu lagi untuk berdiri. Bila menjumpai rusa dalam kondisi demikian, disarankan untuk menunggu agar rusa mau keluar sendiri. Bila memungkinkan, rusa sebelum keluar diberikan obat anti stres dan vitamin. Jangan dilakukan penyiraman pada rusa dengan maksud menyegarkan badan, karena justru yang terjadi adalah sebaliknya, suatu kematian akibat perubahan suhu yang mendadak. Agar keselamatan terjamin, sebaiknya saat akan melakukan pengeluaran, kotak angkut telah berada di dalam wilayah dimana rusa akan ditempatkan. Lingkungan yang tenang jauh, dari tontonan orang atau kebisingan saat pelepasan dilakukan sangat membantu rusa untuk cepat beradaptasi dengan daerah barunya. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 113 Gambar 26. Kotak pengangkut rusa. Lubang angin sebagai sumber udara di bagian atas dan alat peredam agar mengurangi guncangan di perjalanan di bagian bawah, diberikan pada pengangkutan jenis rusa yang cukup liar (atas). Bawah, kotak angkut untuk pengangkutan jumlah besar (> tiga ekor rusa muda) (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 114 Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 115 11 PAKAN Suksesnya suatu pemeliharaan satwa antara lain ditunjang oleh pakan yang berkualitas yang mampu diberikan pada peliharaannya. Rusa, secara anatomi merupakan satwa pemakan hijauan. Tetapi di alam aslinya, perilaku pakannya agak sedikit berbeda diantara jenis rusa. Rusa sambar cenderung mengarah memakan lebih banyak jenis dedaunan dibandingkan dengan rusa timor yang lebih dominan mengkonsumsi rerumputan. Hal ini tiada lain karena habitat asli rusa sambar adalah hutan lebat, sedangkan rusa timor cenderung mengarah ke padang savana. Tetapi rusa timor di P. Jawa memiliki habitat yang lebih dominan dengan hutan, sedikit berbeda dengan habitat saudaranya di bagian timur Indonesia yang kering. Terlepas dari apa yang menjadi pakan utamanya di habitat asli mereka masing-masing, rusa dapat dikatakan menyukai hampir segala jenis hijauan dan pakan tambahan serta mampu beradaptasi dengan perubahan pakan. Sehingga memelihara rusa di pandang dari sudut penyediaan pakan, bukanlah hal yang sulit. Pemberian pakan haruslah disesuaikan dengan keadaan fisiologi rusa. Sesuai dengan pembagian fase fisiologinya, peternak rusa di luar negeri umum membaginya ke dalam kelompok : a. induk bunting b. induk menyusui c. jantan dewasa tumbuh ranggah muda d. jantan & betina dewasa siap kawin e. umur lepas sapih hingga umur potong. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 116 Pada rusa bunting, ketersediaan air susu yang cukup saat anaknya lahir menjadi prioritas utama. Untuk itu pakan yang bernilai gizi tinggi sangat penting didapatkan. Yang dikehendaki adalah rusa tumbuh dengan cepat di umur lepas sapih dan berada dalam kondisi gemuk saat hendak dipotong dan dalam keadaan sehat di hari-hari biasa. Namun sebelum mendalami masalah kebutuhan pakan pada rusa, perlu dipahami terlebih dahulu tentang unsur-unsur penting dari suatu pakan. Secara garis besar, pada setiap jenis pakan, unsur nutrisi yang terkandung dapat dibagi menjadi kelompok air, protein, lemak, energi serta mineral dan vitamin. Air, protein, lemak dan energi disebut sebagai unsur nutrisi makro karena tingkat kebutuhannya yang besar. Sedangkan yang lainnya disebut sebagai unsur nutrisi mikro karena tingkat kebutuhannya yang relatif lebih sedikit. Dalam pengutaraan kebutuhan nutrisi, sering nilai kebutuhan ditampilkan dalam unit Berat Kering (BK/Dry Matter-DM), yaitu kondisi dimana kandungan air telah dihilangkan sama sekali (sekitar 95-97%) lewat pemanasan. Pengutaraan dengan cara demikian sangat tepat, mengingat unsur air dalam setiap jenis pakan atau sumber bahan pakan sangat bervariasi. Persen bahan kering = (berat kering)/(berat basah) x 100 Persen kandungan air = 100 – persen bahan kering A. Air Air merupakan komponen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Apabila hewan dapat hidup tanpa pakan selama 3-5 hari, maka tanpa air hewan hanya dapat bertahan tidak Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 117 lebih dari dua hari. Air merupakan sumber kehidupan. Apabila tubuh hewan kekurangan air hingga 10% di bawah kebutuhan normalnya, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan, menjadi lemah. Terlebih pada kelompok hewan yang berproduksi tinggi seperti rusa tengah menyusui. Kekurangan air hingga 20% di bawah kebutuhan normalnya dan bersifat berkepanjangan pada akhirnya dapat membawa kepada kematian. Hal ini terjadi karena 70% dari anggota tubuh hewan terdiri atas cairan tubuh dalam berbagai bentuk. Air dalam tubuh mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk mengontrol suhu tubuh, mengangkut dan melarutkan berbagai zat nutrisi, membantu dalam proses pemecahan atau reaksi kimia dalam tubuh yang kelak akan dimanfaatkan oleh tubuh itu sendiri atau sebagai pelumas diantara persendian tulang. Proses kimiawi melalui pemecahan atau pembentukan unsur-unsur tertentu yang terjadi di dalam tubuh disebut sebagai metabolisme. Pada kondisi iklim yang dingin, keinginan untuk minum dari seekor hewan relatif akan lebih rendah dibandingkan dengan hewan yang sama tetapi tinggal di kawasan yang lebih panas. Hal ini terjadi karena di iklim yang lebih dingin tubuh mencoba untuk menghangatkan tubuhnya ke batas normal dengan jalan meningkatkan laju metabolisme. Sedangkan pemberian air minum justru dapat mendinginkan kondisi tubuh, karena sifat air itu sendiri yang dapat menyerap panas. Sebaliknya di daerah panas, barulah hewan memerlukan banyak air minum guna mendinginkan atau menyalurkan panas yang berlebihan yang ada di dalam tubuh akibat pengaruh iklim lingkungan di sekitarnya. Zat-zat makanan yang telah siap dipakai oleh tubuh akan diangkut di dalam tubuh oleh cairan tubuh yaitu darah. Di dalam tubuh sendiri banyak zat-zat makanan yang dalam proses metabolismenya memerlukan unsur air. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 118 air bagi tubuhnya, hewan mendapatkannya dari tiga sumber, yaitu air minum, air yang terkandung dalam hijauan atau pakan yang dikonsumsinya dan air yang terbentuk karena adanya proses metabolisme atau disebut sebagai air metabolik. Dari tiga sumber ini, umumnya penambahan kekurangan air bagi kebutuhan tubuh hewan akan disuplai melalui air minum. Oleh sebab itu pemberian air minum merupakan hal yang sangat penting, karena pada umumnya kita tidak mengetahui persis seberapa banyak air yang telah didapat lewat jalur air metabolik dan dari pakan yang dikonsumsi oleh hewan. Semua hijauan dan pakan lainnya pasti mengandung air. Perbedaannya terletak pada jenis dan kondisi pakannya. Pada hijauan segar dan muda kandungan airnya dapat mencapai 60-85%. Artinya 60-85 bagian dari tanaman itu hanyalah air dan sisanya benda padat yang antara lain berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan hewan. Sedangkan pada rerumputan yang telah tua dan mengering, kandungan air ini dapat menurun hingga hanya 20-35% saja. Jenis-jenis sayuran yang agak tua cenderung masih mempunyai kandungan air yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan rerumputan yang seumur tuanya. Rusa timor yang ditangkarkan di kawasan Indonesia Timur mengkonsumsi air sekitar 1,0-2,5 liter/hari, tetapi di alam dilaporkan rusa timor mampu mengkonsumsi hingga lima liter seharinya. Kebutuhan air pada seekor hewan sangat tergantung dari berbagai hal, yaitu: A.1. Jenis hewan Ada jenis hewan yang memang memerlukan air dalam jumlah banyak dan ada jenis hewan yang tahan di daerah kering, sehingga hanya memerlukan sedikit air. Hewan yang menyukai daerah berawa Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 119 atau basah, seperti pada rusa sambar, cenderung memerlukan air yang banyak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Sedangkan pada jenis hewan yang biasa hidup di suatu daerah padang rumput, seperti rusa timor, cenderung dapat memanfaatkan air seefisien mungkin. A.2. Suhu lingkungan Semakin tinggi suhu udara di suatu daerah maka hewan akan mencoba menanggulangi pendinginan suhu tubuhnya dengan memanfaatkan air yang telah ada di tubuhnya. Selain itu banyak jenis hewan yang mempertinggi laju pernafasan, dengan maksud mengeluarkan udara tubuh yang panas dan menggantinya dengan udara yang lebih sejuk. Salah satu proses mempercepat pengeluaran udara panas dalam tubuh adalah dengan cara membuka mulut lebar-lebar sehingga terjadi penguapan dari daerah mulut. Pada akhirnya cairan tubuh akan banyak keluar akibat proses penguapan lewat mulut. Untuk itu air sangat diperlukan di daerah panas dan kering agar suhu tubuh selalu dalam batas yang normal untuk kegiatan metabolisme tubuh, yaitu pada suhu tubuh sekitar 37-39oC. A.3. Jenis pakan Apabila hewan mengkonsumsi lebih banyak hijauan segar, maka kebutuhan airnya akan lebih rendah dibandingkan pada hewan yang memakan hijauan kering. Seringkali, pada beberapa jenis hewan, air minum justru tidak diberikan terlalu banyak apabila memang dalam pemberian pakannya telah dicampur dengan air, seperti melalui pemberian bubur dedak padi. A.4. Tingkat produksi Biasanya hal ini lebih berhubungan dengan perkembangan fisiologi hewan, seperti pada rusa yang sedang menyusui. Selama induk rusa Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 120 menghasilkan air susu, apabila produksi susunya tinggi, maka berarti kehilangan cairan tubuh yang telah berubah dalam bentuk air susupun menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan air yang banyak pula untuk menanggulangi kekurangan air tubuh akibat pembentukan air susu yang dimanfaatkan oleh anak rusa. Adanya kekurangan air selama masa menyusui anak (masa laktasi) justru akan menurunkan produksi air susu dan secara langsung dapat menurunkan berat badan dan kesehatan anak yang tengah disusuinya. Rusa yang banyak bergerak dan kurang naungan pada iklim yang panas memerlukan banyak air minum dibandingkan dengan yang hanya digembalakan biasa. Hal ini tiada lain karena adanya proses penguapan dan peningkatan suhu tubuh akibat dari aktivitas bekerja tersebut. Air yang telah masuk ke dalam tubuh, dari manapun sumbernya, tentunya sebagian kecil harus ada yang dibuang kembali. Dalam pembuangan air dari tubuh ini akan membawa zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuh yang tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh dan justru akan bersifat racun apabila tidak dikeluarkan. Pengeluaran air yang terbesar dari seekor hewan adalah melalui keringat, air seni dan kotoran. Pengaruh langsung dari kekurangan air pada tingkat 10-12% dapat meningkatkan suhu tubuh. Pengaruh selanjutnya adalah menurunnya nafsu makan dan terganggunya proses metabolisme di dalam tubuh. Hal ini mudah sekali terjadi pada hewan muda dibandingkan pada hewan yang telah dewasa. Kekurangan air hingga tingkat 50% dari batas normalnya dalam waktu singkat dapat menurunkan konsumsi pakan hingga 27%. Dari sini tampak betapa air mempengaruhi banyak hal yang ada dalam tubuh. Menurunnya nafsu makan sebagai akibat langsung dari kekurangan air justru akan menurunkan produktivitas hewan. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 121 B. Protein, lemak & energi Penggabungan tiga unsur nutrisi ini karena pada satu titik tertentu akan memberikan fungsi yang sama yaitu sebagai sumber energi bagi hewan. Setiap bentuk kehidupan akan memerlukan protein, karena senyawa tersebut merupakan struktur dasar dari pembentuk semua jaringan tubuh. Ini mencakup tidak hanya jaringan otot, tulang, syaraf dan kulit tetapi juga sel darah, rambut, kuku dan ranggah. Pada jaringan tulang, sekitar sepertiga dari berat keringnya terdiri atas protein. Dengan demikian senyawa protein berperan penting dalam hal pertumbuhan dan perkembangan hewan dari sejak masih dalam kandungan sebagai fetus (calon anak). Protein merupakan suatu bahan organik komplek yang terbuat dari susunan asam amino. Asam amino adalah asam organik yang mengandung satu atau lebih gugus amino (NH2). Kumpulan rantai asam amino ini disebut polipeptida. Hingga saat ini diketahui tidak kurang dari 25 jenis asam amino, dimana 20 diantaranya merupakan jenis yang membentuk jaringan pada hewan. Dari ke 20 jenis asam amino, 10 jenis asam amino termasuk dalam kategori essensial (utama) dan sisanya non-essensial (sekunder). Asam amino utama adalah asam amino yang sangat dibutuhkan hewan dan tidak dapat disintesa (dibentuk) oleh tubuh hewan sehingga harus tersedia pada pakan yang dikonsumsinya. Sedangkan yang tidak utama adalah jenis asam amino yang dapat dibentuk dari jenis asam amino lainnya oleh tubuh hewan sehingga keberadaannya dalam pakan tidak terlalu dikhawatirkan. Kelebihan protein yang dikonsumsi oleh hewan akan dirombak dan disimpan dalam jaringan hati dan dimanfaatkan oleh tubuh hewan sebagai energi. Pada rusa timor yang digembalakan di padang rumput berkualitas rendah, dengan kandungan protein sekitar 35-40 gr/kgBK dan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 122 kandungan gross energi 290-310 KJGE/kgBK, mengakibatkan kehilangan berat badan sebesar 5% dari berat awal. Hal ini berbeda jauh bila dibandingkan dengan rusa yang diberi hijauan berkualitas baik, dengan kandungan gross energi 500-645 KJGE/kgBK dan protein 80-90 gr/kgBK, yang akan memberikan kenaikan berat 10% dari berat awal. Selain itu terlihat pula perbedaan yang nyata antara rusa yang dilepas di pedok berkualitas dengan padang alami terhadap penampilan induk melahirkan. Jenis asam amino sebagai pembentuk protein Kelompok Utama (Essensial) Kelompok Sekunder (Non-essensial) Arginin Alanin Histidin Asam aspartat Isoleucin Citrulin Leucin Cystin Lysin Asam glutamat Methionin Glysin Phenylalanin Hydroxyprolin Threonin Prolin Tryptophan Serin Valin Tyrosin Pada rusa timor, kebutuhan protein umur lepas sapih sekitar 15%BK, walau banyak yang menyarankan untuk memberinya pada kandungan 19%BK. Rendahnya kandungan protein (< 11%BK) dalam pakan pada rusa umur lepas sapih, selain menurunkan laju pertumbuhan, juga akan menurunkan konversi pakan menjadi daging dan pada jantan kemungkinan memundurkan pertumbuhan pedicle. Lemak merupakan hasil dari penumpukan kelebihan energi. Pada tubuh hewan ruminansia, lemak mempunyai banyak fungsi selain Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 123 sebagai simpanan energi. Ia berfungsi sebagai pelarut dari beberapa jenis vitamin yang memang hanya akan larut dalam lemak. Untuk pertama kali, kelebihan lemak akan tertimbun di daerah alat-alat pencernaan dan ginjal. Bersamaan dengan pertambahan umur, apabila kelebihan lemak terus berlangsung maka akan dijumpai penimbunan lemak diantara jaringan otot/daging, disebut sebagai inter muscular fat, di bawah kulit disebut sebagai subcutan fat atau di bawah daging disebut sebagai intra muscular fat. Secara nilai kalori, lemak mengandung nilai kalori 2,25 lebih tinggi dari kelompok karbohidrat. Tabel 12. Manajemen pedok pada rusa bunting di Kaledonia Baru. Group Kelompok 1 Kelompok 2 Betina bunting 74 ekor 56 ekor Pedok Luas 5 x 1 ha 1 x 8 ha Kepadatan 14,8 ekor/ha 7 ekor/ha Jenis Brachiaria decumbens Bothriochloa pertusa Panicum maximum Heteropogon contortus Setaria sphacelata Imperata cylindrica Penempatan 10 hari/pedok Menetap Hijauan Ketersediaan 6000 kgBK/ha 13500 kgBK/ha Gross energi 310-360 KJ/kgBK 500-570 KJ/kgBK Protein kasar 45-50 gr/kgBK 40-70 gr/kgBK Sumber: Le Bel et al. (1997). Energi dibutuhkan oleh hewan untuk menjalankan semua proses metabolisme, pergerakan otot-otot dan pembentukan jaringan baru. Dalam pembagiannya, energi terbagi atas empat kategori, yaitu gross energy (gross energi), yaitu total kandungan energi yang ada dari suatu pakan. Digestible energy (energi tercerna) adalah Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 124 bagian dari gross energi dikurangi dengan nilai energi yang terkandung dalam kotoran. Metabolisable energy (energi metabolik) adalah bagian dari energi yang tersisa setelah nilai energi tercerna dikurangi dengan nilai energi yang terkandung dalam air kencing dan gas metan. Energi inilah yang sebenarnya dimanfaatkan oleh tubuh hewan untuk kegiatan bekerja, tumbuh, menjadi gemuk dan bagi perkembangan anak dalam kandungan serta produksi susu. Net energy adalah bagian dari energi metabolik yang digunakan untuk pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi lagi, bilamana memang energi yang tersisa pada tingkat energi metabolik masih cukup banyak. Tabel 13. Kebutuhan energi rusa tropis. Umur (bulan) Maintenance*) (MJ/kg0,75/hari) Tumbuh (MJ/kgKBB) Rusa timor jantan 12 – 16 0,51 32,0 Rusa sambar jantan 12 – 24 0,53 26,5 Rusa sambar betina 12 – 24 0,52 24,9 Sumber: Dryden (1999); Semiadi et al. (1995). *) kebutuhan dasar. Mengingat bahwa secara garis besar kehidupan ini pada akhirnya bertumpu pada tingkat energi yang dihasilkan oleh unsur-unsur nutrisi yang dikonsumsi oleh hewan tersebut, maka ada sebagian ahli nutrisi yang memperhitungkan kebutuhan konsumsi hewan berdasarkan kandungan energi, khususnya nilai metabolisable energy (ME). Pada industri peternakan rusa di negara barat, perhitungan kebutuhan pakan adalah didasarkan pada kebutuhan energi metabolik (MJME; metabolisable energy in Mega Joule) dan biasa dituangkan untuk kebutuhan dasar (maintenance) dan untuk pertumbuhan (growth). Rusa timor jantan di musim kawin diperkirakan membutuhkan ME untuk kebutuhan dasar sekitar 40% (0,722 MJkg0,75/hari) lebih tinggi dari masa biasa. Namun masih banyak pihak yang mengungkapkan kebutuhan nutrisi hewan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 125 berdasarkan kandungan protein ataupun TDN (total digestible nutrient). C. Mineral Mineral merupakan unsur an-organik yang umumnya dibutuhkan dalam jumlah kecil dibandingkan kebutuhan protein, lemak atau air. Dalam jaringan tubuh, mineral berfungsi sebagai pembentuk tulang, gigi, rambut, kuku dan ranggah. Juga untuk pembentukan beberapa jaringan lunak dan sel darah. Selain itu mineral berfungsi sebagai penyeimbang tekanan osmotis cairan tubuh melalui bentukbentuk ionnya, selain berperan penting dalam pembentukan enzim, hormon dan bagian komponen vitamin. Berdasarkan tingkat kebutuhan mineralnya, maka unsur mineral terbagi pula atas unsur makro mineral dan mikro mineral. Terutama pada betina yang tengah bunting atau pejantan yang baru melewati musim kawin dan di masa pertumbuhan ranggah mudanya, apabila kandungan mineral yang ada pada tanah di daerah tersebut dirasakan kurang, maka dapat diberikan tepung mineral atau garam jilat (mineral block). Untuk memonitor kecukupan ataupun kebutuhan mineral pada hewan, harus dilakukan monitor pada tiga komponen, yaitu hewannya itu sendiri, hijauan/pastur dan tanah. Monitoring kecukupan mineral pada hewan dapat dilakukan lewat analisa kandungan mineral dalam darah atau hati. Yang paling beresiko dari kekurangan unsur mineral adalah pada rusa muda dan betina bunting serta laktasi. Bila terjadi indikasi kekurangan unsur mineral pada hewan, penelusuran sumber kekurangan dapat dilanjutkan dengan memonitor kandungan mineral dalam hijauan dan tanah tempat hijauan tumbuh. Dari sini dapat ditetapkan unsur mineral apa saja yang perlu ditambahkan lewat pemupukan tanah. Apabila terdeteksi bahwa defisiensi pada hewan hanya pada tingkat yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 126 rendah, maka perlu diperhitungkan efisiensi penanggulangan apakah lewat pakan pada ternak atau aplikasi pupuk mineral ke tanah. Tabel 14. Kandungan mineral pada hati rusa sambar liar (rataan SD). Sampel Copper (mol/kg) Selenium (nmol/kg) Vitamin B12 (nmol/kg) 1 > 100 > 850 > 220 2 106 96 1027 46 673 91 3 875 84 1280 520 905 359 4 591 57 1966 249 583 62 5 534 152 1900 374 905 359 6 515 176 873 164 787 170 7 471 1800 520 8 977 990 630 9 333 1100 950 10 623 2900 1200 11 287 1800 840 12 1094 1700 590 Rentang 106 – 1094 850 – 2900 220 – 1200 Sumber: Stafford (1997). D. Vitamin Vitamin adalah komponen senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan kehidupan, dimana tubuh tidak bisa membuat sendiri kebutuhan vitamin. Secara garis besar pemberian nama vitamin adalah berdasarkan alpabet, yaitu vitamin A, B, C, D, E, K dengan beberapa turunannya seperti vitamin B1, B2, B12. Sesuai dengan sifat pelarutannya maka ada vitamin yang larut dalam lemak (vit. A,D,E,K) dan sisanya larut dalam air. Kebutuhan vitamin pada hewan ruminansia seperti rusa termasuk rendah. Beberapa jenis vitamin berperan penting di dalam menurunkan traumatis akibat stres. Ketersediaan vitamin secara alami banyak diperoleh dari tumbuhan atau buah-buahan yang masih segar. Namun pemberian Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 127 tambahan pada hewan masih dimungkinkan terutama pada yang sedang sakit lewat pencampuran dalam pakan atau disuntikkan. Tabel 15. Kisaran kebutuhan unsur mineral pada rusa berdasarkan kebutuhan rusa merah, yang masih dapat dipakai untuk kepentingan rusa tropis. Mineral Kebutuhan Gejala kekurangan Kelompok utama (%BK) Ca 0,19 – 0,50 Memakan ranggah keras yang telah luruh, penurunan pertumbuhan ranggah atau menjadi keropos (osteoporosis) dan gangguan sistem penulangan P 0,18 – 0,32 Mg 0,15 – 0,19 K 0,50 – 0,65 Na 0,07 – 0,12 S 0,15 – 0,25 Dalam jumlah sedikit (mg/kgBK) Cu 7 – 20 Bulu kusam Co 0,11 – 0,15 Fe 40 – 50 Se 0,03 – 0,05 White muscle disease (jaringan otot terlihat pucat) Zn 20 – 35 Sumber: Dryden (1999). Daya cerna Daya cerna memberikan gambaran berapa banyak dari unsur nutrisi pakan yang diberikan dapat tercerna oleh hewan tersebut. Dengan demikian banyak peristilahan daya cerna sesuai dengan jenis nutrisi yang dimaksud, seperti daya cerna bahan kering, berapa banyak bahan kering yang dapat dicerna oleh sistem alat pencernaan, daya cerna protein, daya cerna karbohidrat, daya cerna serat kasar dll. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 128 Semakin tinggi daya cerna suatu bahan pakan berarti memberikan nilai manfaat yang semakin tinggi pula bagi hewan tersebut. Banyak faktor yang saling terkait satu dengan lain yang akan mempengaruhi nilai daya cerna. Pada kelompok hewan seperti rusa hal ini dipengaruhi antara lain oleh: (a) jenis pakan pada hijauan, salah satu unsur yang paling mempengaruhi daya cerna adalah kandungan unsur serat dan kerabatnya seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Semakin tua umur hijauan akan meningkatkan unsur serat dimana unsur ini seringkali menjadi penghambat dalam peningkatan pemanfaatan suatu hijauan. Tingginya kandungan serat cenderung akan menurunkan nilai daya cerna dan rendahnya daya cerna merefleksikan rendahnya kualitas hijauan tersebut ditinjau sebagai sumber nutrisi. Pada pakan berbahan karbohidrat tinggi, seperti dedak, jagung, beras dan umbi-umbian cenderung mempunyai nilai daya cerna yang sangat tinggi, dimana unsur nutrisi dari jenis pakan tersebut mudah sekali untuk dicerna. Pengungkapan nilai gizi pakan pada beberapa puluh tahun yang lalu banyak menekankan pada daya cerna atau kandungan serat kasar. Namun satu alternatif lain telah dicoba digantikan dengan cara menganalisa kandungan serat hijauan setelah melewati pencucian pada larutan detergen, sehingga metode analisanya disebut sebagai acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergent fiber (NDF). (b) saliva Penambahan cairan ludah selama proses pengunyahan sangat membantu dalam mengkondisikan bahan pakan yang baru dikonsumsi agar dicapai nilai keasaman pakan yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 129 cocok untuk proses pencernaan selanjutnya di dalam alat pencernaan (rumen). Selain itu dengan adanya cairan ludah yang kaya dengan enzim mampu untuk menyederhanakan rantai kimia yang kompleks menjadi sederhana agar dengan mudah diserap oleh usus. (c) pengunyahan Semua hewan ruminansia akan melakukan pengunyahan agar diperoleh partikel pakan yang sedemikian kecil sehingga mudah dirombak oleh mikroba rumen dengan cepat dan efisien serta mampu memasuki usus sebanyak mungkin. Pada awalnya bahan pakan (hijauan) hanya akan dipotong apa adanya dan untuk pertama kalinya masuk ke rumen. Saat istirahat, hijauan tersebut kemudian akan dikeluarkan kembali ke mulut dan dikunyah hingga halus dan kembali masuk ke rumen untuk selanjutnya dirombak dengan bantuan mikroba rumen dan enzim yang ada di dalamnya. Proses pengunyahan dari satu jenis rusa ke jenis rusa lainnya sangat berbeda, tergantung dari kelompok hewan tersebut apakah pemakan murni dedaunan, rerumputan atau diantara ke duanya. Dalam sehari rusa dapat menghabiskan waktu untuk memamah hijauan hingga 16 jam. (d) mikroba rumen Banyak yang menyebut bahwa mikroba rumen merupakan mesinnya kelompok hewan ruminansia. Ini tidak berlebihan mengingat mikroba rumenlah yang sebenarnya paling berperan dalam merombak semua unsur pakan yang ada menjadi sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus. Mikroba rumen merupakan kumpulan makhluk sangat kecil dari kelompok bakteri, protozoa dan fungi. Bakteri berperan penting dalam menghasilkan sumber energi dalam Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 130 bentuk asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid; VFA) yang diperoleh dengan cara mencerna dinding sel hijauan. Protozoa cenderung lebih banyak tinggal di daerah rumen dan memakan bakteri. Hasil dari pencernaan bakteri oleh protozoa menghasilkan produk yang mudah diserap oleh usus hewan selain juga bermanfaat sebagai sumber energi bagi bakteri lainnya. Sedangkan fungi, walau fungsi utamanya masih belum begitu jelas namun telah banyak hasil yang menunjukkan mengenai pentingnya peran fungi ini dalam melemaskan ikatan serat kompleks seperti selulosa sebelum kemudian dimanfaatkan oleh bakteri rumen. Kebutuhan pakan Pakan untuk rusa selain dari rerumputan atau hijauan lainnya, sebagai tambahannya dapat berupa konsentrat, sayur mayur, umbiumbian atau limbah pertanian. Rusa tropis dapat dikatakan menyukai hampir segala bentuk hijauan, sehingga tidak terlalu sulit untuk mencarikan pakan. Tetapi dalam situasi pemeliharaan secara komersil, pada bentuk pedok hendaknya pertumbuhan rumput diawasi secara seksama sehingga saat rusa memasuki pedok yang baru telah tersedia hijauan rumput yang berkualitas. Rusa sambar muda (< 2 tahun) seharinya dapat mengkonsumsi sekitar 1,2-1,6 kg bahan kering yang berkualitas tinggi. Ini berarti sekitar 2,2-3,8 kg hijauan segar yang muda. Sedangkan pada yang lebih tua dapat mencapai 2,2 kgBK atau mendekati 4,3 kg hijauan segar. Secara nilai ME, pada rusa sambar kebutuhan energi dasarnya adalah 474 KJ/kgBB0,75 dan untuk pertumbuhan kebutuhan energinya adalah 0,73 KJ/kgBB0,75 . Pada musim kering, dimana rerumputan telah meranggas dan perlu dilakukan pemberian pakan pendukung maka dapat diberikan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 131 dengan berbagai variasi pakan tambahan antara satu hingga tiga kali sehari bila diperlukan. Kualifikasi nilai kualitas nutrisi Serat ADF (%BK) NDF (%BK) Kualitas baik 20 – 35 30 – 45 Kualitas sedang 35 – 50 45 – 70 Kualitas jelek > 50 > 70 Daya cerna OMD (%BK) (organic matter digestibility; total bahan organik yang tercerna oleh hewan) Kualitas baik > 70 Kualitas sedang 55 – 70 Kualitas jelek < 55 Metabolisme energi (MJ/kgBK) Sangat baik > 12 Baik 10 – 12 Sedang 8 – 10 Jelek < 8 Sumber: Sharp (2001) Jadual pemberian pakan pendukung di musim kemarau Hari Pagi (banyak) Sore (sedang) Senin Hijauan Umbi-umbian Selasa Dedak/Konsentrat Umbi-umbian Rabu Hijauan Hijauan Kamis Umbi-umbian Dedak/Konsentrat Jumat Hijauan Hijauan Sabtu Dedak/Konsentrat Umbi-umbian Minggu Umbi-umbian Dedak/Konsentrat Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 132 Pada pemeliharaan di kandang, apabila rumput potong yang diberikan adalah jenis unggul, agar penggunaan pakan dapat efisien sebaiknya rumput dipotong pendek menjadi sekitar 20 cm atau kurang saat akan diberikan dan dedak dibasahi dengan air yang dicampur garam sedikit. Umbi-umbian perlu dipotong agak kecil sehingga pada rusa muda dapat turut serta menikmatinya. Hasil limbah pertanian seperti daun muda jagung juga disukai dan perlu dicoba berbagai jenis limbah pertanian yang tersedia di sekitarnya. Tabel 16. Tingkat konsumsi rusa sambar dan hubungannya dengan kenaikan berat badan (rataan, SE). Umur (bln) Konsumsi (kgBK/hari) grBK/BB0,75/hari Kenaikan BB (gr/hari) 3 1,31 (0,060) 59,2 (2,27) 199 (44,8) 6 1,79 (0,185) 62,1 (3,24) 260 (31,8) 9 1,62 (0,047) 51,0 (1,28) 71 (22,0) 12 1,43 (0,019) 43,5 (2,54) 25 (5,8) 18 1,64 (0,096) 47,7 (1,44) 31 (6,1) 24 2,07 (0,045) 56,3 (3,93) 194 (0,035) Sumber: Semiadi et al. (1995). Tabel 17. Kebutuhan energi pada rusa timor sesuai dengan pertumbuhannya. Berat badan (kg) Kenaikan berat (kg/hari) Kebutuhan ME (MJ/hari) 20 0,12 8,7 30 0,15 11,3 43 0,19 14,6 50 0,18 15,3 60 0,18 16,7 70 0,18 18,1 80 0,20 20,0 Sumber: Dryden (1999). Untuk kandungan pakan komersil bernilai gizi protein 19,4- 22,07%BK, serat kasar 8,08-10,19%BK dan GE 16,21-18,29 MJ, rusa Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 133 chital mempunyai tingkat konsumsi antara 395-418 gr dan rusa sambar antara 951-985 gr/ekor. Penggabungan pemberian pakan antara hijauan dengan konsentrat memang akan memberikan perbedaan yang nyata terhadap laju pertumbuhan badan. Cara ini dapat diterapkan apabila target kenaikan berat badan tertentu ingin dicapai dalam waktu singkat. Tabel 18. Pengaruh komposisi konsentrat dalam hijauan terhadap pertumbuhan rusa timor lepas sapih selama 129 hari. Kandungan protein asal konsentrat 12% 17% 20% Eksperimen 1 Konsumsi (gram kering udara/ekor/hari) Hay sorgum 129 139 140 Konsentrat 960 980 1000 % Konsentrat dari pakan 88 88 88 Kenaikan berat badan (gr/ekor/hari) Jantan 159,5 140,2 190,6 Betina 105,0 134,8 136,0 Eksperimen 2 Konsumsi (gram kering udara/ekor/hari) Hay sorgum 276 327 311 Konsentrat 788 900 950 % Konsentrat dari pakan 74 73 75 Kenaikan berat badan (gr/ekor/hari) jantan 91,0 155,2 161,2 Kondisi badan Lingkar leher (cm) 32,3 33,0 34,3 Lingkar badan/girth (cm) 74,0 79,8 81,3 Panjang badan (cm) 72,3 75,0 76,5 Tinggi badan (cm) 72,8 75,0 75,5 Sumber: Putto et al. (1998). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 134 Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 135 12 PADANG RUMPUT Apabila pemeliharaan rusa akan dikembangkan dalam jumlah yang besar, maka sistem pemeliharaan di padang rumput luas merupakan cara yang terbaik. Dengan sistem ini populasi rusa yang dipelihara dapat lebih banyak dan produktivitas lebih tinggi dibandingkan bila ditempatkan dalam sistem kandang. Namun pengembangan padang rumput memerlukan pengetahuan tersendiri agar diperoleh hasil yang optimal. Beberapa pihak menyebut padang rumput sebagai padang umbaran. Model penggembalaan Secara garis besar ada dua metode dalam penggembalaan di padang umbaran, yaitu secara terus menerus (continuous set stocking) dan berputar (intermittent/rotational grazing). Pada metode pertama, rusa dibiarkan merumput di luasan lahan tertentu secara terus menerus tanpa berpindah lokasi (pedok). Sistem ini biasa digunakan dalam padang umbaran alam dengan satuan luasan lahan yang cukup luas. Pada metode ini perlu diperhatikan pola pertumbuhan rumput dikaitkan dengan perubahan iklim serta daya dukung terhadap rusa. Pada saat kebutuhan hijauan sudah tidak tercukupi lagi oleh kemampuan lahan tersebut (over grazing), alternatif yang harus dilakukan hanyalah mengeluarkan beberapa ekor rusa atau melakukan pemberian pakan tambahan. Sedangkan pada kondisi padang umbaran terlalu rendah oleh jumlah rusa (under grazing), seringkali terjadi seleksi pemilihan hijauan yang sangat tinggi sehingga akan ada bagian padang umbaran yang gundul, sebagian bersemak atau menjadi lebat oleh jenis rumput yang tidak Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 136 dikonsumsi. Dalam hal ini pemangkasan perlu dilakukan agar diperoleh hijauan yang berkualitas secara berlanjut dan merata pertumbuhannya. Pada metode berputar, beberapa padang umbaran dipergunakan secara bergantian berdasarkan ketersediaan hijauan. Dengan sistem ini dapat ditingkatkan produktivitas rusa sesuai dengan kebutuhan pakannya. Sebagai contoh kelompok induk laktasi dapat dilepaskan di pedok yang hijau segar yang masih berumur muda, sedangkan pada pedok yang tumbuh dengan rumput yang agak tua dapat dipergunakan untuk jantan yang tengah masuk musim kawin. Kadangkala apabila pedok bekas induk bunting merumput masih tergolong cukup banyak, dapat dipergunakan untuk jangka waktu pendek (2-3 hari) oleh pejantan. Pemindahan rusa dari satu pedok menuju pedok baru adalah untuk memberi kesempatan istirahat pada pedok terdahulu dan menumbuhkan kembali rumput hingga pada tahap yang optimum ditinjau dari segi kualitas nutrisi hijauan dan produksi rumput. Jenis rumput Di dalam era pembangunan peternakan secara modern, pemberian rumput unggul sudah merupakan standar baku demi tercapainya tingkat produktivitas hewan yang tinggi. Hal ini tidak terkecuali pada industri peternakan rusa. Walau rusa pada prinsipnya menyukai segala bentuk hijauan, namun akan lebih baik apabila rusa mendapatkan yang terbaik dari yang tersedia. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian rumput unggul serta jenis leguminosa. Pada jenis rerumputan unggul ada jenis rumput yang bersifat sebagai rumput potong dan ada jenis rumput untuk hewan digembalakan. Pada kategori rumput potong termasuk di dalamnya adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 137 (persilangan antara Pennisetum purpureum dengan Pennisetum thypoides), rumput benggala (Panicum maximum), rumput padi (Setaria sphacelata) atau rumput Mexico (Euchlaena mexiocana). Sedangkan pada kelompok rumput untuk hewan gembala antara lain adalah rumput Brachiaria brizantha, rumput Australia (Paspalum dilatatum), rumput kolonjono (Brachiaria mutica) atau rumput pangola (Digitaria decumbens). Sedangkan untuk jenis leguminosa antara lain stylo (Stylosanthes guyanensis), Arachis hypogea dan kerabatnya, serta pohon lamtoro (Leucaena leucocephala). Peternak di Kaledona Baru biasa meningkatkan kualitas padang rumput alamnya dengan jenis Brachiaria decumbens, Panicum maximum dan Seataria sphacelata, sedangkan padang rumput alam umumnya didominasi oleh jenis Bothriochloa pertusa, Heteropogen contortus dan Imperata cylindrica. Gambar 27. Hamparan padang rumput alam yang potensial dikembangkan dalam bentuk pedok atau ranch (foto: G. Semiadi). Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 138 Selain dari hijauan unggul, keberadaan rumput alam memang tidak dapat diabaikan. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan padang umbaran unggul sulit untuk melakukan pembangunan dengan serempak, sehingga keberadaan rumput alam tetap harus diperhitungkan. Di Kaledonia Baru dan Mauritius tidak sedikit peternak yang mengembangkan rusa timornya justru di padang umbaran alam. Persoalan dari rumput alam adalah nilai nutrisi dan produktivitasnya yang termasuk rendah, selain tingkat kesukaannya oleh rusa yang tidak begitu tinggi. Di P. Timor produksi padang savana hanya sekitar 3,08 ton/ha dengan kandungan protein kurang dari lima persen. Dengan demikian, di padang umbaran alam, ketersediaan hijauan leguminosa masih sangat dibutuhkan. Deskripsi Rumput gajah (Pennisetum purpureum, rumput Uganda) Berasal dari benua Afrika yang dikembangkan sebagai rumput potong. Merupakan jenis rumput yang paling banyak dikembangkan di berbagai daerah, yang tidak terlalu rumit dalam perawatannya. Termasuk jenis rumput berumur panjang (perennial) yang membentuk rumpun hingga berjumlah 20-50 batang. Tumbuh tegak membentuk rumpun dengan rhizoma yang pendek dan mempunyai batang yang lurus, bulat berdiameter hingga tiga cm, dengan tinggi dapat mencapai enam meter, batang cenderung mengeras pada umur panen tua. Akar dapat mencapai kedalaman dua meter. Daun termasuk panjang (s.d 120 cm) dan lebar (s.d 5 cm) dengan sifat daun ada yang berbulu dan tidak berbulu tergantung cultivar. Pada cultivar yang pendek, tinggi maksimum hanya tiga meter, lebar daun 2,5 cm dan panjang daun 90 cm (var. Hawaii). Suhu lingkungan terbaik untuk pertumbuhan antara 25-400C. Tumbuh baik pada curah hujan 1000 mm/tahun, baik di dataran rendah ataupun tinggi. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 139 Rumput gajah termasuk tumbuhan tahan kering, tetapi agak boros dengan kebutuhan air pada awal pertumbuhan namun tidak tahan terhadap genangan air. Penanaman dapat dilakukan lewat stek (batangan rumput dengan panjang 20-30 cm, minimal mempunyai dua mata tunas/ruas) atau sobekan rumpun dengan panjang maksimal 30 cm, dan jarak tanam 0,75-1,0 x 1 m. Bagian bawah stek yang akan ditanam dipotong miring dan bagian atas dipotong rata. Pemupukan pertama, dua minggu sebelum penanaman, disarankan terdiri atas 10 ton pupuk kandang/ha, 50 kg KCl/ha serta 50 kg TSP/ha. Selang pemotongan adalah 3-4 kali dan sebaiknya pada selang tersebut diberikan pupuk dengan dosis yang sama kembali. Panenan pertama dilakukan pada umur 60-90 hari dan selanjutnya dapat dipanen secara reguler setiap 21-60 hari sekali, tergantung pada musim dan kesuburan tanah. Pemotongan panenan hendaknya dilakukan sekitar 10-15 cm dari permukaan tanah agar sisa rumpun rumput mempunyai cukup bagian untuk melakukan regenerasi secara cepat. Umur terbaik pemotongan agar diperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang tidak lebih dari 1,5 m, terkecuali di musim kemarau dimana pemotongan perlu diperhatikan berdasarkan ketersediaan air. Produksi segar dari rumput ini sekitar 275-525 ton/ha/tahun atau sekitar 40-63 ton BK/ha/tahun. Rumput BH (Brachiaria humidicola) Berasal dari Afrika, termasuk rumput berumur panjang dan termasuk popular di Indonesia. Pada tanah subur tumbuh dengan agresif dan cepat menutup permukaan tanah serta tahan injakan sehingga cocok dikembangkan sebagai rumput penggembalaan. Tinggi tanaman mencapai 50 cm dengan lebar daun sekitar lima cm. Tumbuh baik pada suhu lingkungan 30-350C. Rumput tahan terhadap Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 140 kekeringan tetapi tidak terlalu kuat pada genangan air. Penanaman lewat stolon ataupun pols dengan jarak tanam 30 x 30 cm. Produksi segar mencapai 125 ton/ha/tahun. Rumput paspalum (Paspalum dilatatum) Berasal dari Amerika Selatan dan dipergunakan meluas dari mulai daerah tropis hingga sub-tropis. Membentuk rumpun dengan tinggi antara 60-150 cm. Tumbuh baik mulai dari pesisir pada ketinggian 200 m hingga dataran tinggi diatas 100 m dari permukaan laut. Memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam sehingga meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan. Tidak membentuk stolon atau rimpang, sehingga tidak dapat menutupi tanah yang baik sebagai rumput penggembalaan. Dapat berfungsi sebagai rumput potong juga, setiap bulan, namun tidak boleh lebih rendah dari 20 cm agar sisa batang tidak mudah mongering dan mati atau lambat tumbuh. Dengan meningkatnya umur, batang bagian dalam akan mati dan batang muda baru tumbuh di bagian luar rumpun. Oleh sebab itu harus dikelola secara baik dari segi pemotongan yang teratur, sebelum mencapai umur tua/mati, agar celah tidak diisi oleh rumput gulma. Rumput BD (Brachiaria decumbens, Signal grass) Berasal dari Afrika dengan sifat berumur panjang. Termasuk jenis yang cukup popular di Indonesia. Pada tanah subur tumbuh dengan agresif dan cepat menutup permukaan tanah serta tahan injakan sehingga cocok dikembangkan sebagai rumput penggembalaan. Tinggi tanaman sekitar 30-45 cm, dengan daun tergolong pendek (maksimal 14 cm) bertekstur agak keras dan berbulu. Penanaman dapat dengan sistem stolon pada jarak 30 x 30 cm. Tumbuh baik pada suhu lingkungan 30-350C pada daerah yang agak basah (>1500 mm/tahun). Termasuk jenis rumput yang tahan kekeringan. Karena Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 141 sifat pertumbuhan dengan stolon, cocok dikembangkan di daerah lereng bukit atau sebagai penutup lereng. Produksi basah mencapai 150 ton/ha/tahun. Rumput setaria (Setaria sphacelata) Berasal dari daerah tropis Afrika dan tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, namun mampu bertahan pada tingkat curah hujan 600 mm/tahun. Beberapa peternak menyebutnya sebagai rumput yang tahan kekeringan. Membentuk rumpun yang kuat dengan tinggi mencapai 160-180 cm. Dapat membentuk rimpang/stolon yang melata. Rumput kolonjono (Panicum muticum; buffalo grass) Berasal dari Amerika Selatan, mampu tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian 1200 m diatas permukaan laut. Lebih menyukai daerah yang agak basah, tetapi dapat tumbuh baik di bawah naungan. Membentuk rumpun dan dapat mencapai ketinggian dua meter, berbatang banyak dan melata hingga panjang empat meter. Tidak tahan terhadap kekeringan. Dapat menutupi areal dengan merambat secara cepat dan dapat dipakai sebagai rumput potong atau penggembalaan. Hasil basah per tahun mencapai 150 ton/ha dengan tingkat pemotongan dapat dilakukan 7-8 kali per tahun. Rumput benggala (Panicum maximum) Berasal dari Afrika, tumbuh baik di daerah dengan curah hujan antara 850-1750 mm/tahun. Termasuk jenis yang tahan kekeringan, namun tidak terlalu lama (empat bulan). Membentuk rumpun yang tebal melalui akar rimpang yang pendek, batang tegak dan dapat mencapai tinggi 2,5 m. Produksi mencapai 100-120 ton basah/ha Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 142 dengan pemotongan sebulan sekali. Dapat dipakai sebagai rumput penggembalaan. Alang-alang (Imperata cylindrica) Bukan termasuk rumput unggul, bahkan disebut sebagai rumput gulma karena sifatnya yang selalu mengambil kesempatan tumbuh di antara tanah kosong pada kawasan rumput unggul sekalipun. Terdapat hampir di seluruh dunia. Mempunyai sifat perakaran yang kuat dan tahan terhadap kondisi yang keras, seperti kekeringan atau pembakaran. Daya regenerasinya sangat tinggi, anakan tumbuh dengan cepat dari sejak pembakaran berakhir, apabila cuaca dan tanah dalam keadaan lembab. Perlu selalu diwaspadai terhadap setiap kehadiran rumput alang-alang karena daya tumbuhnya yang cepat di antara tanah kosong. Kelemahan alang-alang adalah tidak tahan terhadap pemotongan yang sering pada usia muda. Lamtoro gung (Leucaena leucocephala, ipil-ipil) Merupakan hijauan legum bentuk pohon yang sangat popular di kawasan Asia Tenggara, yang berasal dari Amerika Tengah. Dalam batas tertentu tidak jarang orang terkecoh dengan tanaman petai Cina, yang masih satu kerabat. Tumbuh tegak mencapai 10 m dengan sistem perakaran yang cukup dalam. Cocok ditanam pada ketinggian 700-1500 m di atas permukaan laut, dengan pH tanah 5,0 walau pH yang optimum adalah pada nilai 6,5-6,7. Penanaman lewat persemaian biji. Mengingat tergolong pohon, tumbuhan ini mempunyai banyak manfaat. Sistem perakarannya mampu memberikan tambahan kesuburan lewat nodulnya yang banyak (bintil akar) untuk mengikat sumber nitrogen dari udara, batang pohon dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, pagar hidup, pemecah angin, sumber naungan di sepanjang pagar luar dan daunnya sebagai pakan hewan. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 143 Jenis Produksi segar (ton/ha/thn) Sifat Rumput Andropogon nodosus 70 Relatif tahan kering Brachiaria brizantha 79 Tahan kering Chloris gayana 75 Tidak tahan kering Panicum maximum 126 Tahan lindungan Panicum muticum 60 Tahan air Paspalum dilatatum 80 Kurang tahan kering Pennisetum purpureum 193 Relatif tahan kering Setaria ancep 80 Tahan kering Leguminosa Centrosoma plumeri 15 – 40 Tahan kering Centrosoma pubescens 20 Tahan kering Calopogonium mucunoides 10 – 25 Tahan kering Puceraria tumbergiana 85 Tahan kering Stylosanthes grasilis 40 – 60 Tahan kering Sumber: Rismunandar (1989). Sebagai sumber hijauan pakan ternak, hampir semua bagian tumbuhan ini, mulai dari bunga, daun dan buah dapat diberikan. Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan hijauan lamtoro yang sangat banyak (> 80% total konsumsi) dalam jangka waktu lama (> 6 bulan) pada rusa, karena banyak laporan yang menyebutkan adanya kerontokan bulu dan gangguan fungsional reproduksi. Selain sumber pakan ternak ruminansia, lamtoro juga banyak dipakai sebagai pakan pada ternak unggas bahkan ikan. Dalam keadaan segar kandungan protein dapat mencapai 30-40%, lemak 6%, serat kasar 8- 9% dan zat mimosin 2%. Pada konsumsi yang berlebih, zat mimosin diketahui dapat berubah menjadi racun bagi ternak yang mengkonsumsinya. Pada penanaman anakan, dapat dilakukan pada jarak tanam antara 10-20 cm. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 144 Turi (Sesbania grandiflora) Termasuk legum bentuk pohon yang juga sangat terkenal di negara kita. Tinggi pohon dapat mencapai 10 m. Kandungan mineral, vitamin dan protein termasuk tinggi. Dapat hidup sampai 20 tahun. Termasuk tumbuhan yang agak lemah dibandingkan lamtoro, dimana tidak terlalu baik sebagai penahan angin karena dahannya yang mudah patah, tetapi dapat cukup rindang sebagai sumber naungan. Sebagai sumber pakan, daunnya banyak disukai oleh berbagai jenis hewan ruminansia. Pada konsumsi yang tinggi tidak membahayakan ternak yang mengkonsumsinya, sebagaimana terjadi pada lamtoro. Penanaman pohon turi dilakukan melalui persemaian biji. Arachis (Arachis spp.) Termasuk tanaman leguminosa yang tumbuh merambat, berasal dari Amerika Selatan. Merupakan kerabat dekat dari kelompok kacang tanah dengan jenis yang sangat banyak (> 6 jenis). Sebagai jenis leguminosa, sangat baik untuk dikembangkan mengingat tinggi daya cerna dan kandungan proteinnya. Baik untuk dikembangkan di daerah kering dan mampu tumbuh baik di bawah naungan, pada kondisi tanah dengan pH 5,0-6,5 serta curah hujan di bawah 750 mm/tahun. Awal penanaman sebaiknya pada musim hujan dengan curah 1000-2000 mm/tahun. Tahan terhadap pemangkasan dan penggembalaan. Dapat ditanam dengan stek pada jarak 30 x 30 cm dengan kebutuhan sekitar 160.000-300.000 stek/ha. Pemupukan awal sekitar 100-550 kg NPK/ha, tergantung kesuburan tanah. Sedangkan produksi bahan kering antara 2,2-16,0 ton/ha/tahun, tergantung dari jenisnya. Pemupukan Pembangunan padang rumput biasanya dilakukan di kawasan padang rumput alam, yang dikenal miskin kandungan hara/ organiknya. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 145 Seperti layaknya semua bentuk kehidupan, hijauan tetap membutuhkan zat nutrisi (hara) baik berupa bahan organik maupun non-organik. Sumber nutrisi ini, apabila tanahnya miskin dengan zat nutrisi, harus diberikan lewat pemupukan. Juga, apabila dikehendaki produksi padang rumput yang produktif sepanjang masa, setiap saat perlu dilakukan pemupukan. Berdasarkan sumbernya, bahan pupuk terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu (a) pupuk kotoran/kandang, yang berasal dari kotoran hewan, bahkan kotoran manusia bila memungkinkan, (b) pupuk kompos, merupakan pupuk yang diproses dari sisa-sisa dedaunan hasil panenan pertanian dan (c) pupuk buatan, yaitu pupuk yang dibuat dari unsur kimia yang sengaja diproduksi. Pupuk kandang dan kompos dikategorikan sebagai pupuk organik, sedangkan pupuk buatan sebagai pupuk an-organik. Pemberian pupuk organik adalah yang terbaik dibandingkan dengan pemberian pupuk non-organik, terutama demi menjaga kualitas tanah yang dipupuk. Untuk itu sangat disarankan pada setiap periode tertentu, pemberian pupuk organik sebaiknya dilaksanakan menggantikan pupuk non-organik. Jumlah pemberian pupuk organik ini dapat diberikan antara 10-40 ton/ha/tahun. Dalam pemberian pupuk, biasanya dilakukan secara bervariasi, baik dengan ditabur dipermukaan tanah atau dibenamkan ke dalam tanah, tidak lebih dari 30 cm. Hal ini mengingat sistem perakaran hijauan pakan hewan biasanya hanya mencapai kedalaman 15-30 cm. Sebelum pengolahan padang rumput dilakukan, akan lebih baik apabila terlebih dahulu mengetahui tingkat kesuburan tanah serta pola musim kering dan hujan untuk kawasan tersebut. Mengetahui tipe tanah yang dominan di tempat tersebut akan sangat penting dalam rangka penentuan pupuk yang tepat selain untuk jenis hijauannya. Setelah tingkat kesuburan tanah diketahui dan aplikasi pupuk diberikan, tahapan selanjutnya adalah menjaga tingkat kesuburan lahan tersebut. Fase ini dikenal sebagai fase perawatan, Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 146 yaitu memberikan pupuk hanya untuk menggantikan jumlah elemen nutrisi yang hilang dari tanah karena diserap oleh hijauan. Pemupukan sebaiknya dilakukan saat tanah dalam keadaan lembab dan hindari saat tengah musim penghujan tinggi karena hanya akan membuang bahan pupuk yang terbawa oleh air. Dalam pemupukan, perlu dipahami bahwa kekurangan satu unsur tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian unsur tersebut. Apabila tanah miskin dengan unsur phosphor/fosfor (P), maka pemupukan unsur kalium (K) atau sulphur (S) tidak akan memberikan respon yang positif sebelum unsur P tersebut terpenuhi. Pemberian pupuk nitrogen (N) harus dikelola secara seksama karena unsur ini mudah sekali tercuci dan dapat berada dalam berbagai bentuk ikatan kimia. Nitrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan bahkan hewan. Unsur ini merupakan bahan dasar dalam pembentukan protein. Oleh sebab itu pemupukan nitrogen cenderung lebih banyak dilakukan dibandingkan pemupukan unsur lainnya. Urea merupakan bentuk pupuk nitrogen yang paling banyak dan mudah dijumpai di pasaran. Karena urea bersifat mengikat air, maka dalam penyimpanan perlu tertutup rapat dan apabila dicampur dengan jenis pupuk lainnya, seperti superphosphat, maka harus segera ditebarkan ke tanah. Respon rumput terhadap aplikasi nitrogen meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah pemberian pupuk, namun di satu titik akan menurun responnya sejalan dengan pemupukan yang berlebihan. Pemberian pupuk nitrogen lanjutan pada tingkat 60 kg/ha telah diketahui lebih banyak kerugiannya dibandingkan keuntungannya terhadap pertumbuhan rumput. Sebagai pupuk dasar rumput (pupuk awal sebelum dilakukan penanaman), apabila tidak diperoleh informasi kebutuhan minimal Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 147 yang sesuai dengan jenis tanah yang akan ditanami, maka dapat dipergunakan dosis pemupukan umum, yaitu : 1. pupuk TSP : 100-150 kg/ha 2. pupuk ZA : 100-200 kg/ha 3. pupuk urea : 100-150 kg/ha 4. pupuk KCl : 50-100 kg/ha. Unsur nutrisi dalam pupuk seringkali dicampur dengan beberapa jenis nutrisi lainnya. Sebagai contoh unsur nitrogen dijual dalam kemasan campuran N-P-K-S. Terhadap penjualan jenis pupuk majemuk semacam ini perlu diketahui dengan pasti berapa kandungan dari masing-masing unsur, yang mana dapat dilihat dalam label. Apabila tertullis NPKS sebagai 0-7-15-8 artinya pupuk tersebut mengandung 0% N, 7% P, 15% K dan 8% S. Rumus perhitungan berapa banyak pupuk unsur tertentu yang diperlukan untuk pemupukan adalah: Kebutuhan pupuk (kg/ha) = kebutuhan pupuk unsur tertentu x 100 % kandungan dalam pupuk majemuk Contoh: Apabila dibutuhkan pemupukan unsur K sejumlah 50 kg/ha dengan menggunakan pupuk majemuk NPKS (0-7-15-8), maka jumlah pupuk majemuk yang dibutuhkan adalah: = 50 x 100 = 333 kg/ha 15 Pupuk TSP (triple super fosfat) adalah pupuk dengan sumber hara P yang cukup tinggi sebesar 46% P2O5 yang kelarutannya dalam air mencapai 95%. Pupuk ZA merupakan pupuk sebagai sumber hara N dan S dengan kandungan N sebanyak 21% dan S sebanyak 24% yang bersifat mudah larut dalam air. Pupuk urea mengandung sekitar 45% N. Penaburan pupuk TSP dan ZA pada dosis penuh dilakukan sehari sebelum penanaman. Pupuk disebar merata dan bila perlu agak diinjak-injak agar sedikit terbenam ke dalam tanah. Minimal tiga Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 148 minggu berikutnya diberikan pupuk urea pada dosis setengah dari yang direkomendasikan ditambah dengan dosis penuh pupuk KCl. Setengah dosis lainnya dari pupuk urea diberikan tiga minggu kemudian dari pemupukan urea terakhir. Fungsi unsur hara bagi tumbuhan N (nitrogen) Sebagai zat pendorong pertumbuhan dan meningkatkan kadar protein hijauan. Di dalam tanah merupakan zat yang meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme P (fosfor) Sebagai pendorong pertumbuhan akar, meningkatkan kadar protein, meningkatkan pertumbuhan tanaman yang bersifat cepat tumbuh, menguatkan batang rerumputan K (kalium) Sebagai pendorong dan penggerak pembentukan zat karobohidrat, menguatkan batang rerumputan, memberi daya tahan terhadap serangan penyakit Ca (calsium) Meningkatkan pertumbuhan akar dan daun, melindungi tanaman terhadap akumulasi racun Mg (magnesium) Sebagai pengantar zat fosfor dalam tubuh tumbuhan dan membantu dalam penyaluran zat karbohidrat S (sulfur) Sebagai pembentuk protein, mempunyai pengaruh baik dalam pembentukan hijau daun, memperbanyak pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa Sumber: Rismunandar (1989). Pemberian kapur (Ca) ke lahan pertanian memang jarang dilakukan. Namun untuk kawasan tertentu hal ini sangat penting untuk dilakukan, khususnya pada tanah yang bersifat sangat asam untuk kepentingan tumbuhan. Perlakuan pemberian kapur bertujuan untuk menurunkan tingkat keasaman tanah dan pemberian cukup dilakukan setiap 3-4 tahun sekali. Sayangnya, faktor pH tanah yang tepat agar pemupukan tanah dapat efektif seringkali terlupakan oleh pemilik lahan. Jumlah kapur yang diperlukan untuk mencapai Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 149 tingkat keasaman yang ideal sangat tergantung pada jenis tanah dan jenis tumbuhan yang akan ditanam. Bagan tingkatan kebutuhan unsur hara oleh tanaman (di atas paling utama, ke bawah tidak terlalu banyak) H20 (air) N P K S Mg Ca Fe Cu Zn Mn B Mo Cl Co Pada tanah jenis gambut atau bergambut, kondisi minimal pH pada bagian top-soil (0-75 mm ke dalam tanah) setidaknya 5,0 dan pada bagian sub-soil (75-150 mm ke dalam tanah) 4,5. Sedangkan pada tanah normal, pH ideal adalah 5,8-6,0 agar banyak jenis tumbuhan dapat ditanam dengan produksi yang maksimal. Pada tanah gambut yang masih belum terolah, pemberian sekitar 9-12 ton/ha kapur akan meningkatkan nilai pH satu unit. Pemberian kapur yang hanya ditaburkan dipermukaan tanah bergambut sebenarnya tidak efektif, dimana cara terbaik adalah dengan mencampurkannya ke dalam tanah gambut. Pada tanah jenis liat untuk menaikkan dari nilai pH 4,5 ke 5,5 diperlukan setidaknya 1,7 ton kapur/ha sedangkan dari nilai pH 5,5 ke 6,5 diperlukan sekitar 2,2 ton/ha. Pada jenis tanah liat yang berat kebutuhan kapur mencapai dua kali dari kebutuhan tanah liat biasa. Pengelolaan Untuk wilayah Indonesia, pengalaman menunjukkan perlunya pembangunan padang rumput dibagi ke dalam dua kategori, yaitu untuk tujuan penggembalaan serta untuk tujuan penyediaan saat darurat. Pembangunan padang rumput untuk tujuan penggembalaan Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 150 sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan jumlah ternak yang dipeliharanya dan dapat merupakan padang rumput murni atau dicampur dengan tanaman leguminosa yang bersifat merambat. Sedangkan tanaman leguminosa bentuk pohon dapat dipakai di luar pagar sebagai daerah naungan yang daunnya dipotong setiap saat diperlukan. Untuk padang rumput sebagai persediaan saat kondisi darurat perlu dipertimbangkan apabila daerah peternakan memang merupakan daerah yang mempunyai musim ekstrim seperti musim kemarau yang panjang atau sangat tidak menentu. Sebagai padang rumput darurat, jenis rumput yang ditanam sebaiknya dari jenis rumput potong, yang mempunyai sifat tahan kekeringan, mampu tumbuh hanya pada kondisi tanah lembab dan relatif cukup tinggi produksinya. Mengingat statusnya sebagai padang rumput darurat, kadangkala perlu dipertimbangkan adanya penyediaan fasilitas yang agak lebih, seperti sumber air atau pompa air yang akan dipakai sebagai pengairan di saat musim kemarau. Mengingat sifat pertumbuhan dan produksinya, rumput gajah banyak yang dikembangkan sebagai rumput darurat. Batasan kondisi pedok saat rusa akan dimasukkan ke dalamnya adalah pada saat produksi rumput berada dalam tingkat yang tertinggi, tetapi diimbangi dengan kualitas nutrisi yang masih sangat baik (tinggi tingkat daya cernanya). Hal ini tentunya sangat tergantung pada jenis rumput yang ditanam. Sedangkan batasan minimal rusa harus segera keluar dari pedok adalah saat dimana tinggi rumpun rumput masih memungkinkan untuk melakukan pertumbuhan dengan baik dan masih tersedianya akar, daun dan batang rumput. Rumput akan tumbuh dengan cepat apabila dalam satu rumpun masih ada tersisa batang dan daun sehingga daun dapat menangkap sinar matahari untuk proses fotosintesa. Sedangkan apabila rumpun rumput hanya tersisakan batang dengan sedikit sekali daun, sebagai akibat dari penggembalaan yang Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 151 berlebih, maka pertumbuhan akan memerlukan waktu yang lebih lama. Sayangnya, informasi yang akurat mengenai batasan maksimal dan minimal dalam sistem rotasi pedok di iklim Indonesia masih belum ada. Namun sebagai pegangan awal dapat dipergunakan indeks yaitu memasukkan rusa saat kondisi rumput tidak lebih dari 22-35 cm tingginya, tergantung jenis rumput, dan berpindah pedok saat tinggi rumput tersisa hanya 5-10 cm. Semakin tinggi rumput dibiarkan tumbuh di pedok tidak akan memberikan manfaat banyak, bahkan sebaliknya, hanya akan membuat banyaknya rumpun yang mati atau pertumbuhan rumpun baru terhambat sebagai akibat ketidak mampuan sinar matahari menembus ke bagian pangkal rumpun rumput. Pembangunan padang rumput yang baru hanya diperlukan apabila padang rumput yang ada memang telah menunjukkan penampilan yang merosot, dicirikan antara lain dengan banyaknya daerah yang gundul, rumput tumbuh tidak merata, semakin dikuasai oleh gulma, serta pertumbuhan rumput yang tidak secepat seperti biasanya. Pada pembangunan padang rumput baru, agar terjadi pertumbuhan dan perluasan area rumput yang cepat, di awal pertumbuhan rumput harus sering dipangkas atau digembalakan secara ringan, mengingat dengan cara ini rumput akan terstimulasi untuk tumbuh. Penggunaan padang umbaran Adanya perencanaan yang matang dalam pemanfaatan padang umbaran yang dimiliki sangat penting dalam rangka menghindari kerugian seperti penurunan produktivitas ternak ataupun pengeluaran yang tidak terduga berupa pengadaan pakan darurat untuk jangka waktu lama. Dalam kegiatan perencanaan penggunaan padang umbaran yang dibicarakan hanya dua topik, yaitu Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 152 ketersediaan hijauan dan kebutuhan hijauan. Namun dari dua topik ini implikasinya akan sangat meluas hingga pada keuntungan serta kemungkinan perluasan areal. Yang dibicarakan dalam pemenuhan kebutuhan hijauan adalah menghitung berapa kebutuhan bagi ternak guna mencapai target produksi yang diinginkan atau setidaknya agar tidak terjadi penurunan produktivitas (badan mengurus karena kemarau). Penghitungan umumnya dituangkan dalam satuan kgBK/ha untuk satuan unit hari atau tahun (kgBK/ha/tahun). Namun ada yang menyarankan untuk menghitungnya berdasarkan satuan individu ternak dalam bentuk kgBK/ekor/hari. Dengan cara demikian argumentasinya adalah akan lebih tepat dalam menghitung kebutuhan apabila dalam satu kelompok terdiri dari umur yang berbeda. Sedangkan pada cara hitungan pertama, umumnya mengambil rataan nilai keseluruhan yang biasanya menggunakan angka kebutuhan pada ternak yang terbesar. Kebutuhan hijauan = kepadatan ternak x konsumsi/ekor/hari x jmlh hari Yang dibicarakan dalam hal ketersediaan hijauan adalah kemampuan lahan dalam menyediakan hijauan per satuan waktu yang semuanya merupakan interaksi antara kecepatan pertumbuhan hijauan, luasan area dan kemungkinan penambahan hijauan di luar dari lahan tersebut. Sebagai pemilik suatu padang umbaran, sangat penting untuk memiliki gambaran laju kecepatan pertumbuhan hijauan di pedoknya, yang mana merupakan hasil interaksi antara jenis hijauan yang ditanam, kesuburan tanah, cuaca dan kemungkinan gangguan gulma. Guna bisa memenuhi kebutuhan hijauan sesuai yang direncanakan, maka perlu dipikirkan jalan keluarnya apabila ketersediaan hijauan masih jauh di bawah batas Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 153 yang dibutuhkan. Mungkin melalui pemupukan ataupun perluasan kawasan. Sedangkan produktivitas padang umbaran tidak akan ada artinya apabila dalam pelaksanaannya tidak diimbangi dengan pengelolaan penggembalaan. Sebagai contoh, penggembalaan yang berlebihan hanya akan merusak pedok dalam beberapa hari, untuk kemudian hijauan menjadi lambat tumbuh atau rusak sama sekali sehingga perlu adanya penanaman ulang. Juga penggembalaan yang terlalu sedikit hanya akan membuat pedok menjadi terisi oleh hijauan tua yang tidak ada artinya dan perlu ekstra pengeluaran hanya untuk mengembalikan ke kondisi yang seragam untuk pertumbuhan hijauan. Pemberian pakan tambahan, sebagai salah satu strategi dalam penyediaan hijauan dapat berupa pemberian pakan bentuk konsentrat, limbah ataupun mengambil hijauan dari daerah lain. Apabila hal terakhir sering dilakukan, kadangkala memiliki pedok khusus yang disiapkan sebagai penyedia pakan daurat sangat disarankan. Pada penggembalaan secara berputar, penggunaan pedok hendaknya direncanakan secara seksama dengan maksud satu pedok tidak terlalu mendapatkan tekanan yang terlalu berat hanya karena pedok tersebut termasuk yang paling subur dibandingkan pedok yang lainnya. Perlu ditetapkan berapa banyak ternak yang dimasukkan dan untuk berapa lama dalam satu pedok digembalakan. Untuk mengetahui ini ada dua pendekatan yang digunakan. Pertama adalah melalui pendekatan pasture allowance dimana kita yang menetapkan jumlah konsumsi yang akan diberikan (allowance), terlepas dari kemungkinan tidak semuanya rumput dimakan atau bahkan ternak kekurangan alokasi pakan. Sebagai contoh, rusa bunting diberi alokasi rumput 1,3 kgBK/hari/ekor, walau kenyataan mungkin hanya akan mengkonsumsi 1,1 kgBK/hari/ekor. Pendekataan ke dua adalah residual allowance, Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis 154 dimana penekanan ditekankan pada sisa hijauan yang ditolerir boleh ditinggalkan sebelum ternak dipindahkan. Sebagai contoh pada pedok dengan jenis rumput BH perpindahan kelompok rusa baru dilakukan pada saat residual allowance tinggal 1200 kgBK/ha. Permasalahan dalam menggunakan sistem allowance adalah perlunya dilakukan perhitungan produksi rumput setiap saat dengan cara mengambil contoh di pedok beberapa hari sebelum pedok dipergunakan. Namun sejalan dengan peningkatan keterampilan, kita dapat memperkirakan produksi lewat estimasi mata. Metode Allowance Jumlah hari = produksi hijauan sebelum masuk x luas area jumlah ternak x allowance Metode Residual Jumlah hari = (produksi hijauan sebelum – sesudah) x luas area jumlah ternak x konsumsi per ekor
KESEHATAN
Dibandingkan dengan jenis hewan ternak yang telah umum dikenal,
rusa cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap
serangan penyakit. Sebatas rusa mendapatkan pakan yang cukup
dari segi jumlah pakan dan keseimbangan zat-zat nutrisinya, maka
gejala defisiensi (kekurangan) suatu unsur nutrisi tidak akan terjadi.
Perhatian masalah pakan yang lebih seksama memang diperlukan
seperti saat kebuntingan, menyusui atau tumbuh ranggah.
Hingga saat ini rusa belum banyak terdeteksi sebagai pembawa
penyakit bagi kelompok hewan atau sesama hewan ruminansia
lainnya. Tetapi justru rusalah yang seringkali terinfeksi dari hewan
lainnya. Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa rusa
timor dan sambar mempunyai daya tahan terhadap serangan cacing
yang cukup kuat. Serangan kudisan ataupun korengan sangat jarang
terjadi, demikian pula halnya dengan serangan kutu atau caplak.
Eksternal parasit
Lalat hijau
Pada beberapa daerah yang padat dengan ternak sapi atau kuda,
terutama di saat musim kemarau, serangan lalat hijau (Chrysomia
bezziana) sering menjadi masalah. Lalat tersebut akan
meninggalkan telur di bagian bawah pangkal ekor dekat anus dan di
saat telur menetas maka larva akan menggerogoti daerah kulit
pangkal ekor hingga luka bahkan sampai berlubang dan
menyebabkan miasis (investasi larva dalam luka, belatungan bhs.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
184
daerah). Di saat itulah rusa akan merasa gatal yang tidak terhingga
sehingga banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk menggarukgaruk dan sedikit waktu untuk makan. Untuk itu perhatian khusus
perlu dilakukan terhadap kemungkinan penimbunan telur lalat ini di
saat musimnya. Selain itu beberapa jenis lalat penghisap darah
seperti Tabanus rubidus (lalat pitak, bhs. Jawa), Stomoxys
calcitrans (lalat kerbau) dan Hippobosca maculata (lalat lekat) juga
sering ditemukan pada rusa yang umumnya hidup dekat dengan
peternakan hewan domestik (sapi, kuda, kerbau) yang cukup padat
populasinya. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian bubuk
khusus anti lalat pada hewan, di seluruh tubuh rusa atau spesifik di
daerah dimana biasa lalat menempelkan telurnya (bawah ekor).
Caplak
Tinjauan terhadap serangan caplak sapi (Boophilus microplus) di
padang rumput menunjukkan bahwa melalui sistem penggembalaan
bersama antara sapi (70%) dengan rusa timor di Kaledonia Baru
(30%) ternyata mengakibatkan penurunan yang nyata terhadap
tingkat serangan caplak pada sapi hingga 1/7nya, dibandingkan bila
sapi digembalakan sendirian. Inventarisasi pada caplak yang khusus
ditemukan pada rusa sambar dan timor di alam bebas menunjukkan
jumlah jenis yang sangat banyak namun dengan intensitas yang
rendah.
Hasil pantauan menunjukkan bahwa induk semang antara (hospes)
parasit caplak pada rusa cukup beragam dari mulai babi hutan dan
babi rusa hingga pada sapi, kerbau maupun kuda. Selain itu pada
seekor rusa liar dapat terinfeksi oleh lebih dari tiga jenis caplak.
Pada padang rumput yang rimbun mudah dijumpai caplak yang
menempel pada ujung daun rumput menunggu rusa untuk lewat dan
kemudian menempelkan diri ke badan rusa. Bekas gigitan caplak
seringkali menyebabkan cacatnya kulit rusa yang disamak. Untuk itu
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
185
kontrol dari serangan caplak di peternakan adalah melalui
manajemen pastoral (bila digembalakan di padang rumput), serta
pengobatan rutin melalui penyemprotan atau perendaman (diping)
badan rusa dengan cairan pembunuh caplak. Namun cara ini
kadangkala juga tidak begitu efektif terutama untuk daerah yang
sukar dijangkau cairan, seperti daerah dalam telinga.
Tabel 28. Komposisi infeksi caplak pada rusa sambar liar di
Sumatera, Kalimantan dan penangkaran di P. Jawa.
Caplak stadia parasitik
Jtn Btn Nimfa Larva Jmlh
Amblyomma
testudinarium
18 14 13 0 45
Boophilus microplus 7 10 19 2 38
Dermacentor sp. 0 2 0 0 2
Haemaphysalis borneata 1 0 0 0 1
H. calvus 8 10 0 0 18
H. cornigera 98 96 1 0 195
H. hirsuta 0 0 4 0 4
H. mjoebergii 7 8 0 0 15
H. nadchatrami 2 0 0 0 2
H. renschi 19 11 3 1 34
H. semermis 9 4 0 0 13
H. sumatraensis 35 18 0 0 53
H. traubi 0 1 0 0 1
H. wellingtoni 0 0 1 0 1
Haemaphysalis spp. 60 30 12 20 122
Rhipicephalus pilans 23 23 0 0 46
R. haemaphysaloides 1 1 0 0 2
R. sanguineus 1 1 0 0 2
Sumber: Saim (1992).
Di Australia dan Kaledonia Baru, caplak Haemaphysalis longicornis
dilaporkan pernah menyerang pada beberapa rusa timor di
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
186
peternakan. Sedangkan di Mandagaskar caplak yang menyerang rusa
timor antara lain Amblyomma variegatum, Rhipicephalus evertsi,
Rh. appendiculatus serta Sarcoptes sp.
Tabel 29. Komposisi infeksi caplak pada rusa timor liar di Sulawesi,
Sumbawa, P. Komodo, P. Timor, P. Flores & Irian Jaya.
Caplak stadia parasitik
Jtn Btn Nimfa Larva Jmlh
Amblyomma babirussae 3 9 9 5 36
Amblyomma sp. 15 29 13 11 68
Boophilus microplus 172 157 129 35 493
Haemaphysalis renschi 189 144 58 36 427
H. celebensis 1 0 0 0 1
H. cornigera 3 0 0 0 3
H. papuana 1 0 0 0 1
H. psalistos 19 8 3 0 30
Haemaphysalis spp. 1 0 2 1 4
Rhipicephalus pilans 19 24 0 2 45
Sumber: Saim (1993).
Internal parasit
Cacing paru (Dictyocaulus spp.)
Merupakan internal parasit yang umum dijumpai pada peternakan
rusa merah di Australia dan Selandia Baru. Tetapi ada
kecenderungan rusa tropis cukup kuat terhadap serangan cacing
paru. Infeksi dimulai ketika telur parasit yang menempel di
rerumputan termakan, berkembang menjadi larva kemudian
bermigrasi ke wilayah paru-paru lewat aliran darah dan tumbuh
dewasa disana. Cacing dewasa menghasilkan telur yang berkembang
menjadi larva muda yang akan terbuang pada saat rusa batuk dan
menyebar ke rerumputan sehingga siklus berulang kembali.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
187
Tanda klinis dari serangan ini adalah menurunnya berat badan
karena hilangnya selera makan, bulu menjadi agak kasar dan berdiri
serta rusa menjadi malas bergerak. Pada serangan yang menengah
rusa sudah mulai terlihat sering batuk dan terlihat sukar untuk
bernafas dengan desah nafas terdengar berat. Diagnosa dapat
diperkuat dengan analisa telur dalam kotoran lewat cara
penghitunganf faecal egg counts (TTGT; telur tiap gram tinja) dan
faecal larva counts. Pengobatan adalah dengan pemberian
anthelmintik. Namun anthelmintik hendaknya dipergunakan secara
seksama dan tidak berlebihan atau kekurangan dan dilakukan
perputaran penggunaan jenis obat cacing yang berbeda bahan
dasarnya, setidaknya setiap dua tahun sekali guna menghindari
resistensi obat.
Penggunaan antelmintik secara serampangan, baik itu karena dosis
yang selalu rendah ataupun dosis terlalu tinggi, justru akan
menyebabkan internal parasit berkembang menjadi resistan. Dalam
melakukan pemberian dosis obat cacing dalam satu kelompok, cara
termudah adalah dengan melakukan pemantauan terhadap anggota
ternak yang agak berat dalam satu kelompok dan susun kebutuhan
obat sesuai dengan berat badan hewan tersebut. Penggunaan
antelmintik sebenarnya hanya akan mematikan maksimal 90% dari
parasit yang ada. Untuk itu tidak perlu dilakukan terlalu sering
pengobatan, cukup sesuai aturan dan hindari penggunaan bila
memang tidak ada kasus.
Strategi manajemen padang umbaran dalam menghadapi internal
parasit adalah:
1. bila pedok terdeteksi tinggi dengan parasit internal, maka
lakukan pemotongan rumput hingga pendek (5 cm) dan bila
perlu lakukan pembakaran terhadap rumput yang dipotong
2. biarkan setidaknya enam minggu kosong dari pemanfaatan
rusa
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
188
3. bila ada kelompok hewan baru masuk, isolasi terlebih
dahulu 6-12 minggu dan beri obat internal dan eksternal
parasit.
Padang rumput yang telah dibiarkan tidak dipergunakan rusa selama
6-8 minggu biasanya mempunyai kandungan parasit yang jauh lebih
rendah dibandingkan dengan padang rumput lainnya yang aktif di
manfaatkan. Ternak muda sebaiknya masuk terlebih dahulu ke
pedok yang masih segar untuk mengurangi serangan parasit dari
hewan yang lebih tua. Hewan muda cenderung akan mengambil
pucuk rerumputan lebih dahulu, sedangkan parasit sebagian besar
berada di bagian tengah hingga ke dasar tegakan rumput. Daerah
tersebut umumnya banyak menjadi pilihan rusa dewasa karena
mempunyai bukaan mulut lebih lebar. Pemanfaatan pedok silih
berganti antara rusa dengan sapi ternyata dapat menurunkan
tingkat investasi parasit secara nyata.
Jenis lain
Cacing dari jenis Dictyocaulus viviparus dan Muellerius capillaris
sering menjadi masalah besar di Australia, khususnya pada rusa
merah. Selain itu jenis Spiculopteragia asymetrica, Trichostrongylus
axei, Capillaria sp., Nematodirus sp., Cysticerus tenuicollis serta
Gongylonema pulchrum pernah menyerang rusa timor walau dalam
persentase yang sangat rendah. Trematoda Ceylonocotyle
scoliocoelium juga pernah teridentifikasi pada rusa timor di
Mauritius. Cacing hati Fasciola hepatica dan Fasciola magna juga
pernah diketemukan pada rusa, tetapi lebih pada rusa liar.
Penyakit lainnya
Pneumonia
Di saat musim penghujan, apabila keadaan kandang lembab atau
pedok menjadi becek disertai angin yang banyak dan rusa harus
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
189
berbaring atau tinggal di atas tanah becek, maka kemungkinan
terkena radang paru-paru (pneumonia) sangatlah tinggi. Untuk itu
pastikan bahwa kandang memiliki sirkulasi udara yang baik atau
pedok memiliki daerah yang tinggi, sehingga rusa terhindar dari
daerah yang basah selama berbaring atau berdiri. Selain itu, kaki
yang terlalu lama terendam dalam lumpur dapat pula
mengakibatkan kuku menjadi lembek yang pada akhirnya membusuk
atau terkelupas sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit.
Pada kondisi demikian rusa akan berjalan pincang dan pada kondisi
yang parah nafsu makan menjadi turun dan lebih banyak berbaring.
Malignant Catarhal Fever
Satu-satunya musuh yang cukup mematikan rusa dan dapat
dikatakan sebagai titik lemah dari kekuatan kesehatan rusa secara
umum adalah terhadap serangan penyakit yang disebut Malignant
Catarhal Fever (MCF). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari suku
Herpesviridae, dimana virus ini antara lain hidup pada hewan
domba sebagai inangnya. Pada beberapa daerah, sumber inangnya
dapat dari jenis satwa lainnya. Banyak laporan yang menunjukkan
seringnya terjadi kematian yang diakibatkan oleh MCF pada rusa
tropis. Sebagai pencegahan adalah dengan menjauhkan kelompok
domba dari sekitar penangkaran rusa. Ciri serangan MCF adalah
dengan melemahnya rusa secara tiba-tiba disertai keluarnya cairan
mukosa dari mulut, hidung dan mata, selain mata terlihat berawan.
Dalam tempo 24-36 jam setelah terinfeksi biasanya rusa akan mati
akibat dehidrasi melalui mencret berdarah yang berkepanjangan.
Karena MCF disebabkan oleh virus, maka hingga saat ini belum ada
obat yang ampuh untuk menanggulangi serangan MCF ini selain
melakukan pengobatan pada infeksi sekunder.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
Di Selandia Baru, apabila diindikasikan adanya peternakan rusa yang
positif terserang TB, maka dilakukan tiga hal strategi
penanggulangan, yaitu identifikasi sumber vektor, kontrol
pergerakan rusa dan testing pada kelompok rusa yang bila perlu
sekaligus dilakukan eradikasi (pemusnahan) pada rusa yang terkena.
Pada kontrol pergerakan, rusa hanya boleh dikeluarkan dari
peternakan setelah lolos testing bebas TB dan hanya untuk tujuan
pemotongan di pejagalan. Untuk kelompok peternakan rusa
tersebut perlu dilakukan pemantauan melalui test TB sehingga
99,8% dari populasi menunjukkan hasil yang negatif selama tiga
tahun berturut-turut, dengan evaluasi test setiap enam bulan.
Bentuk test yang diterapkan biasanya diawali dengan tes kulit (skin
test; Tuberculin test); kulit dibersihkan dari bulu pada luasan 12 x
10 cm, kemudian dilakukan penyuntikan di bawah kulit dengan dua
jenis suntikan, avian dan bovine mycobacterium pada dua titik
berbeda dan dipantau ukuran peradangan yang terbentuk (berupa
penggelembungan permukaan kulit) yang terjadi 72 jam kemudian.
Jenis test TB lainnya yang jauh lebih akurat adalah test darah dan
ELISA.
Capture myopathy
Capture myopathy yang dikenal juga dengan white muscle disease
merupakan suatu sindrom yang menjadi salah satu penyebab
kematian hewan, terutama pada satwa liar. Kematian disebabkan
oleh respon fisiologi yang berlebihan dari hewan terhadap stres
lingkungan. Keadaan ini terutama terjadi pada proses penanganan
hewan, baik pada saat penangkapan, pembiusan maupun relokasi
(pengangkutan). Dalam keadaan stres kelenjar adrenal
menghasilkan adrenalin dan kelenjar pituitari menghasilkan ACTH
(Corticotrophin hormone). Keadaan stres yang terus berlanjut
menyebabkan produksi kortikosteroid dan adrenalin dalam level
yang membahayakan. Ketakutan yang disertai peningkatan panas
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
192
tubuh yang berlebihan ditambah tingkat adrenalin yang tinggi
mengakibatkan capture myopathy. Selain itu, dalam keadaan stres
yang berlebihan menyebabkan metabolisme anaerob yang
menghasilkan penimbunan asam laktat lebih cepat daripada yang
dapat dimetabolisme sehingga menyebabkan asidosis yang turut
berperan dalam capture myopathy. Kekurangan asupan vitamin E
dan selenium juga dapat berperan pada capture myopathy.
Tanda klinis dari capture myopathy termasuk kematian mendadak
dalam tempo 24 jam, depresi, nafas dalam dengan tempo yang
cepat dan gagal untuk pulih dari anasthesia. Kematian dapat
terjadi beberapa jam setelah gejala terlihat. Karena tidak
terdapatnya pengobatan pada kejadian ini, tindakan pencegahan
harus diutamakan. Diantaranya dengan meminimalisasi stres pada
hewan saat penanganan hewan, termasuk di dalamnya
penghindaraan terhadap stres lingkungan (penanganan di siang
hari).
Antraks
Penyebab dari penyakit antraks adalah bakteri Bacillus anthracis.
Hampir semua jenis hewan piara dan hewan liar dapat terserang
oleh penyakit antraks. Penularan penyakit umumnya terjadi melalui
bahan terkontaminasi atau spora yang telah berada dipermukaan
tanah. Penyakit ini terutama menyerang hewan yang merumput,
dimana kontaminasi terjadi akibat tertelannya spora antraks yang
terdapat pada lapisan tanah yang ikut tertelan bersama akar
rumput.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, terdapat beberapa bentuk
antraks yaitu bentuk perakut, akut dan kronis. Pada bentuk perakut
gejala penyakit sangat mendadak dan terjadi kematian akibat
perdarahan otak. Pada antraks bentuk akut, periode inkubasi hanya
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
193
berlangsung kurang dari dua hari dan hewan mati karena sepsis.
Gejala penyakit dapat berupa demam yang mencapai 41,50C,
kesakitan di wilayah perut, kegelisahan, terhentinya ruminansi dan
dapat terjadi perdarahan pada lubang-lubang kumlah
(pembuangan). Antraks bentuk kronis biasanya terjadi pada babi
berupa lesi-lesi lokal sebatas tenggorokan, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada hewan lain.
Hewan yang sakit atau mati karena antraks, dilarang untuk dipotong
atau di nekropsi (di bedah). Karena apabila terjadi kontak dengan
udara Bacillus anthracis akan membentuk spora. Dalam bentuk
spora, Bacillus anthracis memiliki ketahanan terhadap perubahan
suhu yang ekstrim, beberapa jenis desinfektan kimia dan mampu
bertahan dalam kekeringan yang lama. Bahkan dalam tanah dengan
kondisi tertentu dapat bertahan sampai puluhan tahun.
Penyakit ini perlu menjadi perhatian, karena antraks merupakan
penyakit zoonosis akut (menular dari hewan ke manusia) yang
umumnya bersifat sepsis dan fatal. Di Eropa dan bekas wilayah Uni
Soviet pernah dilaporkan terjadinya wabah antraks pada rusa
merah, wapiti, moose (Alces alces) dan rusa fallow. Walaupun
kejadian pada rusa tropis belum dilaporkan, khususnya di Indonesia,
namun menurut situasi tahun 1999 penyakit antraks yang menyerang
ternak domestik terdapat di 11 daerah yaitu Sumatera Barat (P.
Siberut), Jambi, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara dan Papua. Karena daya tahan sporanya yang tinggi, daerah yang telah terkena antraks umumnya
menjadi daerah endemik antraks. Pada daerah yang sedang terjadi
kasus, hendaknya arus lalu lintas ternak domestik dan manusia dari
dan keluar lingkungan peternakan rusa harus diminimalisasi serta
dipantau dengan sangat ketat.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
194
Lainnya
Bakteri salmonela dapat menyebabkan salmonelosis, terjadi karena
rusa meminum air atau pakan yang telah tercampur dengan
kotoran, urin hewan itu sendiri atau hijauan yang membusuk. Dalam
posisi stres, dimana rusa mengambil pakan asal-asalan, akan sangat
mudah terserang bakteri ini. Penanggulangan adalah dengan
membersihkan sesering mungkin sisa air minum, hijauan dan
menjaga kebersihan pedok/kandang.
Gambar 39. Musim hujan yang tinggi sering menyebabkan pedok
menjadi demikian basah dan becek yang akan menjadi
sumber penyakit bagi rusa dari mulai parasit cacing hingga
infeksi pada teracak (foto: G. Semiadi).
Pada anak rusa yang dibesarkan oleh manusia dan ditempatkan di
lantai semen yang agak kasar, seringkali terjadi luka di bagian lutut.
Hal ini biasa terjadi mengingat kulit lutut rusa masih sangat sensitif
dan harus menjadi penopang saat anak rusa duduk dan berdiri.
Pengobatan cukup dengan diberikan antiseptik dan rusa diberi alas
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
195
lantai yang lebih tebal (bubuk gergaji) sehingga lutut tidak
menyentuh langsung dengan lantai.
Di perbatasan Papua dengan Papua New Guinea diyakini bahwa rusa
timor mempunyai peranan penting sebagai pembawa/inang antara
terhadap penyebaran Trypanosoma evansi diantara ke dua negara,
dibandingkan dengan babi liar. Namun penelitian mendalam belum
banyak dilakukan.
Parameter kesehatan
Apabila rusa mulai turun tingkat kesehatannya namun tidak terlihat
disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, maka kemungkinan besar
hal ini dikarenakan pengaruh stres yang berkepanjangan, baik
karena iklim (hujan lebat berkepanjangan dengan tanah berlumpur,
terik panas matahari) ataupun lingkungan sekitar (terganggu
ketenangannya). Penanganan yang dapat dilakukan hanyalah
melalui perbaikan lingkungan dan pemberian vitamin. Indikator
sehatnya seekor rusa seringkali harus dianalisa lewat kondisi darah
dan ini hanya bisa dilakukan setelah didiagnosa oleh dokter hewan.
Tabel 30. Nilai hematologi pada ternak rusa timor di Mauritius.
Rataan Kisaran
RBC (juta/ml) 7,58 6,42 – 9,31
WBC (x 100) 81,76 61 -134
Platelets (x 1000) 756,88 517 – 993
Neutrophil (%) 56,16 36 – 77
Lymphocyte (%) 35,72 16 – 54
Monocyte (%) 8,52 5 – 11
HB (gr/100 ml) 15,31 13,2 – 18,5
PCV (%) 48,16 42 – 55
MCV (fl) 64,04 53 – 77
MCH (pg) 20,30 15,0 – 26,5
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
196
Rataan Kisaran
MCHC (gr/dl) 31,75 28,1 – 35,2
Blood urea (mg/100 ml) 89,84 67 – 117
Creatinin (mg/100 ml) 2,26 1,8 – 2,4
Serum protein (gr/100 ml) 5,92 5,2 – 6,7
Serum albumin (gr/100 ml) 3,2 3,2
Serum globulin (gr/100 ml) 2,72 2,2 – 3,5
Bilirubin conjugated (mg/100 ml) 0,312 0,2 – 0,6
Bilirubin unconjugated (mg/100 ml) 0,2 0,2 – 0,4
Serum Alkaline Phosphat (KA/100 ml) 10,24 9 – 12
S.G.O.T (IU/l) 32,37 16 – 71
S.G.P.T (IU/l) 28,16 19 – 42
Sumber: Ramchurn (2001).
Tabel 31. Parameter darah rusa timor di Thailand.
Parameter Kisaran
Blood urea nitrogen (BUN, mg/dl) 15,2 – 30,4
Creatinine (mg/dl) 0,48 – 0,82
Creatine Kinase (CK, IU/l) 44,0 – 537,7
Cholesterol (mg/dl) 80,5 – 109,5
Glucose (mg/dl) 63,5 – 132,5
Amylase (mg/dl) 34,5 – 103,1
Alanine aminotransferase (ALT, IU/l) 25,8 – 38,0
Aspartate aminotransferase (AST, IU/l) 32,5 – 48,9
Alkaline phosphatase (AP, IU/l) 31,1 – 64,9
Gamma glutamyl transferase (GGT, IU/l) 15,4 – 34,6
Total bilirubin (mg/dl) 0,65 – 2,96
Direct bilirubin (mg/dl) 0,07 – 0,74
Total protein (gr/l) 54,3 – 78,9
Albumin (gr/l) 17,8 – 30,6
Globulin (gr/l) 28,5 – 56,7
Calcium (mg/dl) 8,2 – 17,0
Phosphorus (mg/dl) 11,5 – 18,1
Magnesium (mg/dl) 2,1 – 2,9
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
197
Parameter Kisaran
Sel darah merah
PCV (%) 32,1 – 48,2
Hemaglobin (gr/dl) 9,2 – 17,1
RBC (1012/l) 8,89 – 13,85
MCV (fl) 33,4 – 48,6
MCH (pg) 8,8 – 14,4
MCHC (gr/l) 20,9 – 35,3
RDW (%) 17,3 – 22,7
Sel darah putih
WBC (109/l) 2,77 – 9,15
Band neutrophil (109/l) 0,046 – 0,078
Segmen neutrophil (109/l) 0,51 – 4,29
Lymphocyte (109/l) 1,02 – 5,54
Monocyte (109/l) 0,063 – 0,111
Eosinophil (109/l) 0,120 – 0,250
Basophil (109/l) 0,051 – 0,090
Band neutrophil (%) 0 – 1
Segmen neutrophil (%) 34 – 53
Lymphocyte (%) 46 – 62
Monocyte (%) 1 – 2
Eosinophil (%) 1,0 – 5,5
Basophil (%) 1,0 – 1,2
Lainnya
Plasma protein (gr/dl) 6,06 – 7,79
Fibrinogen (mg/dl) 20 – 480
Platelets (109/l) 132 – 303
MPV (fl) 5,4 – 6,7
PDW (fl) 5,2 – 9,5
Sumber: Salakij et al. (1999 a & b).
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
198
Tabel 32. Kisaran parameter darah rusa timor yang sehat hasil
peternakan di Kaledonia Baru.
Parameter Kisaran
Neutrophil (109/l) 0,79 – 4,55
Lymphocyte (109/l) 0,54 – 4,38
Monocyte (109/l) 0,06 – 1,17
Eosinophil (109/l) 0,02 – 2,40
Basophil (109/l) 0,0 – 0,14
Hb (gr/dl) 10,2 – 19,0
Urea (mmol/l) 2,2 – 11,4
Creatinine (mol/l) 123 – 604
Creatinine kinase (IU/l) 123 – 604
Alanine aminotranferase (IU/l) 29 – 111
Aspartate aminotransferase (IU/l) 7,1 – 52,7
Alkaline phosphatase (IU/l) 47 – 241
Total bilirubine (mol/l) 0,80 – 7,34
Total protein (gr/l) 47,0 – 75,8
Albumin (mmol/l) 24,6 – 40,6
Calcium (mmol/l) 2,00 – 2,83
Phosphat (mmol/l) 1,90 – 4,74
Sumber: Audige (1989).
Tabel 33. Kisaran parameter darah rusa sambar di peternakan di
Selandia Baru.
Parameter Kisaran
Hb (gr/dl) 10,3 – 12,6
PCV (l/l) 0,33 – 0,41
MCHC (gr/dl) 30,8 – 31,4
WBC (109/l) 1,2 – 4,4
Neutrophil (seg) (109/l) 0,96 – 3,52
Lymphocyte (109/l) 0,23 – 1,31
Monocyte (109/l) 0
Eosinophil (109/l) 0,12 – 0,56
Basophil (109/l) 0 – 0,06
Plasma protein (gr/l) 80 – 88
Sumber: Semiadi (1993).
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
199
Pengobatan
Apabila rusa tampak tidak sehat dan kita merasa belum mampu
untuk menanggulanginya, maka sebaiknya segera berkonsultasi
dengan dokter hewan, petugas kesehatan hewan atau staf dari
Dinas Peternakan setempat. Tetapi sebagai pengelola, sedikit
banyak perlu mengetahui tentang seluk beluk obat-obatan hewan.
Setiap lembaran informasi yang ada dalam kemasan obat perlu
sekali untuk dibaca dan dipahami.
Tabel 34. Rataan dan kisaran parameter darah rusa timor yang sehat
hasil penangkaran di Nusa Tenggara Timur.
Asal rusa
Parameter P.Timor P. Alor Campuran
Hemaglobin
(gr/l) 6,2 (5,2-7,1) 7,4 (6,6-8,0) 11,3 (10,9-11,6)
Eritrosit
(ribu/l)
2482
(2404-2560)
1991
(1750-2320)
6222
(5230-8040)
Leukosit
(ribu/l)
1615
(1650-1580)
1800
(1670-2320)
4165
(4000-4350)
Trombosit
(ribu/l) 179 (176-182) 201,25(195-210) 257 (218-356)
M.C.V (
3
) 52 (50-54) 105,5 (90-120) 55 (37-71)
M.C.H (pg) 25 (22-28) 38,5 (36-40) 32,5 (14-71)
M.C.H.C (%) 40,5 (40-41) 33,5 (31-35) 37,5 (36-39)
P.C.V (l/l) 14,5 (13-16) 21,5 (19-24) 23,3 (0-32)
Sumber: Wirdateti & Semiadi (1997).
Berdasarkan fungsinya, secara garis besar ada tiga kelompok fungsi
obat, yaitu sebagai penyembuhan pada penyakit (therapeutic),
sebagai pencegah penyakit (prophylactic) dan sebagai pengubah
fungsi fisiologi hewan (physiological modifiers). Dari masing-masing
kelompok tipe obat tersebut akan diperoleh berbagai jenis kategori
macam obat.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
200
Pengelompokan obat-obatan berdasarkan fungsinya
Therapeutic Prophylactic Physiological
Antibiotik Vaksin Anesthesi
Antidiarea Vitamin Oestrogen
Kortikosteroid Selenium PGF2
Parasiticides Coper
Pengertian label peringatan pada kemasan obat hewan
Nama produk Merupakan merek dagang obat
Indikasi (Indications) Cara kerja obat dan pemakaiannya
Kontraindikasi
(Contraindications)
Situasi obat tidak boleh dipergunakan
Dosis (Dosage) Jumlah obat yang harus diberikan
berdasarkan jenis hewan, lokasi
pemberian dan frekuensi pemberian
Efek samping
(Side effects)
Kemungkinan terjadinya efek samping
walaupun pada dosis yang
direkomendasikan
Pertolongan pertama
(First Aid)
Antidot atau pertolongan pertama
pada saat keracunan (baik pada
manusia atau hewan)
Perhatian khusus
(Special precautions)
Cara penanganan dan penyimpanan
Tenggang waktu
(Witholding time;
Withdrawal time)
Masa yang diperlukan dari saat obat
diberikan hingga pada masa
pemanfaatan produk hewan (susu,
daging, telur) oleh manusia untuk
dikonsumsi secara aman
Sebelum pemberian obat-obatan dilakukan maka perlu sekali
dipahami peristilahan yang tercantum dalam kemasan atau kertas
petunjuknya, serta tata cara pemberian. Sebab apabila tidak, maka
kematian hewan yang mungkin akan dihadapi.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
201
Obat bius
Penggunaan obat bius merupakan pekerjaan yang sangat berbahaya,
khususnya bagi manusia dan tidak terkecuali bagi hewan. Oleh
sebab itu dalam penggunaan obat bius untuk tujuan pengendalian
rusa harus dilakukan oleh dokter hewan atau staf kesehatan yang
telah mendapatkan kewenangan. Di luar negeri, peternak rusa
dalam batas tertentu dapat menggunakan obat bius sendiri tanpa
harus dihadiri oleh dokter hewan asalkan yang bersangkutan telah
lulus kualifikasi penggunaan obat bius untuk kepentingan hanya
pada ternaknya dan di peternakannya sendiri yang di daftar.
Peristilahan cara pemberian obat pada hewan
Per os Lewat mulut
Intra venous (i.v atau i/v) Penyuntikan ke dalam aliran
darah vena
Intra arterial Penyuntikan ke dalam aliran
darah arteri
Intra muscular (i.m atau i/m) Penyuntikan lewat jaringan
otot/daging
Subcutan (s.c atau s/c) Penyuntikan di bawah jaringan
kulit
Topically (topikal) Penempatan obat di atas
permukaan kulit
Epidural Penyuntikan lewat celah di
sekitar tulang punggung
Intra ruminal Penyuntikan ke dalam rumen
Intra articular Penyuntikan di antara bagian
engsel anggota tubuh
Di dunia peternakan rusa, obat bius yang dipergunakan terbagi atas
dua kelompok, pertama untuk kepentingan pembiusan total
(selanjutnya disebut obat bius) dan ke dua untuk kepentingan bius
lokal. Kelompok pertama adalah bertujuan membuat rusa tertidur
(imobilisasi) atau agak tertidur (sedasi), manakala peternak tidak
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
202
mempunyai fasilitas penjepit rusa. Pada kelompok ke dua bertujuan
untuk kegiatan amputasi atau pemotongan ranggah muda. Masingmasing kelompok menggunakan jenis obat yang berbeda, dan
terlepas dari jenis obat bius untuk kelompok mana yang
dipergunakan, semuanya termasuk dalam kategori obat berbahaya.
Mengingat rusa termasuk hewan yang dikategorikan liar, maka
walau berada di dalam kandang kerja, pemberian obat bius tidak
dapat dilakukan dengan mudah. Tergantung fasilitas yang tersedia,
kadangkala dalam pemberian obat bius diperlukan alat bantu,
seperti senjata pembius dengan tenaga udara atau CO2 (blow pipe
atau dart gun) atau alat suntik berlengan panjang (pole syringe).
Tergantung dari jenis obat bius yang dipakai, masing-masing
mempunyai pengaruh fisiologi yang berbeda, ada yang menekan laju
pernafasan ataupun melemaskan perototan dan beberapa efek
lainnya. Jenis obat bius yang paling populer dipakai di kalangan
peternak rusa di negara barat adalah xylazine hydrochloride. Salah
satu keuntungan dari jenis obat bius ini adalah tersedianya obat
penawar (antidot), sehingga rusa yang terbius dapat dengan cepat
disadarkan kembali. Tetapi pengalaman bekerja dengan rusa tropis,
seringkali penggunaan dengan hanya satu jenis obat bius tersebut
kadangkala tidak memberikan efek seperti yang diinginkan,
sehingga perlu dilakukan pencampuran dengan obat bius jenis
lainnya, umumnya ketamine.
Kesuksesan penggunaan obat bius pada rusa sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yang utama diantaranya adalah :
a. tingkat kejinakan atau ketakutan rusa
b. cara obat diberikan, lewat vena atau jaringan otot
c. kondisi lingkungan, yang tenang atau ribut
d. kondisi fisiologi hormon, apakah sedang dalam atau diluar
musim kawin (jantan).
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
203
Semakin tenang kondisi rusa dan lingkungan sekitar, cenderung
jumlah obat yang harus diberikan akan lebih rendah dan bereaksi
lebih cepat dibandingkan bila kondisi sebaliknya. Seringkali faktor
liarnya rusa dengan kondisi berada pada ranggah keras menjadikan
dosis obat bius yang diperlukan harus lebih tinggi atau bahkan pada
dosis yang tertinggi yang direkomendasikan tidak memberikan efek
yang diharapkan. Dalam kondisi seperti ini pembiusan hendaknya
tidak dilanjutkan dan rusa dilepas.
Perubahan rusa yang dibius dimulai dengan tingkat kewaspadaan
yang menurun, kepala yang merunduk dan laju pernafasan yang
memendek. Perkembangan selanjutnya terkadang dimulai dengan
keluarnya cairan ludah berlebihan (hipersalivasi), badan mulai
limbung dengan kaki depan dibuka lebar dan terkadang dibarengi
dengan pindah posisi menjadi duduk. Perkembangan terakhir adalah
tertidurnya rusa yang kadang-kadang dibarengi dengan suara
mengorok. Pada posisi ini harus diwaspadai agar rusa dibaringkan
miring ke arah kanan, dimana perut (rumen) berada di bagian atas
(kiri) sehingga tidak tertekan oleh berat badan. Mengingat pada
kondisi pembiusan organ sensor rusa tidak bekerja dengan baik,
sirkulasi udara harus diperhatikan agar rusa terhindar dari udara
panas atau sinar langsung.
Tabel 35. Indikator fisiologi rusa timor (rataan, kisaran).
Tidak dibius Dibius
Suhu tubuh (0C) 38,9 (38,4–40,0) 38,7 (38,7–39,9)
Denyut nadi (x/menit) 81,3 (72–100,0) 91,3 (76,0-128,0)
Respirasi (x/menit) 32,0 (16,0-48,0) 25,8 (20,0-48,0)
Sumber: Aliambar (1999).
Hanya untuk sekedar membuat rusa mengantuk cukup diberikan
Xylazin pada dosis 0,5-1,0 mg/kgBB secara intramuskular.
Sedangkan apabila menghendaki pembiusan total secara cepat
dapat dilakukan penyuntikan secara intra vena. Perlu dipahami
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
204
bahwa penggunaan obat bius adalah pekerjaan yang membahayakan
baik untuk hewan maupun pelaksananya sendiri. Kematian tidak
jarang terjadi akibat kelalaian penggunaan obat bius. Oleh sebab
itu keseriusan dan kehati-hatian sangat perlu dijunjung. Tidak ada
dosis yang sangat tepat dalam penggunaan obat bius, mengingat
pemberian dosis obat bius sebenarnya sangat indvidualistik,
tergantung pada kondisi fisiologi rusa yang bersangkutan, ukuran
tubuh dan kegelisahan (anxiety).
Tabel 36. Dosis pemberian obat bius pada beberapa jenis rusa
tropis.
Jenis Jenis obat bius Dosis
Sedasi Imobilisasi
Rusa timor Xylazine(125 mg/ml)+
Ketamine (100mg/ml)
1 ml/50 kgBB
Xylazine + Themalon 0,2-0,8 + 1,0-
2,0 mg/kgBB
Xylazine 0,5-0,85
mg/kgBB
1,5-2,5
mg/kgBB
Acepromazine 0,1-0,2
mg/kgBB
Rusa chital Zolazepam + Tiletamine
(1:1)
2,6 mg/kgBB
Xylazine 1-2
mg/kgBB
3-4 mg/kgBB
Xylazine(125 mg/ml)+
Ketamine (100mg/ml)
1 ml/50 kgBB
Rusa sambar Zolazepam + Tiletamine
(1:1)
6 mg/kgBB
Xylazine 0,5-1,5
mg/kgBB
1,5-3,0
mg/kgBB
Xylazine + Themalon 1 mg/kgBB +
1,5 mg/kgBB
Pada rusa yang pernah dibius, perlu diperhatikan adanya tenggang
waktu sebelum dapat dikonsumsi. Untuk jenis obat bius xylazine
dan antidotnya, yohimbin, tenggang waktunya adalah 14 hari.
Dalam kondisi rusa yang sangat stres, seringkali obat bius pada dosis
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
205
yang biasanya mampu memberikan reaksi, justru tidak berdampak
nyata. Demikian pula pada jantan yang tengah berada dalam kondisi
berranggah keras, dengan konsentrasi hormon androgen yang tinggi,
seringkali penggunaan obat bius perlu diberikan pada dosis yang
maksimum.
Gambar 40. Penggunaan pole syringe untuk pembiusan rusa sambar
yang masih agak liar (foto: G. Semiadi).
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis
206
Gambar 41. Dart gun (atas) dan blow pipe (bawah) yang biasa
Leave a Reply